Beberapa hari yang lalu, ponselku menerima sebuah pesan
pendek berisi, yah... bisa dibilang sedikit curhat lah. Bahasannya tak
jauh-jauh dari usia dan kegalauan hati. Kira-kira begini isi pesannya,
“Kenapa ya Lia, diriku seperti ada di tingkat kegalauan
paling tinggi akhir-akhir ini, mikirin soal jodoh,”
Kubalas dengan tawa saja, lalu dia kembali membalasnya
dengan,
“27 tahun, Li...”
Usiaku juga 27 tahun, malah sudah lewat beberapa bulan,
hehe. Aku jadi berfikir setelah itu. Mungkin memang setiap orang pasti berbeda
ujiannya. Ada yang diuji dengan kekayaan, apakah dia bersyukur atau tidak, ada
yang diuji dengan kemiskinan, apakah dia masih beriman atau tidak, ada yang
diuji dengan kepandaian, apakah dia akan mempergunakan kepandaian itu dengan semestinya,
dan ada yang diuji dengan yang dibahas di atas tadi, terasa jauh jodohnya.
Padahal, mungkin Allah sedang mencarikan pasangan yang sesuai dengan kita, yang
benar-benar kita butuhkan dan bukan sekedar pasangan hidup saja.
Jadi ingat juga obrolan dengan beberapa teman yang lain,
“Kenapa ya, orang-orang yang keliatannya biasa-biasa aja,
gak terlalu baik, gak diburu-buru, malah cepet dapat jodohnya. Lha yang sudah
terasa siap, yang umurnya sudah di puncak 30-an, yang punya antrian adik untuk
nikah juga, eh malah gak nikah-nikah.”
“Yah, kan kalau asal-asalan, dapat jodohnya juga asal.”
“Ya, bukannya aku menilai diriku sudah baik, tapi rasanya
kok susah banget.”
“Ya, inget aja, wanita yang baik itu untuk laki-laki yang
baik.”
“Ya, tapi memang lebih enak yang sekalian jomblo, jadi
gak ada sindiran dobel. Kan bisa beralasan belum ada calon, gitu. Coba kalau
yang sudah punya calon dan masih belum jelas kapan mau nikahnya, pasti banyak
sindiran, nunggu apalagi?”
Aku tertawa saja. Betul juga. Lalu ada yang menambahkan,
“Ya, kayak gue, keliatan ada calon, sudah lama jalan,
tapi gak nikah-nikah. Sering banget ditanya nunggu apa lagi? Rasanya pengen
nangis. Sampai terlintas dalam pikiran gue, seandainya nikah itu Cuma butuh
biaya satu juta.” Ramai, seru. Berbagai alasan yang mungkin gak bisa diterima
orang lain, tapi memang begitulah yang sebenarnya.
Orang lain memang sering menyudutkan orang yang belum
juga menikah, padahal mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka juga
tak tahu bagaimana perasaan orang yang mereka tanyai terus-menerus, apakah
biasa-biasa saja, sakit, atau sampai tak ingin lagi menyapa. Mereka juga tak
tahu bahwa sebenarnya doa-doa mereka yang belum menikah itu makin teruntai
panjang setiap habis sholatnya, merajinkan diri untuk menitipkan permintaan
lewat hujan yang datang. Mereka pun tak tahu bahwa setiap kali ditanya, mereka
menyembunyikan air mata yang bisa saja tumpah setelah orang-orang itu pergi.
Juga, mereka tak tahu bahwa alasan yang mereka dengar itulah alasan paling sebenarnya.