25 Mei 2021

Sepenggal Cerita Idul Fitri 2021

Selamat Idul Fitri yaaaa! Mon maap nih, lumayan telat posting lebarannya, tapi belum telat untuk ngucapin selamat lebaran kan ya? Masih bulan Syawal kok ini, hehe.

Gimana, gimana? Tahun ini pada mudik gak? Gak mudik? Gak apa-apa, sama kok. Saya juga tetap di rumah setelah sehari nginep di rumah mertua dan orangtua, hehe. Deketan soalnya. Inilah hikmahnya punya orangtua dan mertua yang gak sampe nyebrang pulau atau nyebrang laut, lebaran bisa bolak balik dengan aman.

Idul Fitri 1442 H
Idul Fitri 1442 H

Untuk yang seharusnya mudik tapi gak jadi karena ada penyekatan, ya ambil hikmahnya aja. Hitung-hitung, memanfaatkan teknologi untuk mendekatkan yang jauh dan tetap terhubung walaupun raga tak bisa berkumpul, hehe.

Lebaran Tak Lengkap

Oke, ceritanya lebaran saya tahun ini cukup menyenangkan walaupun ada sedihnya karena para adik gak bisa kumpul bareng. Adik yang dekat rumah, malah lebaran di pulau seberang, jauh hari sebelum ada penyekatan sudah mudik dia. Adik yang seberang provinsi, gak bisa berkutik karena memang liburnya pas hari pertama penyekatan, haha. Adik yang terdampar paling jauh di ujung pulau Jawa apalagi, memang sudah pasrah lebaran sendirian disana.

Paling sedih sih, ibu sama abah di rumah. Sudah adik-adik gak bisa pulang, saya yang memang diharapkan untuk bisa lebaran hari pertama disana, malah gak bisa juga. Ya gimana ya, kalau sudah punya dua keluarga, memang harus mengorbankan salah satunya. Saya yang dari awal menikah sudah punya pernjanjian perihal lebaran (haha, kalian punya gak sih?), tahun ini memang jatahnya hari pertama di rumah mertua.

Honeymoon old
Cieee yang kayak lagi pacaran >,<

Hasilnya? Ibu dan abah hanya bertiga di rumah bareng adik bungsu. Mohon maaf lahir dan batin ya Bu sama Abah, hehe. Di rumah mertua, hari pertama juga gak bisa kumpul semua kok. Masih ada minus kakak ipar yang belum lama ini menikah dan lebaran pertama di rumah mertuanya. Juga minus ponakan yang harus dinas di hari lebaran pertama.

Entah karena memang gak bisa kumpul semua denga lengkap, atau karena waktunya juga gak bisa singkron, lebaran tahun ini gak ada foto bersama keluarga besar. Agak aneh gimana gitu sih, karena memang setiap lebaran pasti ada foto ramean. Serius ini mah, di keluarga besar suami malah gak ada satu foto pun pas hari lebaran kemarin, haha.

Ketika saya telepon ibu di hari pertama kemarin dan tanya sudah foto atau belum, jawabannya juga hampir sama. Karena gak ada yang kumpul, jadi males foto, haha!

Balada Baju Lebaran

Kalau biasanya keluarga besar dari suami itu sudah heboh soal baju seragam lebaran dari jauh-jauh hari, tahun ini entah kenapa sepi-sepi aja. Gak ada sidang isbat untuk menentukan warna baju apa pakai jilbab apa, baju koko model apa paduan pecinya bagaimana, hehe. Kemarin-kemarin sebelum lebaran sempat diisukan untuk pakai baju seragam yang belum lama ini dibuat saja.

Lumayan lah, irit dana lebaran untuk beli baju. Tapi ternyata karena memang gak bisa kumpul itu, jadi pakai outfit masing-masing aja. Tetep, saya dan suami gak beli baju juga. Pertama, karena memang saya berfikir gak harus baju baru sih pas lebaran, yang penting baju terbaik dan rapih aja. Kedua, sebenernya niat beliin suami baju koko, tapi ternyata gak sempat dan tiba-tiba sudah lebaran, haha. Ya sudahlah, pakai ada aja. Toh gak mengurangi nilai khidmatnya Idul Fitri juga.

Nah, justru isu baju seragam lebaran ini datang dari keluarga saya. Adik perempuan saya sudah milih-milih baju yang cocok dan sudah pesan untuk semua anggota keluarga yang perempuan (cuma 4 orang sih yang perempuan). Seneng banget dong saya. Pertama kali lho pakai baju seragam lebaran, biasanya kan selera masing-masing atau yang senada aja warnanya.

Baca juga : Baju Baru atau Baju Lama?

Eh, tragedi datang! Baju seragam dipesan dan dikirim ke alamat adik saya yang tinggal beda provinsi itu. Niat awal mau pulang kampung dan bawain itu baju, ternyata ada penyekatan dan gagal mudik, hwaaaa! Yah, memang belum takdir sih tahun ini bisa pakai seragam lebaran, haha.

Walaupun begitu, lebaran tetap momen menyenangkan kok. Tetap bisa terhubung lewat video call yang bisa menyatukan semua anggota keluarga. Lupakan baju seragam lebaran, dan ingat momen indahnya aja.

Baiklah, cerita lebarannya disambung di postingan selanjutnya aja ya. Sedikit bocoran, ada kisah tentang Five Girls yang kembali membawa serta pasukannya. Ada apa ya kira-kira? Pantengin aja blog ini di postingan selanjutnya!

Bonusnya seperti biasa, deretan foto di momen lebaran. Ada yang diambil sudah hari ke berapa sampai ada yang diambil pas kondangan, hehe.

Idul Fitri
Yah, belum siap, haha

Menikah di bulan Syawal
Pasagan romantis

OOTD Kondangan
Gak ada pasangannya, wkwk

12 Mei 2021

Kebaikan Berantai

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman: Jika hamba-Ku bertekad melakukan keburukan,, jangan lah dicatat hingga ia melakukannya. Jika ia melakukan keburukan tersebut, maka catatlah keburukan yang semisal. Jika ia meninggalkan keburukan tersebut karena-Ku, maka catatlah satu kebaikan untuknya. Jika ia bertekad melakukan satu kebaikan, maka catatlah untuknya satu kebaikan. Jika ia melakukan kebaikan tersebut, maka catatlah baginya sepuluh kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat.

(H.R. Bukhari No. 7062 dan Muslim No. 129)

Saya yakin sepotong hadits itu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bagaimana sayangnya Allah pada kita dan bagaimana Dia mengajarkan kita untuk selalu menebarkan kebaikan. Bahkan kebaikan yang baru saja terucap dan belum dilakukan pun sudah dicatat menjadi amal.

Dengan yakinnya, saya setuju karena saya pernah merasakannya secara langsung. Adalah ibu saya, perempuan yang darah dagingnya menitis pada saya telah memberikan banyak pelajaran untuk hidup saya sampai hari ini. Salah satunya seperti ini.

Ketika itu, ibu membeli cabe dari warung. Sampai di rumah, ibu memisahkan sebagiannya dalam kantong kecil. Katanya mau berbagi ke mbah, mertua ibu yang rumahnya bersebelahan dengan rumah ibu.

