Siapa
yang tidak setuju bahwa Indonesia adalah sepotong surga yang dihadirkan ke
dunia? Bagaimana tidak, berbagai tanaman tumbuh subur dimana-mana. Berbagai
macam hewan berkembang biak dengan leluasanya. Negeri ini memang dianugerahi
kekayaan beraneka rupa. Mulai dari adat istiadat, tradisi, bahasa daerah,
kuliner, sampai tempat wisata alamnya.
Bayangkan bagaimana orang-orang Indonesia itu sangat kreatif dalam membuat olahan makanan. Sambal saja sudah tak terbilang banyak jenisnya. Apalagi yang disebut soto, dari Sumatera sampai Makasar ada bermacam namanya, tentu saja rasanya juga berbeda-beda. Makanan pokok yang dominan nasi saja bisa dengan mudah menemukan alternatif lainnya, misalnya jagung, ubi-ubian, dan sagu di beberapa wilayah bagian timur Indonesia.
Coba
sebutkan wisata alam yang ada di seluruh dunia. Mungkin jawabannya ada Grand
Canyon, Pegunungan Fuji, Kepulauan Hawai, atau danau-danau di Finlandia. Kalau
wisata alam di Indonesia? Nah ini dia! Ada Raja Ampat, Gunung Rinjani,
Kepulauan Seribu, Danau Toba, konservasi gajah Way Kambas, konservasi badak
Ujung Kulon, Sungai Musi, Kelok Sembilan di Sumatera Barat, dan masih banyak
tempat wisata yang belum habis disebutkan.
Hal
ini tentu saja menjadi kebanggaan warga negara Indonesia. Selain menjadi sumber
daya alam untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan, juga bisa
menjadi sumber penghasilan yang didapat dari segi wisatanya.
Bicara
tentang wisata alam, Indonesia punya banyak tempat yang bisa dikunjungi baik
oleh wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Mulai dari pegunungan, laut,
danau-danau, air terjun, hingga kawah bekas letusan gunung berapi. Tapi
rupanya, tidak sedikit orang-orang yang mungkin sengaja atau tidak sengaja
malah membuat alam menjadi rusak dan bahkan hilang keindahannya.
Gunung Anak Krakatau Bukan Tempat Wisata
Gunung Anak Krakatau merupakan pulau vulkanik yang muncul setelah gunung Krakatau meletus dahsyat pada tahun 1883 silam. Kemunculannya pertama kali dilaporkan pada tahun 1927 dan laju pertumbuhannya sekitar 20 inch per bulan. Hingga kini ketinggian gunung anak krakatau ini sudah mencapai lebih dari 450 meter.
Gunung anak krakatau (dok. pribadi) |
Karena kemunculannya sebagai gunung berapi di tengah laut, maka gunung anak krakatau ini dijadikan pusat penelitian dan pengkajian. Tidak salah jika pemerintah provinsi Lampung menjadikannya sebagai Cagar Alam Krakatau yang hanya boleh dikunjungi dengan tujuan penelitian, pendidikan, dan pengembangan pengetahuan.
Namun,
belakangan ini makin marak agen wisata yang mempromosikan kawasan ini sebagai
tujuan wisata. Tentu saja, selain panoramanya yang memukau mata, perjalanan
menuju kawasan ini juga relatif mudah dan terjangkau.
Saya
pernah mengunjunginya pada tahun 2017 lalu dalam rangkaian acara Festival
Krakatau, tentu setelah mendapat izin dari BKSDA setempat. Memang kawasan ini
begitu menakjubkan. Pasir hitam di pantai bawah lereng gunungnya masih bersih. Untuk
mencapai kaki gunung anak krakatau ini, saya dan rombongan harus melewati hutan
kecil terlebih dahulu. Berjalan di antara banyak jenis tumbuhan dan suara hewan
liar membuat saya serasa menyatu dengan alam dan membuat pikiran tenang.
Baca juga : Semarak Festival Krakatau
Cagar Alam Krakatau (dok. pribadi) |
Begitu sampai di lereng dan bisa menatap puncak gunung anak krakatau ini, rasa takjub saya semakin bertambah. Betapa gagah gunung ini menjulang dengan warna hitam pekatnya. Melihat ke sekeliling, tanaman hijau tumbuh subur seperti memagari dan menjaga gunung ini. Saya jadi berfikir, alangkah bodohnya kita kalau sekarang kita dengan leluasa mengajak orang ramai-ramai menginjakkan kaki disana dan mungkin saja dengan begitu bisa merusak pemandangan indah yang saya lihat sekarang. Bukankah kita manusia sudah punya tugas untuk menjaga dan melindungi hutan?
Cagar Alam Pulau Sempu Yang Jadi Tempat Wisata
Beberapa
tahun belakangan, ramai di media memberitakan tentang cagar alam Pulau Sempu
yang mulai menjadi tujuan utama bagi para wisatawan. Padahal menurut BBKSDA
Jawa Timur, pulau Sempu bukanlah tempat wisata melainkan cagar alam yang hanya
bisa dikunjungi untuk kepentingan konservasi, pendidikan dan penelitian saja.
Cagar alam pulau Sempu (Sumber : bbksdajatim.org) |
Pulau Sempu sendiri berada di desa Tambak Rejo, kecamatan Sumbermanjing Wetan, Malang. Cagar alam ini memiliki beragam ekosistem yang membuatnya begitu mempesona di mata wisatawan. Sebut saja kawasan hutan bakau, hutan pantai, dan hutan hujan tropis. Ditambah lagi dengan adanya Segara Anakan, danau hasil aliran air laut yang melewati celah karang.
Tidak
sedikit wisatawan yang datang membawa tenda dan perlengkapan berkemah untuk
menikmati suasana alam di pulau ini. Sedikit berandai-andai, kalau kita manusia
bertukar peran sebagai hewan dan tumbuhan yang mendiami pulau ini, bagaimana ya
perasaan ketika diserbu oleh manusia yang katanya tidak bertujuan mengganggu,
tapi pada kenyataannya tidak juga membuat nyaman kehidupan disana.
Pulau Sempu dipenuhi wisatawan (Sumber : merdeka.com) |
Banyaknya jenis flora dan fauna yang hidup di kawasan ini terancam rusak jika wisatawan terus berdatangan tanpa mengindahkan label cagar alam yang melekat pada Pulau Sempu. Padahal seharusnya kita juga turut andil dalam menjaga flora dan fauna yang ada di Indonesia.
Dari
gunung anak Krakatau dan pulau Sempu, sebenarnya kita belajar bagaimana
seharusnya kita mensyurkuri alam di Indonesia sebagai sepotong surga yang hadir
di dunia. Masih banyak tempat yang bisa dijadikan tujuan wisata alam di
Indonesia. Hey, bukankah Indonesia ini kaya? Mari, saya tunjukkan beberapa
tempat wisata alam yang ada di Lampung, tempat saya lahir dan tinggal sampai
sekarang.
Wisata Alam Lampung
Pantai Labuhan Jukung dan
Tanjung Setia
Lampung
memang tempatnya wisata pantai. Dari pantai yang bersahabat untuk kaum mandi di
laut, sampai pantai dengan ombak menantang yang jadi incaran peselancar dunia.
Hampir
semua tempat di Lampung punya pantai yang bisa dikunjungi. Rata-rata memang
berbayar karena sudah dikelola dan dilengkapi fasilitas seperti kamar mandi dan
arena bermain atau spot foto yang kini makin digemari. Tapi ada juga pantai
yang dibiarkan alami tanpa adanya tiket masuk
dan biasanya sudah dikelola oleh pemerintah daerah setempat.
Pantai Tanjung Setia (dok. pribadi) |
Untuk kaum mandi di laut, bisa berkunjung ke pantai Selaki dan pantai Embe di Lampung Selatan, atau pantai Mutun dan Mahitam di Pesawaran. Pecinta foto dan hobi berburu tempat yang instagramable, bisa ke pantai Gigi Hiu di Tanggamus dan pantai Sari Ringgung di Pesawaran. Nah, kalau mau menantang adrenalin dan pengejar ombak besar, bisa ke pantai Tanjung Setia dan Labuhan Jukung di Pesisir Barat.
Baca juga : Disambut Ombak di Labuhan Jukung
Untuk
dua pantai terakhir ini adalah kebanggaan warga Lampung. Di kalangan pemburu
ombak dan peselancar, pantai Tanjung Setia pasti sudah tidak asing lagi.
Disini, pernah jadi tempat perlombaan selancar dunia lho! Bangga gak tuh punya
pantai yang terkenal selain pantai di Bali dan Nusa Tenggara?
