29 Mei 2022

Reuni Kecil Forum Lingkar Pena Lampung Jaman Old

Halo!

Masih belum move on ya dari cerita lebaran kemarin? Saya masih ada satu cerita lagi yang kalau gak saya tulis, rasanya ada yang kurang gitu. Kalian masih ingat gak, lebaran tahun lalu, ada Five Girls Gank yang datang ke rumah saya. Rombongan gadis tanggung yang dulu senangnya cekakak cekikik kalau sudah jalan kaki sepulang sekolah. Sekarang cukup ketawanya di rumah aja.

Nah, minggu ke dua Syawal kemarin, giliran teman sekomunitas saya dulu yang datang ke rumah. Berawal dari satu lingkaran di komunitas FLP selama beberapa tahun, sampai sekarang masih terhubung berkat adanya grup obrolan di WA.

Forum Lingkar Pena

Dan pertemuan ini diinisiasi oleh salah satu anggotanya, Jams. Namanya Jamastuti, tapi kami lebih suka memanggilnya dengan Jams (Bacanya seperti membaca nama James Bond, gitu).

“Kangen” katanya memulai obrolan di grup WA.

“Gak usah bilang kongan kangen, mau ketemuan aja Cuma wacana.” Saya timpali aja begitu.

Satu dua orang mulai menanggapi yang intinya sebenarnya pengen pada ketemu. Tapi ya itu, seringnya sudah rencana, tapi ketika ada yang bilang “Aku ikut aja.” Inilah cikal bakal kegagalan dan penundaan hingga periode berikutnya.

Baca juga : Five Girls SMP vs Now

Karena pengalaman itulah, makanya kemarin kami sepakat untuk langsung cari waktu yang tepat dan tempat yang sekiranya bisa dijangkau oleh semua orang. Sedikit alot sih waktu pemilihan tempat karena memang kami tinggalnya saling berjauhan. Tadinya akan disepakati satu tempat di tengah-tengah, tapi dengan pertimbangan ini itu, saya mengajukan tempat untuk sesekali silaturahmi ke rumah saya.

Dan ternyata sepakat. Yeay! Akhirnya pertemuan pun terlakasana dengan bahagia dan suasana yang ceria.

Jams adalah orang pertama yang datang hampir tepat waktu, lewat sedikit dari jam yang telah disepakati. Yang lain, agak telat tapi gak apa-apa. Ini bukan acara resmi juga dan dimaklumi karena memang jaraknya lumayan jauh dan belum pernah kesini juga sebelumnya.

Rewang
Karena pertama datang jadi bantuin masak (ups! ada kucing hehe)

Kami berbagi cerita banyak setelah dua tahun tidak bisa saling kunjung karena kondisi pandemi. Rasa ini masih sama seperti kami dahulu yang masih aktif dan semangat di FLP. Rasanya seperti masih jadi mahasiswa dan single, haha.

Forum Lingkar Pena Lampung
Tahun 2008 atau tahun berapa ya ini?

Forum Lingkar Pena
Tahun 2022

Dari sekian banyak topik, ada satu bahasan yang selalu Jams ulang-ulang setiap bertemu dengan saya dan teman-teman ini.

“Aku masih kesel, aku gak diajak foto waktu Lia nikahan! Dendam pokoknya aku!” kata Jams misah misuh.

Aku tertawa saja. Ya serius ini, saya juga heran kenapa gak ada foto bareng Jams waktu itu. Entahlah, pikiran saya mungkin sedang ngeblank, kalian tahu kan bagaimana rasanya jadi sepasang pengantin yang dipajang sehari semalam di pelaminan? Hehe.

Saya juga baru sadar ketika Jams protes gak diajak foto beberapa waktu setelah saya resmi menikah itu. Maafkanlah temanmu ini, Jams.

Dan tetiba, saya punya ide untuk mengobati kekesalan hatinya itu. Ini dia! Maafkan dengan editan saya yang seadanya ini ya, Jams, hehe. Oh iya, saya buatkan gak hanya satu foto, tapi tiga foto sesuai dengan gaun yang saya pakai sepanjang hari itu.

Wedding Photography
Setelah akad

Wedding Photography
Pakai baju adat Jawa

Wedding Photography
Pakai Gaun Malam

28 Mei 2022

Air Mata Ibu Saat Arus Balik

Dulu, sewaktu saya masih bekerja dan tinggal di Palembang, saya juga merasakan mudik saat lebaran. Ada satu moment yang bagi saya gak akan bisa dilupakan. Waktu itu, saya pulang pergi Palembang-Lampung naik kereta. Sendirian di antara manusia-manusia yang berjejalan di gerbong.

Drama Arus Balik

Pagi itu seperti biasa, ibu mengantar saya sampai pintu kereta, sampai kereta berjalan menjauhi stasiun dengan tetap melambaikan tangan. Oh iya, waktu itu perusahaan kereta api ini belum sebaik sekarang, jadi siapapun bisa mengantar hingga pintu, bahkan bisa masuk dalam gerbong selama kereta belum bergerak.

Saya duduk di bangku yang berhadapan dengan penumpang lain, seorang bapak yang belum terlalu tua. Dia bilang agak iri melihat ibu saya menangis mengantarkan saya. Katanya, dia tidak pernah mendapat perhatian yang sedalam itu. Saya hanya tersenyum dan jujurnya saya agak bingung mau menanggapi bagaimana.

Baca juga : Menggali Kenangan di Kota Ampera

Ibu memang seperti itu. Setiap kali mengantar anaknya ke tempat yang berjauhan dari rumah, selalu ada air mata yang mengalir. Saya sudah gak heran. Dulu sewaktu adik-adik saya mondok di Jawa juga begitu. Setiap kali mengantar ke terminal Rajabasa, pasti saja ibu banyak terdiam kemudian menghapus air matanya sambil melambaikan tangan, tapi bibirnya tak henti memanjatkan doa untuk keselamatan anak-anaknya.

Kemarin, begitu juga. Kloter pertama untuk arus balik adalah adik perempuan saya yang sudah berkeluarga dan punya buntut tiga. Untuk kloter ini, ibu gak seberapa sedih karena memang terbilang bisa sering ketemu. Juga, karena memang dia sudah berkeluarga, jadi tetap ada yang menjaga meskipun jauh dari ibu. Hanya saja, masih kangen sama si bungsu karena dialah cucu paling kecil di keluarga ibu. Masih lucu-lucunya, dan selama berada di rumah, dia belum mau digendong siapapun selain ibu dan bapaknya, fiuhh.

sebelum arus balik lebaran
Sebelum kloter pertama berangkat >,<

Rasanya belum puas sih ngobrol bareng, belum puas cerita-cerita, tapi sudah mau pulang aja. Gak bisa dipungkiri, rombongan ini yang bisa buat rumah terasa ramai karena memang pasukannya banyak dan masih kecil-kecil. Si sulung yang kalem dan selalu mengalah ke adik-adiknya. Juga dialah yang paling antusias kalau ditanya soal otomotif. Saya sampai heran, tuh anak kok bisa lebih tahu banyak dari kami yang orang dewasa, wkwk.

bayi gemes

Lalu si tengah, princess yang kalau ngomong lembut banget, tapi kalau sudah nangis dan jerit berasa pakai TOA raksasa. Senangnya beli mainan, segala macam mainan mulai dari masak-masakan, dokter-dokteran, kereta, boneka dan lain-lain sudah punya. Tapi kalau lewat toko mainan selalu pengen mampir.

Bayi gemes

Terakhir si bungsu yang belum bisa ngomong dengan jelas. Belum mau diajak siapa-siapa padahal waktu ke Palembang beberapa bulan lalu, maunya sama saya lho! Pernah coba dipaksa untuk digendong ibu, tapi sayangnya gagal, haha.

Bayi gemes

Dari ketiga anaknya itu, si sulung ditinggal di rumah dengan alasan libur sekolah masih panjang. Senanglah dia masih bisa liburan di Lampung bareng Uti dan Akungnya. Eh tapi ternyata, baru berselang beberapa hari, sudah ditelpon harus segera pulang karena mau ikut lomba. Hadeh! Ini mah kayaknya sengaja biar kami semua ke rumahnya.

Akhirnya mau gak mau, kami antar si sulung kembali ke rumahnya. Yah, hitung-hitung sekalian silaturahmi lah ke rumah besan yang lumayan jauh, beda provinsi pula.