Kebaikan ayah dan ibu

Mungkin, cabe yang dibagi ke mbah saat itu tidak terlalu banyak. Cukuplah untuk beberapa kali masak. Ibu memang sering berbagi apa yang ia punya pada mbah. Kata ibu, mbah sudah dianggapnya sebagai ibu sendiri sejak pertama kali bertemu. Saya setuju lagi. Saya juga bisa merasakan perlakuan mbah terhadap ibu dengan begitu sayangnya.

Setiap kali ibu berbagi seperti itu, selalu meluncur doa-doa dan ucapan baik dari mulut mbah. Doanya tulus. Sesering itu pula balasan kebaikan datang pada ibu. Seperti kisah berbagi cabe tadi. Sore harinya, seorang teman ayah datang berkunjung ke rumah. Tanpa disangka, ia membawa berkilo-kilo cabe untuk kami!

Saya yang siang sebelumnya menyaksikan langsung bagaimana ibu berbagi cabe dengan mbah, langsung tertegun. Apakah ini balasan langsung atas kebaikan ibu saya siang tadi? Saya hanya bisa menatap cabe-cabe itu dengan takjub.

Banyak hal dalam hidup yang memberikan pelajaran bagi kita ketika kita bisa melihat lebih dalam lagi. Mungkin kisah cabe tadi hanya sebagian kecil dari banyaknya kisah tentang menebar kebaikan yang berbuah pada kebaikan lain bagi si pemberi. Itu pun kebaikan yang langsung dibalas saat itu juga, dengan berpuluh kali lipatnya.

Saya jadi membayangkan bagaimana rantai kebaikan ini tak akan terputus. Dari mungkin niat ibu saya yang membeli cabe bukan hanya sekadar untuk kebutuhan saja, tapi juga menolong tetangga melariskan dagangannya. Kemudian berlanjut ke berbagi pada mbah yang akhirnya mendatangkan kebaikan dari orang lain. Tentunya teman ayah yang berbagi cabe tadi juga akan mendapatkan kebaikan berlipat-lipat pula.

Baca juga : Doa Di Penghujung Ramadhan

Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita petik. Prinsip menebar kebaikan itulah yang ditanamkan oleh ayah dan ibu saya sejak saya masih kecil. Dan saya akan selalu mengingatnya sampai nanti.

11 Mei 2021

Kita Pernah Gagal, Bukan?

Tidak apa-apa kalau kamu merasa kecewa karena kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Tidak apa-apa. Tapi kecewa juga tidak akan membuatmu merasa lebih baik keesokan harinya.

Kita semua pernah gagal, bukan? Dalam satu hal, beberapa mungkin, atau bahkan seringkali? Saya juga pernah kok. Sepanjang hidup saya selama ini, saya mengalami banyak kegagalan yang kadang membuat saya merasa berada di titik terendah dalam hidup.

Pernah Gagal

Saya pernah gagal masuk pendidikan kesehatan yang berakhir terjerumus di jurusan yang tidak sepenuhnya salah tapi tidak juga membuat saya menjadi mahasiswa berprestasi. Saya pernah gagal bekerja sesuai bidang pendidikan dan berkecimpung di dunia kerja yang sama sekali belum pernah saya pahami.

Tapi dari sanalah saya belajar memahami bagaimana Allah mengatur kehidupan saya. Saya yang punya keinginan dan rencana, tapi Allah yang mengeksekusinya. Sama sekali tidak ada dalam rencana bahwa saya akan tinggal jauh dari orang tua dan tak bisa semiggu atau sebulan sekali pulang ke rumah.

Dan tahukah kamu? Dari sana juga kehidupan saya berlanjut. Tidak ada yang salah selama saya menjalaninya. Saya bisa bertemu dengan banyak orang baru yang jelas-jelas berbeda latar belakang pendidikan dan budayanya. Juga, saya bertemu dengan seseorang yang salah, yang pada akhirnya membawa saya pada orang tepat.

Dari sana juga saya menemukan banyak hal yang membuat saya sadar, bahwa kehidupa itu ya sejatinya memang terus belajar. Mempelajari banyak hal seperti balita yang mulanya belajar merangkak, kemudian melangkah perlahan lalu bisa berlari. Tersandung batu itu biasa, tapi untuk bisa bangun lagi itu yang butuh niat lagi.

Terkadang, kita memang menyalahkan diri sendiri atas langkah yang menurut kita salah. Seharusnya saya tidak begini dulu. Seharusnya saya tidak bertemu dia. Seharusnya saya abaikan saja semua. Seharusnya, seharusnya, dan seharusnya. Tapi toh, kita tetap berjalan kan? Meski kadang merasa berjalan di tempat dan belum bisa beralih pada hal lain.

Mungkin, untuk pertama kalinya kita membenci diri sendiri. Kenapa harus berjalan kesana? Kenapa harus melakukan itu? Kenapa tidak menahan diri? Kenapa, kenapa, dan kenapa lagi. Saya juga pernah berada di titik itu. Membenci diri sendiri melebihi kebencian saya pada apapun yang membuat saya merasa gagal.

Tapi nyatanya, membenci diri sendiri itu membuat merana. Maka, satu-satunya jalan ya memaafkan diri sendiri dulu. Tak apa. Kita semua pernah gagal. Kita semua pernah menempuh jalan yang salah. Tapi dari sana kita juga jadi punya pengalaman yang berharga. Tidak menjadi keledai yang jatuh pada lubang kesalahan yang sama. Kita belajar untuk menjadi lebih berani. Kita belajar untuk jadi lebih menghargai hidup.

Baca juga : Ujian dan Kadar Keimanan

Tanpa disadari, ternyata kita memang sudah melewati banyak hal yang membuat kita pernah sakit. Kita sudah melewati banyak hal yang membuat kita pernah gagal dan terluka. Maka, kalau sekarang kita merasa berhenti di satu titik, percayalah, itu adalah penentu langkah kita selanjutnya untuk menaiki kehidupan yang lebih tinggi lagi.

10 Mei 2021

Lebaran yang Berkesan

Dalam hidup saya, sudah ada lebih dari 30 kali lebaran, tapi yang ada dalam ingatan saya mungkin tak sampai 25 kali. Ya, bagaimana mungkin saya mengingat lebaran ketika usia masih beranjak 1 atau 2 tahun? Hehe.

Tapi, hal-hal yang berkesan setiap kali lebaran datang selalu saya simpan dalam kenangan. Mengingatnya, saya bisa jadi tersenyum sendiri, tertawa sendiri, bahkan sedih sendiri. Menurut saya pribadi, tidak ada yang tidak berkesan saat lebaran.

Keluarga Harmonis

Dulu sekali, kesan saya yang paling diingat saat lebaran adalah baju baru. Setiap lebaran akan datang, saya selalu buka lemari baju dan melihat baju lebaran tahun-tahun yang lalu. Mungkin karena saya baru ngeh akan momen lebaran itu, makanya saya selalu menandai baju-baju lebaran saya sebagai baju lebaran pertama, baju lebaran kedua, baju lebaran ketiga, dan seterusnya.

Saya ingat betul, baju lebaran pertama saya itu warna putih tulang, baju babydoll yang roknya bermotif polkadot. Mungkin saat itu saya masih berumur 5 atau 6 tahun. Lalu, lebaran tahun berikutnya saya tandai dengan lebaran kedua. Saya punya baju baru warna kuning cerah yang motifnya lagi-lagi polkadot tapi dengan model yang berbeda. Ketika saya menulis ini, saya masih bisa membayangkan model bajunya. Baju atasan dengan tangan pendek berbentuk balon, kerah lebar melingkari leher hingga batas pundak dan bentuknya seperti kerah baju badut. Bawahannya celana pendek warna hitam.

Lebaran ke tiga, yang berarti saya sudah duduk di kelas 3 SD mungkin, saya punya baju baru dengan model hampir serupa. Hanya saja, bentuk kerahnya jadi rumbai-rumbai dan berwarna putih. Bawahannya juga beralih ke rok pendek motif bunga sulur. Saat itu, saya ingat baju model seperti itu sedang tren. Sampai-sampai, saya dan teman bisa samaan bajunya, hehe.

Hingga beberapa tahun setelahnya, kesan saya pada momen lebaran masih tetap sama, yaitu baju baru. Rasanya, kalau lebaran gak pakai baju baru itu akan sedih dan gak ada seru-seruannya bareng teman. Mungkin anak-anak 90an tahu bagaimana rasanya menyembunyikan baju baru agar tak dilihat teman sebelum lebaran. Tapi, pas lebaran dan bertemu, ternyata bajunya kembaran, hehe.

Semakin kesini, kesan lebaran pastinya berubah ya dari baju baru ke hal lain. Ada kesan lebaran di saat mulai kuliah. Saat itu, saling berkirim pesan lewat sms mengucapkan selamat idul fitri. Jangan harap bisa berkirim gambar pakai twibbon yang sekarang sedang tren. Bisa buat tulisan kreatif hanya dengan mengandalkan spasi dan karakter huruf saja sudah hebat, hehe.

Ada juga kesan lebaran saat pertama kalinya mencoba hidup jauh dari orangtua. Ada cerita mudiknya gitu. Bertanya duluan pada pimpinan kapan mulai bisa libur lebaran. Berburu tiket kereta api Palembang-Lampung yang tak semudah sekarang. Belum lagi, berdesakan di dalam gerbong karena manajemen belum sebaik sekarang. Atau ada cerita kehabisan tiket sampai harus berdiri sepanjang jalan dalam gerbong kereta.

Terakhir-terakhir, kesan lebaran saya ya mulai beranjak menuju keluarga baru. Lebaran pertama yang deg-degan karena 3 minggu lagi akan menikah. Lebaran kedua yang harus mulai membagi waktu antara orangtua dan mertua. Lebaran ketiga yang mulai akrab dan bisa menyesuaikan kebiasaan masing-masing.

Baca juga : 5 Tradisi Lebaran Yang Masih Eksis

Paling terakhir, kesan lebaran yang luar biasa karena ada pandemi. Keliling silaturahmi harus ditahan. Kalaupun akan berkunjung, pakai masker segala. Sanak keluarga gak boleh mudik dan menjadikan keluarga yang di rumah kesepian. Juga lebaran dengan bayang-bayang penyakit yang belum tahu kapan akan berakhir.

Setiap lebaran memang punya kesan masing-masing untuk saya hingga saya tak bisa memilih kesana apa yang paling mengena dalam hati saya. Apa kamu juga begitu?

09 Mei 2021

Kacang Bawang Simpel

Mendekati lebaran nih, sudah buat kue apa aja bu ibu? Nastar? Kastengel? Sagon? Atau yang kriuk-kriuk semacam kacang bawang dan keripik pisang?

Kalau saya, semenjak menikah, saya belum pernah buat kue kering sendiri di rumah. Selain malas karena sendirian dan jadi merasa gak asik, juga lebih karena belum punya alat tempurnya, wkwk. Pada dasarnya memang saya ini gak terlalu suka keribetan, pengen yang praktis aja. Dan kue kering itu menurut saya agak ribet ya. Padahal mah makannya doyan banget, haha.

Saya bisa membayangkan harus menyiapkan bahan-bahan yang gak sedikit macamnya. Apalagi kalau mau bikin kue kering yang bagusan semisal nastar atau kastengel, bahannya gak hanya terigu sama mentega aja kan? Harus ada selai nanasnya. Nah, selai nanas sendiri itu buatnya juga butuh perjuangan. Mulai dari milih nanas yang bagus, ngupasin, buang matanya, potong-potong, masak sama gula dan diaduk terus sampai jadi selai. Yah, gak usah dirinci deh ya, intinya ribet menurut ukuran saya.

Makanya, sudah beberapa kali lebaran di rumah sendiri, saya lebih memilih bikin suguhan yang simpel dan sudah yakin bisa. Tidak lain tidak bukan adalah kacang bawang!

Kacang Bawang Simpel
Kacang Bawang Simpel

Kalau di rumah orang-orang, kue yang wajib ada dalam toples saat lebaran itu kebanyakan nastar, saya punya jawaban lain. Kacang bawang itulah yang wajib ada dalam toples di rumah saya, hehe. Selain buatnya simpel banget, kacang bawang juga hampir selalu jadi peringkat pertama daam deretan isi toples yang habis duluan.

Dulu memang terasa ribet ya untuk buat kacang bawang ini. Karena mungkin dulu belum ada kacang tanah kupas seperti sekarang, makanya beli kacang tanah yang biasa, yang masih ada kulit arinya. Untuk mengupasnya, bisa dijemur hingga kering atau malah direndam air panas. Dua-duanya sama ribetnya sih menurut saya. Tapi dulu ya dijalani juga, hehe.

Kalau sekarang, saya hanya perlu beli kacang tanah yang sudah dikupas, mencucinya, menambahkan garam dan bawang putih halus, lalu goreng deh. Tambahkan irisan bawang putih goreng, lalu tring! Jadi dalam sekejap!

Memang ada beberapa versi resep kacang bawang yang beredar di dunia peresepan, tapi lagi-lagi saya mah pengennya sesimpel mungkin, hehe.

Kamu mau coba resep kacang bawang simpel ala saya juga? Nih, saya kasih resepnya.

Kacang Bawang Simpel

Bahan-bahan :

1 kg kacang tanah kupas

2 siung bawang putih dihaluskan

1 sdt garam halus

5 siung bawang putih diiris

 

Cara membuat :

1.       Cuci bersih kacang tanah kupas.

2.       Campur dengan bawang putih yang telah dihaluskan dan garam, aduk rata.

3.       Goreng bawang putih iris, angkat.

4.       Goreng kacang tanah kupas di dalam minyak bekas menggorang bawang putih.

5.       Setelah matang, campur kacang tanah dan bawang putih goreng.

6.       Masukkan dalam stoples setelah kacang dingin.

 

Tips :

Agar bawang putih dan kacang tidak gosong, angkat dari penggorengan sebelum bawang dan kacang matang. Minyak panas yang masih menempel di kacang akan terus panas dan mematangkan kacang, sehingga kalau diangkat saat sudah matang, kacang akan terlihat gosong.

Nah, itu dia suguhan dalam stoples yang wajib ada saat lebaran. Kalau kamu, mau bikin suguhan apa nih lebaran tahun ini?

Baca juga : Kamu Tim Kuker Beli atau Buat Sendiri?

08 Mei 2021

Rutinitas Menunggu Buka Puasa

Penghujung Ramadhan. Target-target di Ramadhan ini sudah tercapai kah? Kalau belum, masih ada waktu kok 4 hari lagi hingga Idul Fitri tiba. Misalnya khatam Alquran yang belum mencapai target, infaq shodaqoh yang dirasa masih kurang, atau sholat tarawih yang kemrain bolong-bolong. Atau mungkin target selain perihal ibadah langsung, seperti membuat masakan istimewa di bulan Ramadhan atau membuat waktu-waktu senggang saat berpuasa jadi lebih berarti.

Ngabuburit Berfaedah
Menunggu Buka Puasa

Ngomong-ngomong soal waktu senggang, biasanya saya ada waktu senggang ‘nanggung’ selama Ramadhan, yaitu waktu menunggu buka puasa. Kenapa nanggung? Ya, karena bagi saya, waktu senggang itu hanya beberapa menit saja. Paling lama 15 menit lah. Masak sudah selesai dan tinggal nuggu waktu berbuka puasanya aja. Tapi, 15 menit kalau diisi pekerjaan yang serius, gak bakalan cukup. Iya gak sih?

Makanya, saya biasa mengisi waktu senggang nanggung itu dengan beberapa kegiatan ringan saja. Apa saja?

Tadarus

Kalau lagi rajin sih ya, haha. Lumayan kan 15 menit bisa dapat beberapa lembar bacaan Alquran. Bagi yang punya target khatam, waktu senggang begini bisa banget dimanfaatkan untuk nyicil bacaan. Jadi, selain tadarus setelah solat wajib, bisa juga meneruskan bacaan di waktu sebelum berbuka ini.

Nonton tv

Ya, kadang kalau lagi capek banget, waktu senggang nanggung begini bisa jadi waktu istirahat yang nyaman lho. Sambil nunggu waktu berbuka, santai sebentar di depan tv. Nonton acaranya juga bukan tayangan yang serius banget. Paling ya berita sore atau tayangan feature yang ringan dan menghibur.

Kalau saya sebut sih, ini seperti kata pepatah, ‘Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui’ Sekali duduk, bisa mengistirahatkan kaki dan tangan, juga bisa dapat informasi ringan menghibur.

Ngobrol

Karena suami memang pulang kerjanya sore hari, otomatis waktu senggangnya juga hanya sore hingga malam sebelum tidur. Jadi, waktu-waktu beginilah saya bisa ngobrol apapun dengan dia. Bahasannya juga gak berat kok, paling mendengarkan cerita dia atau saya yang ‘ngaduin’ hal-hal sepele yang terjadi di rumah dari pagi hingga sore, hehe.

Perempuan kan memang begitu ya. Apa-apa diceritain, apa-apa diomongin, apap-apa dicurhatin. Malah saya pernah dengar kalau perempuan kurang bicara itu akan membuatnya mudah stress. Ya, mohon bersabar deh para lelaki. Dengarkan saja apa yang terucap dari perempuan di sampingmu, sesekali tanggapi saja dengan ‘oh ya?’ atau ‘oh, gitu?’ atau ‘trus?’ atau apapun lah yang bisa membuat perempuan ini merasa didengarkan, hehe.

Telepon/video call

Nah, biasanya kalau video call itu ramean. Ada ibu dan adek-adek saya yang tinggalnya memang jauh-jauhan. Video call grup yang kadang hanya saling ‘pamer’ makanan berbuka, haha. Namanya juga jauh dan gak bisa rutin ketemu, jadi bisanya ya video call untuk bisa serasa kumpul.

Hm, apa lagi ya kegiatan yang biasa saya lakukan untuk menunggu waktu berbuka puasa? Paling itu aja sih ya karena memang kadang juga gak punya waktu santai menjelang berbuka itu. Kadang baru selesai beberes, eh tetiba sudah adzan maghrib aja, hehe.

Baca juga : Amalan Puasa yang Mudah Dilakukan

Giliran kamu dong cerita, ngapain aja sore-sore selagi nunggu buka puasa?

07 Mei 2021

Menu Andalan Saat Sahur

Sahur! Sahur! Sahur!

Siapa yang di tempat tinggalnya masih terdengar teriakan sahur begini dari masjid? Kalau masih ada, kita tos dulu deh karena di tempat saya tinggal juga masih ada yang dengan sukarela membangunkan orang untuk sahur.

Sahur memang rutinitas yang disunnahkan sebelum berpuasa, karena seperti hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Anas ra, sahur itu ada berkahnya.

“Bersahurlah kalian, karenda didalamnya terdapat keberkahan.”

Nah, untuk sahur nanti sudah buat menu apa nih? Kalau saya biasanya gak masak lagi sih, jadi cukup menghangatkan menu yang dibuat untuk berbuka puasa aja. Ya, namanya juga klub simpel nan cepet, haha.

Menu andalan saat sahur

Sebenarnya saya bukan tipe yang harus makan ini atau itu waktu sahur, tetapi saya lebih suka yang segar-segar kalau untuk berbuka dan sahur. Beberapa menu favorit yang jadi andalan saya antara lain :

Sayur bening

Favorit banget lah kalau sayur yang satu ini. Sudah simpel, segar, dan rasanya tuh gak berat di tenggorokan. Pas banget kalau cuaca lagi panas dan perut lagi kurang enak. Gampangnya lagi, sayur ini tuh bisa diisi dengan berbagai jenis sayuran sesuai yang ada di kulkas aja. Kadang saya isi labu siam campur wortel, atau bayam campur kecambah, atau sawi campur wortel, atau labu siam campur kacang panjang.

Selain isinya yang bisa divariasikan, bumbunya juga gak banyak macamnya. Paling juga saya hanya kaish bawang merah dan bawang putih, daun salam, lengkuas atau kencur sesuai yang ada aja. Kalau ada tomat ya dikasih, kalau gak ada juga gak apa-apa. Tambah garam dan gula. Beres. Simpel kan?

Sambal ikan

Lauk pendamping untuk sayur bening itu bisa macam-macam. Salah satunya sambal ikan. Karena suami sukanya ikan potong semisal tuna, simba atau tongkol, jadi ya saya usahakan untuk pakai ikan itu. Sambal ikan juga simpel kok. Saya mah, asal cemplung aja masaknya, hehe.

Paling sering sih hanya cabai merah dan sedikit cabai rawit, bawang merah, bawang putih, tomat atau rampai, dan lengkuas. Alternatif lain, paling juga dikasih kemiri, sedikit kunyit, serai, dan daun salam. Enak lho. Cucok lah sama sayur bening seger itu.

Kerupuk

Sebenarnya saya gak terlalu bisa makan pakai kerupuk. Saya hampir selalu bingung harus makan yang mana dulu. Nasi dulu atau kerupuk dulu, haha. Seringnya malah kelupaan, jadinya. Nasi sudah hampir habis, kerupuknya ketinggalan dan masih utuh.

Tapi, belakangan ini saya sudah mulai terbiasa karena suami paling suka makan pakai kerupuk. Katanya biar rame gitu. Iya sih, makan kerupuk kalau gak rame, itu bisa berarti kerupuknya basah wkwk.

Telur ceplok

Ini lauk pilihan sih. Kalau lagi gak ada lauk ‘serius’ lain, misalnya ikan atau ayam. Telur ceplok, lagi-lagi karena simpel banget dan cepat. Kalau bangun sahur agak kesiangan dan kebetulan kehabisan lauk, nah telur ceplok jadi pilihan.

Biasanya saya sandingkan dengan sambal kecap atau kecap biasa juga gak masalah. Penggemar makan pakai kecap coba angkat tangan? Hehe.

Baca juga : Menu Praktis Buka Puasa

Oke, itu dia set menu favorit saya untuk sahur. Setiap orang pasti beda-beda kan seleranya. Kalau kamu gimana?

06 Mei 2021

Resep Soto Lamongan

Alhamdulillah ya sudah masuk Ramadhan ke 24 dalam keadaan sehat. Ibu-ibu, sudah berapa resep nih yang dipraktekkan selama Ramadhan ini? Hehe. Kalau saya, pilih resep-resep yang paling gampang dan sederhana aja sih. Seringnya sayur sop atau beningan. Alasannya simpel banget. Mudah dan cepat, juga bikin seger di badan, serta tentu saja sehat karena beningan ini kan pada dasarnya memasak sayur dengan cara direbus.

Tapi, karena resep sayur bening saya sudah pernah tayang di blog ini, jadi saya akan bagikan resep lain yang jadi andalan kalau buka puasa bersama keluarga. Soto ayam. Resep ini saya ambil dari resep miliknya Ade Aminah di Cookpad. Tentunya, sudah saya modifikasi sedikit karena menyesuaikan bahan yang saya dapat.

Soto ayam lamongan
Soto Ayam Lamongan (Sumber : Shutterstock)


Resep Soto Ayam Lamongan

Bahan-bahan :

6 potong ayam bagian paha atas (saya biasanya pakai potongan ayam campur)

1 buah jeruk lemon

2 batang serai, geprek

2 cm jahe, geprek

3 cm lengkuas (Aku pakai lengkuas bubuk 1 sdt)

2 lembar daun salam

4 lembar daun jeruk

1 cm kayu manis (di resep tidak ada)

2 sdt garam atau secukupnya

1 sdt gula pasir atau secukupnya

2 liter air

Minyak secukupnya untuk menumis bumbu

 

Bumbu, haluskan :

8 buah bawang merah

8 siung bawang putih

5 butir kemiri, sangrai

2 cm kunyit bakar

1/2 sdt merica

1 sdt ketumbar

 

Bahan bubuk koya, haluskan (Saya gak pakai bubuk koya) :

5 siung bawang putih, iris, goreng

15 lembar kerupuk udang goreng

1/4 sdt garam

 

Pelengkap :

secukupnya Soun, rendam air panas

Kol, iris halus secukupnya

Telur rebus, 1 butir dibelah 4 secukupnya

Daun bawang, iris halus

Daun seledri, iris halus

Bawang goreng secukupnya untuk taburan

 

Cara Membuat :

Siapkan bahan. Bersihkan ayam, Olesi air jeruk lemon lalu cuci bersih, sisihkan.

Rebus ayam dengan 2 liter air bersama sereh, jahe, lengkuas, daun salam, dan daun jeruk. Biarkan sampai ayam empuk/matang lalu angkat ayam, tiriskan. Teruskan merebus sisa air untuk kuah soto. Goreng ayam sebentar aja sampai berkulit angkat. Suwir-suwir.

Siapkan wajan untuk menumis bumbu. Panaskan minyak lalu masukkan bumbu halus, aduk sampai harum dan matang tambahkan sedikit air agar bumbu tidak gosong. Lalu masukkan bumbu yang sudah matang ke dalam panci rebusan kuah soto, biarkan sampai mendidih. Koreksi rasa. Matikan api.

Penyelesaian. Siapkan mangkuk, taruh, soun, kol, suwiran ayam, telur rebus, daun bawang, dan daun seledri lalu taburi bawang goreng. Tuang kuah soto diatasnya. Taburi bubuk koya (kalau buat bubuk koya).

Resep soto ini biasa saya praktikkan kalau ada acara buka puasa bersama. Selain segar, aroma kuah sotonya itu bikin menambah nafsu makan, hehe. Boleh dicoba deh.

Baca juga : Sayur Bening, Resep Praktis Buka Puasa

05 Mei 2021

Tetap Produktif Saat Berpuasa

Halo!

Apa kabar puasa di hari ke 23 ini? Masih semangat kan ya? Hayo, siapa yang ketika puasa tiba rasanya pengen bermalas-malasan aja dengan alasan tidak ada tenaga? Hehe.

Produktif saat berpuasa

Berpuasa memang bisa membuat tubuh terasa lemas di siang hari karena tidak ada asupan apapun sejak sahur sebelum fajar. Tapi, bukan berarti kita bisa bermalas-malasan dan malah menghambat produktivitas kita.

Lalu, bagaimana dong untuk bisa tetap produktif meski sedang berpuasa? Yuk, simak tips berikut!

1. Manfaatkan waktu sebaik mungkin

Saat Ramadhan tiba, kemungkinan besar waktu untuk beraktivitas akan sedikit berubah. Misalnya jam kerja yang sedikit lebih singkat, atau bagi perempuan yang di rumah, agak lebih longgar dalam hal menyiapkan makan. Setidaknya, berkurang 1 kali waktu makan ya.

Nah, perubahan-perubahan kecil ini sebaiknya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Apalagi di bulan Ramadhan ini biasanya kita membuat target-target ibadah yang lebih tinggi dari biasanya. Misalnya bisa rutin tarawih berjamaah, khatam Alquran sekali atau 2 kali dalam sebulan, solat dhuha setiap hari, solat malam sebelum sahur, dan sebagainya.

Kalau tidak diatur sedemikian rupa, maka bisa jadi kegiatan-kegiatan itu terasa berat dan membuat kita merasa menyerah saja. Lalu berakhir dengan kemalasan dan sikap santai saja. Kalau saya pribadi, biasa memplotkan waktu kegiatan rutin yang setiap hari itu. Misalnya, ketika ada pekerjaan menulis setiap hari, saya akan memplotkan menulis itu setiap pagi dan harus selesai saat tengah hari. Sore harinya waktu saya untuk menyiapkan berbuka dan kegiatan yang berhubungan dengan ibadah puasa.

Kalau ada yang sedikit keteteran, saya coba mencuri-curi waktu di sela-sela kesenggangan. Misalnya waktu antara makan malam selepas Maghrib sampai menunggu Isya. Sedikit waktu bisa digunakan untuk tadarus atau beristirahat sejenak agar nanti selepas tarawih bisa tadarus tanpa merasa terlalu lelah.

2. Punya Target Yang Jelas

Seperti yang sudah disebutkan di awal, bisa jadi di Ramadhan ini kita punya target yang lebih lagi dalam hal beribadah. Nah, agar target kita itu gak hanya wacana, maka alangkah baiknya jika kita menuliskannya agar lebih jelas lagi. Misalnya, untuk bisa mengkhatamkan Alquran 1 kali selama Ramadhan ini, kita bisa membuat jadwal rutin seperti membaca Alquran sebanyak 2 lembar setiap selesai solat wajib. Untuk mengkhatamkan Alquran 2 kali, maka membacanya dilipatkan lagi.

Dalam hal pekerjaan juga begitu. Misalkan kita ingin menyelesaikan tugas kantor sebelum libur lebaran, maka apa saja rincian pekerjaan yang harus dicicil setiap hari agar tidak merasa dikejar tenggat waktu.

3. Buang Rasa Malas

Puasa waktu yang tepat untuk bermalas-malasan? Oh, it’s a big no, ya! Walaupun mungkin pekerjaan di siang hari cukup menguras energi dan pikiran, tapi bukan berarti pekerjaan tidak bisa selesai. Malas dengan alasan lemas dan bisa dimaklumi itu terasa berlebihan ya, hehe.

Apalagi bagi yang tidak bekerja kantoran alias di rumah saja. Kadang memang terbersit untuk ‘ah, nanti sajalah.’ Atau ‘Lagi males nih, cape.’ Hm, itu tuh yang bisa memicu rasa malas kita semakin besar.

Saya yang di rumah saja juga memang kadang begitu sih, tapi sebisa mungkin saya ingat QS. Asy-Syarh:7,

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).”

Yang saya artikan sebagai, ketika kita sudah selesai dengan satu urusan, cari urusan lain untuk diselesaikan lagi. Dengan begitu, hari-hari berpuasa kita akan selalu sibuk dan produktif.

Baca juga : Rencana 5 Tahun Ke Depan

Itu dia, beberapa tips untuk membuat kita tetap produktif selama berpuasa. Semoga bermanfaat ya!

04 Mei 2021

Olahraga Selama Puasa? Kenapa Tidak?

Halo semua? Apa kabar hari ini? Seminggu sebelum lebaran nih, puasa masih lancar kan ya? Badan masih sehat juga kan? Berat badan gimana? Hehe.

Olahraga Saat Berpuasa

Bagi yang merasa gendutan, apakah jarum timbangan sudah bergerak ke kiri atau malah ke kanan? Kalau yang merasa kurusan, makin ngerasa kurus atau agak berat nih karena dihajar makan manis tiap berbuka puasa?

Berapapun berat badannya, tetap disyukuri aja ya, yang penting sehat. Mau kurus kalau badan gak sehat, kan malah jadi lemas. Mau agak berisi kalau tiba-tiba kena diabetes, gak bagus juga kan?

Ngomongin soal sehat nih, biasanya berkaitan dengan pola makan dan olahraga ya. Kalau pola makan, jelas sebaiknya kita menjaga asupan yang seimbang. Ada karbohidrat yang bisa didapat dari nasi putih atau nasi merah, protein hewani dan nabati seperti telur, tempe, atau ikan, serat yang bisa didapat dari buah dan sayur, juga lemak yang bisa didapat dari susu murni atau olahannya.

Nah, tinggal olahraganya. Puasa memang seharusnya gak membuat kita berhenti untuk olahraga ya. Memang olahraga itu bisa menguras energi, tapi ada kok olahraga yang tetap bisa dilakukan saat berpuasa. Apa saja? Yuk disimak!

Streching/Peregangan

Olahraga pertama yang paling ringan dan bisa dilakukan di rumah saat berpuasa adalah streching atau peregangan. Ya kayak ngulet aja sih, haha. Selain melemaskan otot dari rasa kaku dan pegal, peregangan juga bisa membuat otot-otot lebih fleksibel.

Manfaat lain dari peregangan ini adalah bisa mengurangi stres. Kok bisa? Iya, ketika kita melakukan gerakan pereganngan, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin yang berfungsi sebagai penghilang stres alami. Nah, bagi yang suka ngulet ngulet setelah duduk seharian, bakal senang ya dengar hal ini, hehe.

Bersepeda

Kalau bosan streching di dalam rumah, mari beranjak keluar sejenak dengan naik sepeda. Olahraga yang satu ini bakal bikin kamu senang karena ibarat mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali gowes, dapat sehat dan dapet takjil di warung pinggir jalan, haha.

Jalan kaki

Nah, kalau gak ada sepeda, bisa tetap olahraga dengan berjalan kaki. Kalau kamu terbiasa melakukan olahraga ini di pagi hari, coba lakukan di sore hari menjelang waktu berbuka saat Ramadhan. Gak mau kan nanti energi sudah terkuras tetapi waktu Magrib masih lama.

Sama seperti bersepeda, jalan kaki juga banyak manfaatnya. Selain mencegah osteoporosis, jalan kaki juga bisa membuat perasaan bahagia karena bisa sekalian bertemu banyak orang dan menyapa kalau kenal. Ya, gak perlu jauh-jauh lah, muter sekeliling komplek rumah saja sudah cukup kok.

Baca juga : 5 Tips Hidup Sehat Ala Saya

Hal Yang Harus Diperhatikan

Kalau sudah tahu jenis olahraga yang cocok, tinggal eksekusinya aja nih. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika berolahraga saat puasa.

Waktu

Ada beberapa pilihan waktu berolahraga saat puasa. Pertama, pagi hari selepas subuh. Masih segar bugar sih karena baru diisi makan saat sahur, tetapi yang perlu diantisipasi adalah jaga kondisi tubuh agar terhindar dari dehidrasi karena masih harus menunggu sampai waktu Magrib tiba.

Kedua, sore menjelang berbuka puasa. Waktu ini banyak dipilih karena memang setelah lelah berolahraga, tubuh tidak akan berlama-lama menunggu asupan kembali. Tetapi, perlu diperhatikan juga kondisi tubuh karena sebelum olahraga, tubuh dalam keadaan berpuasa, tidak ada nutrisi apapun.

Ketiga, malam setelah makan malam. Waktu ini bisa kamu pilih ketika kamu merasa lebih nyaman karena sebelum dan setelah olahraga, tubuh sudah dan bisa segera diberi asupan kembali. Tapi sebaiknya berolahraga maksimal 2 jam sebelum tidur ya agar hormon stres bisa turun dulu dan tidur jadi lebih nyaman.

Perbanyak minum

Dehidrasi saat berpuasa umum terjadi kalau kita kekurangan cairan. Solusinya, tetap jaga kuantitas dan kualitas cairan yang masuk ke dalam tubuh. Kalau di hari-hari biasa, kita minum 8 gelas sehari, waktu puasa juga usahakan tetap 8 gelas. Bagi saja waktu minumnya biar gak terbebani harus minum bergelas-gelas sekali duduk, hehe.

