Dari Abu Hurairah, Rasulullah
SAW bersabda, “Allah SWT berfirman: Jika hamba-Ku bertekad melakukan
keburukan,, jangan lah dicatat hingga ia melakukannya. Jika ia melakukan
keburukan tersebut, maka catatlah keburukan yang semisal. Jika ia meninggalkan
keburukan tersebut karena-Ku, maka catatlah satu kebaikan untuknya. Jika ia
bertekad melakukan satu kebaikan, maka catatlah untuknya satu kebaikan. Jika ia
melakukan kebaikan tersebut, maka catatlah baginya sepuluh kebaikan yang
semisal hingga 700 kali lipat.
(H.R. Bukhari No. 7062 dan
Muslim No. 129)
Saya
yakin sepotong hadits itu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bagaimana
sayangnya Allah pada kita dan bagaimana Dia mengajarkan kita untuk selalu
menebarkan kebaikan. Bahkan kebaikan yang baru saja terucap dan belum dilakukan
pun sudah dicatat menjadi amal.
Dengan
yakinnya, saya setuju karena saya pernah merasakannya secara langsung. Adalah
ibu saya, perempuan yang darah dagingnya menitis pada saya telah memberikan
banyak pelajaran untuk hidup saya sampai hari ini. Salah satunya seperti ini.
Ketika
itu, ibu membeli cabe dari warung. Sampai di rumah, ibu memisahkan sebagiannya
dalam kantong kecil. Katanya mau berbagi ke mbah, mertua ibu yang rumahnya
bersebelahan dengan rumah ibu.
Mungkin, cabe yang dibagi ke mbah saat itu tidak terlalu banyak. Cukuplah untuk beberapa kali masak. Ibu memang sering berbagi apa yang ia punya pada mbah. Kata ibu, mbah sudah dianggapnya sebagai ibu sendiri sejak pertama kali bertemu. Saya setuju lagi. Saya juga bisa merasakan perlakuan mbah terhadap ibu dengan begitu sayangnya.
Setiap
kali ibu berbagi seperti itu, selalu meluncur doa-doa dan ucapan baik dari
mulut mbah. Doanya tulus. Sesering itu pula balasan kebaikan datang pada ibu.
Seperti kisah berbagi cabe tadi. Sore harinya, seorang teman ayah datang
berkunjung ke rumah. Tanpa disangka, ia membawa berkilo-kilo cabe untuk kami!
Saya
yang siang sebelumnya menyaksikan langsung bagaimana ibu berbagi cabe dengan
mbah, langsung tertegun. Apakah ini balasan langsung atas kebaikan ibu saya
siang tadi? Saya hanya bisa menatap cabe-cabe itu dengan takjub.
Banyak
hal dalam hidup yang memberikan pelajaran bagi kita ketika kita bisa melihat
lebih dalam lagi. Mungkin kisah cabe tadi hanya sebagian kecil dari banyaknya
kisah tentang menebar kebaikan yang berbuah pada kebaikan lain bagi si pemberi.
Itu pun kebaikan yang langsung dibalas saat itu juga, dengan berpuluh kali
lipatnya.
Saya
jadi membayangkan bagaimana rantai kebaikan ini tak akan terputus. Dari mungkin
niat ibu saya yang membeli cabe bukan hanya sekadar untuk kebutuhan saja, tapi
juga menolong tetangga melariskan dagangannya. Kemudian berlanjut ke berbagi
pada mbah yang akhirnya mendatangkan kebaikan dari orang lain. Tentunya teman
ayah yang berbagi cabe tadi juga akan mendapatkan kebaikan berlipat-lipat pula.
Baca juga : Doa Di Penghujung Ramadhan
Apa
yang kita tanam, itulah yang akan kita petik. Prinsip menebar kebaikan itulah
yang ditanamkan oleh ayah dan ibu saya sejak saya masih kecil. Dan saya akan
selalu mengingatnya sampai nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar