Halo!
Kalian merasa gak sih kalau
belakangan ini cuaca mudah sekali berubah? Perubahannya juga cukup ekstrim.
Kalau dingin bisa sampai kedinginan dan kalau panas, rasanya terik menyengat.
Padahal dulu rasanya gak begini. Ditambah lagi sudah beberapa kali bencana
melanda. Beberapa daerah banjir padahal di daerah lain malah kekurangan air.
|
Mitigasi Perubahan Iklim Dari Rumah |
Cuaca ekstrim juga seringkali
terjadi. Tidak usah jauh-jauh, di tempat saya tinggal sendiri pun begitu. Pagi panas menyengat, siang hari tiba-tiba
hujan petir dengan suhu udara yang masih panas. Apakah bumi sedang tidak
baik-baik saja?
Beberapa artikel yang saya
baca, cuaca ekstrim, banjir, dan kekeringan bisa jadi merupakan dampak dari
adanya perubahan iklim. Kok iklim bisa berubah?
Perubahan Iklim
Bumi sebagai tempat
manusia hidup memang diciptakan sempurna. Air bersih dan dapat diminum. Cahaya
matahari hangat dan menghidupkan tumbuhan. Juga oksigen melimpah yang dapat
dihirup dengan normal tanpa bantuan alat apapun.
Kenyamanan bumi sebagai
tempat tinggal makhluk hidup tidak lepas dari peran komponen-komponen gas dalam
atmosfer yang mengelilingi bumi itu sendiri. Gas Rumah Kaca yang terdiri dari
karbon dioksida, metana, nitrogen, dan gas lain yang memang secara alami
berperan dalam menjaga suhu bumi tetap hangat.
|
Gas Rumah Kaca |
Tapi nyatanya, komponen
gas-gas itu dapat berubah seiring berjalannya waktu. Itulah yang dapat
menyebabkan iklim bumi berubah dan berdampak pada kehidupan manusia, hewan, dan
tumbuhan yang hidup di atasnya. Penyebabnya bisa
karena faktor alam itu sendiri atau dari manusia yang tinggal di bumi.
Faktor alam sendiri misalnya
letusan gunung berapi dahsyat yang menyemburkan berbagai material dan senyawa
kimia ke atmosfer. Masih ingat dengan letusan gunung krakatau tahun 1883 silam?
Letusan gunung ini dikabarkan sempat merubah iklim di beberapa belahan dunia
dan menyebabkan turunnya suhu bumi sehingga musim dingin lebih panjang daripada
musim panas.
Sementara itu, manusia yang
tinggal di bumi pun juga bisa menyebabkan perubahan iklim. Wah!
Manusia, Perubah Iklim
Sadar atau tidak,
berbagai kegiatan manusia di bumi juga dapat menyebabkan perubahan komponen di
atmosfer, baik secara langsung atau tidak langsung. Banyaknya kegiatan industri
yang membuang limbah gas beracun, pembakaran hutan yang menghasilkan banyak gas
karbon dioksida, penumpukan sampah yang menyumbang gas metana atau pemupukan
tanaman yang terlalu berlebihan sehingga konsentrasi gas nitrogen semakin
meningkat.
|
Penyebab perubahan iklim |
Meski pada dasarnya Gas
Rumah Kaca itu diperlukan untuk menjaga suhu bumi tetap nyaman, namun kalau
sudah berlebihan akan berdampak buruk bagi makhluk hidup yang ada. Efeknya bisa
mengakibatkan peningkatan suhu bumi yang biasa disebut dengan pemanasan global.
Hm, mulai menemukan
benang merah kan ya kenapa belakangan ini suhu udara terasa lebih panas dari
yang pernah dirasakan beberapa tahun silam. Kalau seperti ini terus, akan jadi
sepanas apa bumi kelak?
Langkah Mudah Upaya Mitigasi Perubahan Iklim
Yup! Tidak usah
membayangkan upaya yang terlalu berat. Cukup langkah kecil yang dimulai dari
diri sendiri dahulu dan yang terpenting cukup mudah dilakukan. Sebagai seorang
perempuan yang kesehariaannya banyak di rumah saja, saya biasa melakukan
beberapa hal ini
1. Gaya Hidup Minim Sampah
Tidak mudah memang hidup
tanpa menghasilkan sampah, baik sampah organik maupun anorganik. Tetapi bukan
tidak bisa untuk meminimalkannya. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan
sebagai upaya untuk hidup minim sampah.
Pertama, kurangi
pemasukan sampah dari luar. Biasanya sampah ini berasal dari kantong plastik
belanja, wadah makanan, atau kemasan produk yang kita beli. Nah, mulai
sekarang, coba deh untuk membawa kantong belanja sendiri dari rumah ketika
bepergian. Walaupun awalnya gak niat belanja, terkadang dalam perjalanan, ada
saja barang yang terpikirkan untuk dibeli. Entah buah-buahan atau kebutuhan
dapur yang baru ingat persediaannya sudah habis.
|
Gaya hidup minim sampah |
Memang tidak mudah,
kadang juga lupa bawa kantong belanja dari rumah dan terpaksa pakai plastik
dari tokonya. Kalau sudah begitu, bisa disiasati dengan tidak langsung membuang
kantong plastik yang masih bersih. Bisa disimpan dahulu untuk dipakai saat
belanja berikutnya. Jadi, walaupun tetap pakai kantong plastik, tapi minimal tidak
menambah sampah di rumah.
Kedua, habiskan makanan
dan minuman yang kita makan. Caranya ambil dalam porsi sedikit lebih dulu,
kalau dirasa kurang, bisa nambah lagi. Saya sering miris kalau lihat orang
makan di tempat pesta. Seringkali bersisa dan seperti malu kalau makanan di
piringnya habis bersih. Padahal, kebiasaan menghabiskan makanan bukan aib kan?
Meskipun sampah organik
dapat terurai dengan cepat, namun rupanya sampah organik dari rumah tangga ini
menyumbangkan gas metana dan karbondioksida dalam jumlah yang besar lho. Jadi,
yuk habiskan makanan dalam piring demi meminimalkan sampah ini. Aksi kecil kan
tapi percayalah akan berdampak besar jika banyak yang melakukannya.
Ketiga, mengelola sampah
yang dihasilkan. Nah, kalau memang harus ada sampah yang dihasilkan, bisa
dikelola sebisa mungkin. Memilah sampah sesuai dengan jenisnya adalah hal
paling mudah yang bisa dilakukan di rumah. Apalagi kalau masih dalam skala
kecil, rumah tangga sendiri. Saya biasa memulainya dengan menyediakan dua
tempat sampah. Bisa juga satu kotak sampah dengan dua sekat. Satu untuk sampah
organik, dan satu lagi untuk sampah anorganik seperti plastik.
Sampah organik dapat
dengan mudah terurai dengan sendirinya, apalagi kalau hanya sedikit. Bisa juga
dibuat kompos dan dijadikan pupuk alami. Sementara, sampah anorganik seperti
plastik, butuh waktu sangat lama untuk terurai. Bahkan ketika dibakar pun, residunya
tidak hilang begitu saja.
Biasanya, saya
mengumpulkan kardus, kaleng bekas atau botol kaca untuk siapapun yang
membutuhkan. Bisa dikasihkan ke pemulung atau didaur ulang jadi barang lain
yang lebih bermanfaat.
Baca juga : 5 Hal Yang Bisa Dilakukan Untuk Meminimalisr Sampah Plastik
2. Hemat Listrik
“Saya sudah bayar listrik
sendiri kok, jadi pakainya suka-suka saya dong!”