Kalau cairan sudah tercukupi saat sahur dan berbuka, hindari kegiatan olahraga yang mengeluarkan banyak keringat di siang hari. Jangan sampai, mau tetap olahraga, tetapi tubuh malah dehidrasi.

Cukup waktu tidur

Selain tercukupinya kebutuhan cairan tubuh, hal yang perlu diperhatikan juga adalah tercukupinya kebutuhan tidur. Walaupun setiap orang akan berbeda kebutuhan waktu tidurnya, tetapi rata-rata tubuh memerlukan waktu sekitar 6-7 jam sehari.

Kurangnya waktu tidur dapat menyebabkan ketidaklancaran metabolisme dalam tubuh, sehingga akan sering merasa lelah, dan tidak bersemangat. Jadi, walaupun tetap olahraga dan menerapkan pola makan sehat, waktu tidur juga harus tetap tercukupi ya.

Oke, itu saja beberapa tips olahraga di saat berpuasa. Semoga tulisan ini bermanfaat ya. Jangan lupa selalu jaga kesehatan dan tetap bahagia!

03 Mei 2021

Kegiatan Favorit Ketika Ramadhan

Apa kegiatan favoritmu ketika Ramadhan?

Apa ya? Kayaknya, saya gak punya kegiatan favorit yang spesifik saat Ramadhan. Semua yang dilakukan ya memang sudah biasa dilakukan di bulan-bulan lain. Misalnya, menyiapkan makanan untuk sahur dan berbuka, ya itu hanya berubah jam saja sih. Lalu, mungkin mencari takjil atau membuat sendiri takjil untuk berbuka, itu juga biasa saya lakukan untuk menyambut suami pulang kerja. Biasanya ngemil sambil minum teh di sore hari.

Kegiatan Ramadhan

Beberes Rumah

Mungkin beberes rumah secara keseluruhan? Ya bisa jadi sih ini antara kegiatan favorit atau tanpa disadari sudah jadi keharusan, hehe. Dulu, waktu saya masih tinggal di rumah orangtua, setiap Ramadhan sudah mulai di pertengahan bulan, saya dan ibu biasanya akan mulai mereka-reka untuk mengatur ulang tata letak perabot di rumah.

Ibu dan Tanaman

Tujuannya hanya satu, biar gak bosen aja. Walaupun kegiatan ini cukup menguras tenaga karena dilakukan di siang hari dan dalam keadaan puasa, tapi kami cukup senang melakukannya. Apalagi kalau sudah rapi dan jadi pemandangan yang baru. Gak harus semua sih, paling yang bisa digeser atau ganti tempat dan sekiranya gak terlalu susah. Misalnya letak kulkas, geser kursi ke sudut lain, atau merubah arah tempat tidur.

Kegiatan tata ulang perabot ini hampir setiap tahun kami lakukan di rumah. Tapi semenjak saya pindah ke rumah sendiri, sudah jarang yang pindah-pindah tempat gitu. Saya sok sibuk merapikan rumah sendiri, dan ibu yang merasa kurang seru kalau gak ada temannya, hehe. Mungkin tahun ini ibu saya hanya pindah-pindah bunga saja, ditata ulang terus biar terlihat cantik.

Menikmati Pagi

Nah, ada lagi nih kegiatan yang jadi favorit saya ketika Ramadhan tiba. Menghirup udara pagi dengan santai sambil kadang masih menguap karena ngantuk, haha. Jarang banget kan di hari-hari biasa bisa santai di pagi hari? Sudah deh gak usah ditanya kenapa. Keriuhan pagi hari seorang ibu rumah tangga pasti sudah jadi rahasia umum kan?

Pumpung Ramadhan, saya pakai nih kesempatan langka ini. Begitu langit mulai agak terang, saya buka semua tirai dan daun jendela, juga pintu depan. Udara pagi yang segar langsung menghampiri. Itu rasanya luar biasa, merasa bersyukur karena masih bisa menjumpai pagi dengan sehat. Apalagi, gak ada lagi beban untuk masak buru-buru karena sudah beres sahur tadi.

Walaupun kadang sambil nguap karena masih mengantuk, saya senang aja gitu duduk di teras rumah pagi-pagi begini, hehe. Ngomong-ngomong, saya sering banget lho ngantuk luar biasa selepas subuh. Padahal bangun sahur juga gak malem-malem amat, sekitar jam 03.30an lah, kadang juga mepet mau jam 04.00. Rasanya tuh mata ini berat banget, ada sandaran dinding sehabis solat aja rasanya enak banget untuk tidur sebentar haha. Ada yang bisa bagi tipsnya supaya ngantuk saya ini gak parah?

Baca juga : 3 Ide Kegiatan Di Hari Libur

Apalagi ya kegiatan favorit selama Ramadhan? Sepertinya itu aja deh. Kalau kamu apa nih? Cerita dong!

02 Mei 2021

Puasa di Tengah Pandemi

Apa kabar puasa 10 hari terakhir ini? Semoga kita masih diberi kemudahan ya. Apalagi puasa kali ini masih dalam suasana yang tidak seindah tahun-tahun sebelumnya. Tapi setidaknya, kita sudah belajar dari puasa tahun kemarin yang juga keadaannya masih terkungkung pandemi.

Puasa di tengah pandemi

Berat memang. Di kala seharusnya anak-anak bebas kesana kemari menyambut keceriaan Ramadhan, sudah 2 tahun ini harus dibatasi. Pergi ke masjid pun harus memakai masker, harus membawa alat solat sendiri, harus cuci tangan ekstra dan tidak berkerumun. Di kala seharusnya kita bisa bertemu banyak orang saat tarawih, menjalin silaturahmi dan merasakan nikmatnya ibadah berjamaah, sudah 2 tahun ini pun harus tetap dibatasi.

Alhamdulillah tahun ini tidak seberat tahun kemarin. Saya pribadi merasa Ramadhan tahun kemarin benar-benar berbeda. Tarawih di rumah, gak kemana-mana, suara anak-anak ngaji pun berkurang dari masjid dan mushola. Tahun ini sudah bisa ke masjid untuk tarawih berjamaah walaupun tetap dengan protokol kesehatan, memakai masker dan menjaga jarak. Anak-anak tadarus juga sudah terdengar dimana-mana.

Sayangnya, kesedihan masih tetap juga ada. Soalnya kabar tentang mudik yang dilarang pemerintah sudah terdengar sejak beberapa hari Ramadhan tiba. Lagi-lagi, sepertinya lebaran besok belum bisa kumpul lagi bersama adik-adik. Tapi, tetap disyukuri saja. Bagaimanapun, pasti ini yang terbaik untuk kita semua.

Baca juga : Tahan Dulu Deh Mudiknya

Meskipun masih dalam keadaan pandemi, saya bersyukur masih bisa ikut berpuasa di tahun ini dengan sehat. Nah, hal lain yang saya syukuri apa aja ya? Simak yuk!

