Beberapa waktu lalu,
aku dan beberapa teman sekerjaku terlibat dalam obrolan ringan sepulang kerja.
Obrolan biasa sih tapi entah kenapa masih terus terngiang dalam ingatanku.
Tentang menikah. Lagi dan lagi. Maklum saja, kebanyakan dari kami memang belum
menikah, khususnya yang perempuan. Jadi ya, harus terima jadi bahan
perbincangan dan ledekan teman-teman yang sudah menikah.
Apalagi aku dan tiga
orang teman perempuan yang memang usianya sudah bisa dibilang tidak muda lagi.
Bahkan ada yang menyebut kami perempuan kadaluarsa! Hadeh... Kami sih cuek-cuek
saja karena mau bagaimana lagi. Kenyataan memang tak bisa dipungkiri. Haha.
“Memang kamu gak pengen
nikah?”
“Ya bukan gitu, kami
perempuan kan hanya bisa menunggu. Masa kami yang harus jemput?”
“Ya, jaman sekarang
mah gak apa-apa. Tapi kalau memang mau nunggu, berarti laki-lakinya itu harus
ngerti bahwa dia itu sedang ditunggu dan harus segera jemput perempuannya.”
“Nah, betul itu,
Pak.”
“Kalau laki-lakinya
gak perngertian, itu namanya laki-laki tak berguna.” Semua orang yang mendengar
itu langsung tertawa dan saling meledek.
“Haha. Kalau gitu,
tinggalin aja. Untuk apa menunggu sesutau yang gak pasti.”
“Lho, kan kalau
memang sudah ada hubungan serius, kita harus setia, Pak.”
“Yah, setia sih
setia, tapi kalau gak pasti gimana? Keburu tua lho!”
“Itulah cinta, atas
nama cinta, membutakan segala logika, haha.”
Hadeh...