Pernah dengar omongan
seperti itu? Hm, pengen diapain tuh orang? Hehe. Ini bukan perkara seberapa
mampunya kita membayar listrik, tetapi perkara emisi gas yang dihasilkan. Untuk
menghasilkan energi listrik, perlu proses panjang yang meliputi pembakaran bahan
bakar dari fosil. Nah, proses pembakaran inilah yang menghasilkan gas CO2 yang
dapat menyebabkan pemanasan global.
Hemat listrik bisa
dilakukan dengan mematikan lampu atau alat elektronik yang tidak dipakai, mencabut
kabel yang tidak terpakai dari saklar, dan menggunakan alat elektronik yang
hemat energi. Sebagai ibu rumah tangga, pastinya juga terbiasa teliti dalam membeli
barang-barang elektronik. Sebisa mungkin mencari barang yang hemat konsumsi
listriknya.
|
Save the planet |
Oh iya, saya juga
terbiasa untuk membuka jendela agar sirkulasi udara dalam rumah tetap segar,
jadi bisa mengurangi penggunaan kipas angin atau AC dalam ruangan.
3. Hemat Air
Sejalan dengan hemat
listrik, hemat air juga bisa dilakukan sebagai upaya mitigasi perubahan iklim
dari rumah. Dengan menghemat air, otomatis saya juga akan menghemat energi
listrik yang digunakan untuk memompa air itu.
Mudah kok untuk memulai
menghemat air dari rumah sendiri. Misalnya saat mencuci tangan atau mencuci
piring, usahakan menggunakan aliran air secukupnya dari kran. Selalu tutup kran
sementara menggosok gigi atau tidak membiarkan kran terbuka semalaman untuk
mengisi bak kamar mandi.
Baca juga : Hujan Asam? Wah, gawat!
Air bekas cucian beras
atau cucian sayuran juga biasa saya manfaatkan untuk menyiram tanaman.
Sedangkan air cucian pakaian bisa dimanfaatkan kala sedang membersihkan area
kamar mandi. Terlihat sepele sih ya, tapi cukup menghemat air, listrik, dan
tentu saja efek jangka panjangnya menjaga bumi.
4. Berkendara Secara Bijak
Emisi gas yang dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar kendaraan juga dapat meningkatkan efek gas rumah
kaca di atmosfer. Maka tidak heran ya, semakin banyak kendaraan yang berlalu
lalang dan hidup, semakin panas suhu udara di sekitarnya.
Berkendara memang
memudahkan kegiatan manusia, tetapi alangkah baiknya jika kita bisa bijak dalam
menggunakannya. Kalau masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik sepeda,
kenapa harus naik kendaraan bermotor?
Bijak dalam berkendara
juga bisa dilakukan ketika akan bepergian bersama. Lebih baik naik dalam satu
kendaraan daripada membawanya masing-masing kalau memang punya tempat tujuan
yang sama. Bisa juga dengan menggunakan transportasi umum. Selain dapat
mengurangi kemacetan karena banyaknya jumlah kendaraan, polusi udara dan emisi
gas buang kendaraan juga dapat berkurang.
Beberapa langkah kecil
dari rumah itu memang terlihat sepele dan ringan ya. Tapi coba bayangkan kalau
setiap orang melakukannya secara terus menerus. Seperti kata pepatah, ‘Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit’,
hal-hal sederhana akan menghasilkan efek yang besar nantinya.
|
#UntukmuBumiku |
So, it’s #TimeforActionIndonesia! Jangan
mengaku pemuda Indonesia kalau tidak memulai perubahan meski dengan langkah
yang kecil dahulu. Di hari Sumpah Pemuda ini, saya selaku #MudaMudiBumi turut bersumpah untuk selalu berusaha komitmen dengan
langkah-langkah kecil saya dalam menjaga bumi tetap sehat. Dengan gaya hidup
minim sampah, hemat listrik, hemat air, dan bijak dalam berkendara, ini
sumpahku #UntukmuBumiku.
Bagaimana dengan sumpahmu untuk bumi?