Tarawih

Alhamdulillah, tahun ini sudah bisa tarawih lagi di masjid dengan berjamaah. Karena memang di tempat tinggal saya tergolong tidak ada kasus positif covid, jadi kegiatan tarawih ini masih tetap dilaksanakan. Tapi tetap dengan protokol kesehatan seperti memakai masker.

Anak-anak juga ikut tarawih di masjid walaupun seringnya hanya bermain, lari-larian, bercanda. Gak apa-apa, namanya juga anak-anak ya. Kalau dilarang malah besok gak mau ke masjid lagi dan akhirnya malah gak kenal sama masjid.

Kecipratan Berkah Ramadhan

Ramadhan memang penuh berkah ya. Apapun yang jadi jalan mencari rezeki di bulan ini, rasanya akan selalu ada dan tersedia. Sebut saja jualan takjil, mungkin hari-hari biasa memang gak pernah atau mungkin hanya sedikit. Di bulan Ramadhan, banyak sekali penjual takjil berjejer hingga konsumen bisa dengan mudah memilih yang sesuai keinginan.

Begitu juga saya. Alhamdulillah, usaha kecil-kecilan saya yang baru dirintis ini kecipratan berkah Ramadhan juga. Banyak penjual snack dan kue lebaran memesan stiker untuk produk mereka. Juga cetakan-cetakan lain dibutuhkan, semisal label dan banner. Saya benar-benar merasakannya karena dari hari pertama puasa, pemesanan seperti mengalir terus-menerus. Alhamdulillah.

Lebih Banyak Waktu Untuk Keluarga

Kalau dulu agak sibuk cari tempat buka puasa di luar, sudah 2 tahun ini lebih sibuk cari resep buka puasa untuk dihidangkan sendiri bareng keluarga. Hikmahnya puasa di tengah pandemi ya salah satunya begini. Sudah gak ada lagi pertanyaan ‘kapan bukber dimana?’ yang pada akhirnya hanya wacana itu, hehe.

Eh tapi kemarin, di grup obrolan saya, ada yang iseng melempar pertanyaan yang sama itu. Saya isengi saja sekalian dengan jawaban yang bikin saya ngakak sendiri.

“Jadiin dong bukbernya, pakai zoom, haha.”

Ya, memang buka puasa bersama teman itu mengasyikkan ya, tapi kalau lagi pandemi begini, lebih baik tetap di rumah saja. Berdoa saja semoga puasa tahun depan masih ada umur dan keadaannya bisa jadi lebih baik lagi.

01 Mei 2021

Apa Yang Paling Kamu Rindukan Saat Ramadhan?

Tidak terasa ya, Ramadhan sebentar lagi memasuki hari ke sepuluh terakhirnya. Rasanya baru kemarin mulai bangun sahur, puasa, dan menyiapkan berbuka. Kok tiba-tiba sudah menjelang akhir saja?

Kata orang, kalau sesuatunya terasa cepat berlalu, itu tandanya kita mencintainya. Itu tandanya ia istimewa bagi kita. Makanya, kita selalu merasa waktu cepat berlalu padahal sudah berhari-hari membersamainya.

buka puasa bersama

Ramadhan memang istimewa. Banyak hal dari Ramadhan yang selalu saya rindukan ketika ia telah berlalu.

Rindu Euforia Berbuka

Siapa yang tidak merasa gembira atas datangnya adzan Magrib kala Ramadhan? Inilah waktu paling euforia dalam berpuasa. Setelah menahan haus dan lapas selama sekitar 12 jam, waktu berbuka ini menjadi waktu istimewa bagi orang yang berpuasa.

Ada kenikmatan tersendiri yang tidak akan dirasakan oleh orang yang tidak berpuasa. Walaupun mungkin hanya berbuka dengan segelas air putih atau teh manis dan buah kurma, rasanya itu seperti hidangan pembuka paling nikmat.

Tapi, di sela-sela euforia berbuka puasa itu, terkadang saya bisa terenyuh sendiri ketika menyadari bahwa beginilah rasanya menahan lapar dan haus. Saya yang bisa berbuka puasa dengan makanan yang layak dan cukup. Tapi, di luar sana, masih ada orang yang menahan lapar hingga entah untuk berapa jam lagi.

Rindu Riuhnya Anak-Anak Tadarus

Salah satu ciri khas Ramadhan adalah adanya suara-suara tadarus dari masjid dan mushola. Bukan hanya pagi hari saja, tetapi malah lebih sering terdengar ketika malam hari selepas salat tarawih. Sebagian memang orang dewasa yang tadarus dengan bacaan yang sudah fasih dan lancar. Tapi, sebagian lagi lebih sering anak-anak yang tadarus. Bacaan Quran mereka memang terkadang belum sempurna dan belum lancar, tetapi disinilah ciri khasnya.

Bukan bagus atau tidak bagusnya suara dan pelafalan, tapi kemauan mereka untuk mengaji itu yang saya acungi jempol. Bukankah, kalau sudah terbiasa mengaji, pelafalan dan makhrojul hurufnya nanti juga akan semakin baik?

Rindu Ramainya Lapak Takjil Sore Hari

Saya pernah jadi anak kos yang tinggal jauh dari orangtua walaupun hanya sebentar. Maka, saya juga pernah merasakan bagaimana senangnya berburu takjil dan menu buka puasa di sore hari menjelang waktu berbuka tiba.

Senangnya itu melihat keramaian yang ada. Rasanya Ramadhan benar-benar penuh berkah. Ada saja penjual dan pembeli dadakan yang bertransaksi. Pasti pernah kan melihat tiba-tiba si A jualan sayur matang padahal selama ini hanya jualan sayur mentah. Atau si B yang tiba-tiba membuka lapak salad buah padahal biasanya juga gak.

Bagi penjual, Ramadhan memang sering jadi sumber pendapatan sampingan, memanfaatkan momen. Bagi pembeli, Ramadhan bisa jadi alternatif untuk membeli jajanan yang mungkin susah didapatkan di bulan lain. Misalnya bagi yang suka kolak, mungkin akan susah mencari jajanan satu ini di luar bulan Ramadhan.

Baca juga : Antre Tandatangan Saat Ramadhan

Rindu Nikmatnya Tidur Siang

Walaupun di hari-hari biasa saya masih bisa tidur siang, tapi rasanya tetap bebeda kalau tidur siang saat Ramadhan. Siapa yang setuju kalau tidur siang waktu Ramadhan itu lebih nikmat daripada tidur di hari biasa? Hehe.

Selain menghemat energi saat berpuasa, tidur siang di bulan Ramadhan juga bisa berpahala. Ya daripada siang diisi dengan ghibah gak jelas, memang lebih baik tidur saja. Asal gak tidur melulu aja dari pagi sampai menjelang berbuka. Itu tidur atau latihan jadi jenazah? Hihi.

Itulah beberapa hal yang saya rindukan saar Ramadhan. Kalau kamu, apa nih yang dirindukan? Bukber bareng teman di luar? Atau rindu menyiapkan takjil untuk para musafir di jalan?