12 Mei 2021

Kebaikan Berantai

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman: Jika hamba-Ku bertekad melakukan keburukan,, jangan lah dicatat hingga ia melakukannya. Jika ia melakukan keburukan tersebut, maka catatlah keburukan yang semisal. Jika ia meninggalkan keburukan tersebut karena-Ku, maka catatlah satu kebaikan untuknya. Jika ia bertekad melakukan satu kebaikan, maka catatlah untuknya satu kebaikan. Jika ia melakukan kebaikan tersebut, maka catatlah baginya sepuluh kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat.

(H.R. Bukhari No. 7062 dan Muslim No. 129)

Saya yakin sepotong hadits itu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bagaimana sayangnya Allah pada kita dan bagaimana Dia mengajarkan kita untuk selalu menebarkan kebaikan. Bahkan kebaikan yang baru saja terucap dan belum dilakukan pun sudah dicatat menjadi amal.

Dengan yakinnya, saya setuju karena saya pernah merasakannya secara langsung. Adalah ibu saya, perempuan yang darah dagingnya menitis pada saya telah memberikan banyak pelajaran untuk hidup saya sampai hari ini. Salah satunya seperti ini.

Ketika itu, ibu membeli cabe dari warung. Sampai di rumah, ibu memisahkan sebagiannya dalam kantong kecil. Katanya mau berbagi ke mbah, mertua ibu yang rumahnya bersebelahan dengan rumah ibu.

Kebaikan ayah dan ibu

Mungkin, cabe yang dibagi ke mbah saat itu tidak terlalu banyak. Cukuplah untuk beberapa kali masak. Ibu memang sering berbagi apa yang ia punya pada mbah. Kata ibu, mbah sudah dianggapnya sebagai ibu sendiri sejak pertama kali bertemu. Saya setuju lagi. Saya juga bisa merasakan perlakuan mbah terhadap ibu dengan begitu sayangnya.

Setiap kali ibu berbagi seperti itu, selalu meluncur doa-doa dan ucapan baik dari mulut mbah. Doanya tulus. Sesering itu pula balasan kebaikan datang pada ibu. Seperti kisah berbagi cabe tadi. Sore harinya, seorang teman ayah datang berkunjung ke rumah. Tanpa disangka, ia membawa berkilo-kilo cabe untuk kami!

Saya yang siang sebelumnya menyaksikan langsung bagaimana ibu berbagi cabe dengan mbah, langsung tertegun. Apakah ini balasan langsung atas kebaikan ibu saya siang tadi? Saya hanya bisa menatap cabe-cabe itu dengan takjub.

Banyak hal dalam hidup yang memberikan pelajaran bagi kita ketika kita bisa melihat lebih dalam lagi. Mungkin kisah cabe tadi hanya sebagian kecil dari banyaknya kisah tentang menebar kebaikan yang berbuah pada kebaikan lain bagi si pemberi. Itu pun kebaikan yang langsung dibalas saat itu juga, dengan berpuluh kali lipatnya.

Saya jadi membayangkan bagaimana rantai kebaikan ini tak akan terputus. Dari mungkin niat ibu saya yang membeli cabe bukan hanya sekadar untuk kebutuhan saja, tapi juga menolong tetangga melariskan dagangannya. Kemudian berlanjut ke berbagi pada mbah yang akhirnya mendatangkan kebaikan dari orang lain. Tentunya teman ayah yang berbagi cabe tadi juga akan mendapatkan kebaikan berlipat-lipat pula.

Baca juga : Doa Di Penghujung Ramadhan

Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita petik. Prinsip menebar kebaikan itulah yang ditanamkan oleh ayah dan ibu saya sejak saya masih kecil. Dan saya akan selalu mengingatnya sampai nanti.

Tidak ada komentar: