Untuk hari ke 9 ini, saya pilih ganti tema saja karena memilih 5 blogger rasanya sulit. Kenapa? Karena saya punya banyak blogger yang jadi panutan untuk saya. Jadi daripada saya bingung pilih yang mana, mending saya ganti tema, hehe.
Sebenarnya sudah lama saya tulis surat ini dan saya pernah bilang disini untuk memposting surat saya. Hm, tapi yang ini ada beberapa bagian yang saya edit karena terlalu pribadi, haha. Agak malu juga sih mau posting ini, tapi gak apa-apa deh sekali-sekali ya. Demi tema...
ooo
Sebenarnya sudah lama saya tulis surat ini dan saya pernah bilang disini untuk memposting surat saya. Hm, tapi yang ini ada beberapa bagian yang saya edit karena terlalu pribadi, haha. Agak malu juga sih mau posting ini, tapi gak apa-apa deh sekali-sekali ya. Demi tema...
ooo
Dear, Laki-laki yang
kupanggil Mamas
Kamu lagi apa?
Ini pertanyaan yang dari
dulu buat aku ketawa. Awal ditanya ini sih Cuma senyum-senyum geli gimana gitu.
Dulu, kita pertama chatting lewat facebook ya? Atau pertama kali berkirim sms?
Dulu kita belum kenal sama whassapp ya? Boro-boro kenal, ponsel aja masih yang
hanya bisa untuk nelpon, sms, setel musik, paling banter untuk denger radio,
hehe.
Sekarang lagi apa?
Ini pertanyaan kedua
setelah pertanyaan pertama tafi aku jawab dengan berbagai macam tulisan. Entah
lagi baca buku kah, atau lagi tiduran aja, atau lagi makan. Jadi di pertanyaan
yang kedua ini, sebelum aku ketik jawaban, aku ngakak dulu. Ini jadi refrain
deh. Gak ada pertanyaan lain lagi apa? Semisal habis ini mau ngapain lagi? #eh
itu sama aja ya? Haha.
Itu dulu, dan sampai
sekarang, sampai kita menikah dan lagi kerja di tempat masing-masing, aku
selalu kamu suguhi dengan pertanyaan yang sama setiap kali memulai percakapan.
Sekarang mah sudah ada WA ya, jadi bisa langsung balas dan gak harus ngetik
jawaban panjang-panjang dulu demi mengirit pulsa untuk balas, haha.
Aku mau bilang
terimakasih kalau kamu yang mulai percakapan duluan. Kamu tahu gak, di tempat
kerja kita masing-masing, kita bersosialisasi dengan siapa aja, ketemu dengan
berapa banyak orang, atau malah sendirian di ruangan. Tersenyum dan menyapa
berbagai jenis karakter orang, marah-marah gak jelas, ngedumel dalam hati.
Ketika kita saling chat, seolah ada udara sejuk yang menyapa wajah kita.
Perasaan kita juga jadi adem dan merasa seolah masing-masing kita hadir untuk
sekadar menyapa.
Jadi, gak apa-apa kamu
terus mengawali percakapan kita dengan pertanyaan “Dek lagi apa?” walaupun itu
terkesan monoton. Tapi percayalah, kalau kamu mulai dengan pertanyaan lain,
malah aku yang jadi disorientasi, hehe.
Dear, laki-laki yang
kupanggil Mamas,
“Aku cantik gak?”
Mungkin kamu bosan ya
mendengar pertanyaan itu dari mulutku yang hampir setiap hari. Kalau dibuat
serius, mungkin kamu bakal susah untuk jawabnya. Mau dijawab jujur dengan
bilang “gak cantik”, pasti aku manyun. Tapi kalau jawab gak jujur berarti ya
bohong. Lalu kamu pasti menjawabnya dengan “iya” sambil tersenyum.
Ironisnya, gak Cuma
sampai disitu aja pertanyaannya. Masih ada lanjutan pertanyaan seperti kamu
melanjutkan pertanyaan yang sudah kita ulas tadi.
“Cantik aja apa cantik
banget?”
Ini juga pertanyaan yang
mungkin bikin kamu galau. Jawab jujur atau gak. Tapi toh kamu hampir selalu
menjawabnya dengan pilihan kedua. Adakalanya memang kamu memilih jawaban
pertama, tapi seperti yang sudah aku bilang tadi, aku akan cemberut dan memukul
bahumu. Tidak ada pilihan ya? Haha.
Di lain waktu, aku juga
hampir selalu menanyakan apakah sayur yang aku masak rasanya enak atau ada yang
kurang. Sebagian besar jawaban kamu sudah bisa ditebak. “Enak.” Hanya beberapa
kali saja kamu jawab kurang asin atau kurang apa gitu, seperti tidak tahu
rasanya memang ada yang kurang. Padahal kalau dipikir lagi, mungkin masakanku
rasanya pas-pasan. Maklum ya, aku baru menyentuh dapur ketika aku menikah
denganmu.
Pada intinya, aku hanya
mencoba untuk membuat kita seperti sepasang anak muda yang saling
gombal-gombalan walaupun kebanyakan gombalannya malah dari aku. Mungkin ini
lucu mengingat usia kita sudah beranjak dewasa, tapi percayalah dengan ini kita
bisa jadi lebih awet muda. Lagipula siapa lagi coba yang mau ngegombalin aku
selain kamu sebagai suamiku? :P
Kalau diperhatikan, kamu sering
sekali kasih kode ke aku. Misalnya, seperti sore itu sepulang kita kerja. Kamu
sengaja memperlambat laju motor dan bilang,
“Kayaknya makan yang
anget-anget enak ya?” padahal sore itu panas, gak hujan. Tapi aku langsung
nyambung karena aku inget gak jauh dari situ ada warung bakso.
“Bilang aja kalau mau
beli bakso.” Ya benar saja kita berhenti di depan warung bakso. Walaupun kita
Cuma beli satu bungkus yang nanti kita makan bersama karena seringnya aku gak
habis mau makan semangkuk bakso sendirian, tapi rasanya kamu lega karena aku
sudah bisa memecahkan kode kamu.
Kadang aku sengaja untuk
gak merespon kode yang kamu kasih padahal aku tahu. Sengaja, biar kamu bilang
secara langsung. Tapi kelamaan. Kadang aku juga males main kode-kodean kalau
suasana hati sedang lelah. Dan kamu biasanya biasa aja, gak ambil pusing, atau
aku aja yang gak bisa baca ekspresi kamu yang kebanyakan datar aja?
Itu kalau kamu yang kasih
kode?
Kalau aku yang kasih kode
sepertinya kamu jarang banget bisa memecahkan kode yang aku kasih. Mungkin
memang benar ya, laki-laki itu paling gak bisa baca kode yang perempuan kasih.
Gak apa-apa. Ini namanya belajar. Bukankah kita dipertemukan biar kita saling
memahami?
Dear laki-laki yang
kupanggil Mamas,
Sudah ah buat suratnya.
Bersyukur banget kalau kamu mau baca ini tanpa melewati bagian manapun. Gak
berharap banyak sih, tapi apa salahnya mencoba berkomunikasi dengan surat
seperti jaman dulu sebelum ada ponsel ya, hehe.
Oh iya, tetaplah jadi
laki-laki penyayang walaupun gak pernah romantis. Aku mencintai kamu kok.
Istrimu,
2 komentar:
halo kak! senang dan merasa terhibur ketika membaca suratmu ini hehehe
dari saya yang belum berkeluarga wkwk kunjungi blog saya juga ya kak hehe elsanulis.blogspot.com hehe makasih kak <3
halo elsa, terimakasih kunjungannya ya.. semoga dikasih jodoh terbaik untuk Elsa..
Posting Komentar