Pantai Labuhan Jukung (dok. pribadi) |
Pantai Labuhan Jukung juga tidak kalah menawannya. Tidak ada tiket masuk di pantai ini, karena memang warga disana ingin lebih dekat dengan alam tanpa embel-embel uang. Di pantai ini memang wisatawatan tidak dianjurkan untuk berenang bebas karena ombaknya yang seringkali tinggi, bahkan pada bulan-bulan tertentu, ombak bisa membuat plang nama tempat yang dipasang di bibir pantai rusak.
Oh
iya, ada satu lagi. Bagi pecinta makhluk-makhluk laut, Teluk Kiluan sudah pasti
bisa jadi tempat tujuan utama wisata alam. Pasalnya, disana wisatawan bisa
melihat langsung ikan lumba-lumba saling berloncatan di tengah laut! Bagi yang
hobi menyelam, disana juga menyediakan pemandangan bawah laut yang mengagumkan.
Taman Nasional Way Kambas
Taman
Nasional Way Kambas merupakan tempat konservasi gajah untuk menjinakkan,
melatih, dan mengembangbiakkan gajah agar meminimalisir konflik antara hewan
besar ini dengan manusia. Terletak di kabupaten Lampung Timur, Taman Nasional
Way Kambas dibuka untuk umum dengan dua jenis wisata, yaitu pusat konservasi
gajah dan pengamatan satwa di resort Way Kanan.
Taman Nasional Way Kambas (Sumber : waykambas.org) |
Di pusat konservasi gajah, wisatawan dapat melihat secara langsung berbagai atraksi dari hewan besar menggemaskan ini. Wisatawan juga bisa melihat dan merasakan bagaimana sensasi memandikan gajah kemudian bermain bola bersama gajah.
Sementara
itu, bagi wisatawan yang menyukai aktivitas yang lebih menantang seperti
berpetualang, dapat mengunjungi Resort Way Kanan untuk mengamati berbagai jenis
satwa yang ada disana.
Misalnya
saja mengamati burung (birdwatching) seperti burung langka jenis mentok rimba,
rangkong, elang dan lainnya. Atau aktivitas lain seperti menyusuri hutan
(jungle track) dan menyusuri sungai untuk mengamati habitat buaya muara.
Kebun Raya Liwa
Bagi
penikmat wisata alam yang menginginkan kesejukan, pemandangan hijau yang menyegarkan
sekaligus mempelajari berbagai jenis tumbuhan, Kebun Raya Liwa bisa jadi
pilihan kalau berkunjung ke Lampung. Terletak di desa Pekon Kubu Perahu
kecamatan Balik Bukit, Liwa, Lampung Barat, tempat ini kini sudah dibuka untuk
umum.
Kebun Raya Liwa (Sumber : lampungbaratkab.go.id) |
Membentang dengan luas sekitar 86 hektare, Kebun Raya Liwa memiliki beberapa area taman yang indah untuk dikunjungi, antara lain Taman Hias, Taman Obat Mini, Taman Anggrek, Taman Buah dan Taman Rumput Bali.
Selain
berbagai jenis tanaman itu, Kebun Raya Liwa juga dilengkapi dengan banyak spot
foto yang instagramable. Jadi, bagi wisatawan yang hobi foto dan posting di
media sosialnya, tidak perlu khawatir fotonya akan berwarna hijau saja, hehe.
Spot foto di Kebun Raya Liwa (dok. pribadi) |
Itu dia beberapa tempat wisata alam yang ada di Lampung. Berwisata memang mengasyikkan, tapi alangkah lebih baiknya jika dibarengi dengan upaya untuk melestarikan sumber daya alam yang ada. Hal paling kecil yang bisa dilakukan misalnya dengan membuang sampah pada tempatnya, tidak asal mencabut, memotong, atau memetik tanaman yang sekiranya kita jumpai saat berwisata alam, dan tidak membuat sungai atau sumber mata air tercemar.
Baca juga : 5 Tempat Wisata Favorit
Masih
sangat banyak tempat wisata alam di Indonesia yang bisa dikunjungi. Dari semua
itu, sebenarnya bukan bagus atau tidaknya pemandangan alam yang disuguhkan.
Tetapi lebih kepada diri kita yang mau atau tidak untuk berwisata tanpa merusak
alam. Karena, sebagus apapun pemandangannya, kalau tangan-tangan jahil kita
masih berkeliaran, akan rusak juga kan alamnya?