Baca juga : Idul Fitri Pasca Pandemi 2022

Sehari sebelum mengantar si sulung ini pulang ke rumah, ada kloter kedua yang melakukan perjalanan arus balik. Dia adalah adik perempuan saya yang tinggal lebih jauh lagi dari Lampung. Masih single, tinggal di kosan sendirian, bekerja. Makanya, dari sini drama air mata ibu dimulai lagi.

bandara radin inten
Foto dulu di Bandara Radin Inten

Pagi saat hari keberangkatannya, kami semua sengaja ingin mengantarnya sampai bandara. Dari pintu masuk sebelum check in, mata ibu sudah berkaca-kaca. Bahkan saat salaman pun, ibu sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Sebenarnya saya pun ketularan sedihnya, tapi mau bagaimana lagi? Saya hibur ibu dengan mengajaknya ke halaman parkir di lantai paling atas.

parkir bandara radin inten
Ibu di halaman parkir

Dari halaman parkir ini, kami bisa melihat dengan jelas pesawat yang akan dinaiki oleh adik saya. Kami juga rela menunggu sampai pesawat lepas landas. Demi perasaan ibu, gak apa-apa deh. Dari raut wajah ibu, ketara sekali kalau sebenarnya ia masih rindu dengan gadis kecilnya. Matanya selalu melihat ke arah pesawat yang sedang parkir dan menunggu para penumpang masuk.

Hingga saat akhirnya pesawat yang dinaiki adik saya bersiap untuk lepas landas, air mata ibu keluar lagi. Bibirnya tak henti berdoa, tangannya terus melambai seakan adik saya bisa melihatnya dari jendela, dan matanya tak lepas dari pesawat. Mulai dari bersiap hingga benar-benar terbang dan hilang dari pandangan mata.

Saya menggandeng tangan ibu selama turun ke parkiran bawah, menyelipkan humor kecil untuk membuat hati ibu cerah kembali.

ibu sedih
Ibu masih sedih, saya ajak foto hehe

Momen perpisahan seperti ini memang menyedihkan ya. Apalagi setelah semingguan selalu ramai dan berkumpul bersama di rumah, lalu kemudian satu persatu kembali. Tiba-tiba entah kenapa, rumah serasa sepi sekali meskipun masih ada saudara atau tetangga yang datang. Saya yang tadinya mau langsung pulang ke rumah pun, jadi gak tega, hihi.

“Lebarannya habis. Bubar lagi.” Kata ibu kemudian.

21 Mei 2022

Idul Fitri Pasca Pandemi 2022

Halo semuanya!

Apa kabar? Ternyata sudah 20 hari ya saya belum posting tulisan lagi. Eh iya, selamat hari raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin kalau selama ini saya ada posting yang sekiranya menyinggung perasaan kamu semua.

Idul Fitri 2022

Lebaran tahun ini luar biasa, alhamdulillah. Bersemangat dan sampai saya baru sempat nulis setelah dua mingguan. Sibuk? Iya beneran. Tahun ini Ramadhan tuh seperti cepat sekali berlalu. Padahal serasa baru kemarin bersiap mau masak untuk sahur dan buka puasa hari pertama, eh kok tetiba sudah dekat lebaran aja. Nah, keseruan apa yang terjadi tahun ini? Lanjut ya bacanya!

Berkumpul Setelah 2 Tahun

Alhamdulillah, pemerintah kita sudah mengizinkan warganya untuk mudik di lebaran tahun ini. Jadi adik-adik saya yang tinggalnya sudah di seberang-seberang sana bisa berkumpul lengkap. Mereka sudah sampai di rumah orang tua saya 4 hari sebelum lebaran. Jadi masih sempat untuk buka puasa bareng juga.

Dan seperti kebanyakan rumah kampung pada umumnya kalau keluarga sedang berkumpul, rumah orang tua saya juga jadi penuh. Untungnya sebelum mereka datang, saya dan ibu berinisiatif untuk sedikit beberesan kamar biar agak legaan kalau ada beberapa koper yang parkir disana.

Kamar tidur yang biasanya bersisa dan kosong, kemarin berpenghuni semua, bahkan ada yang sampai tidur di ruang keluarga. Jadi, kalau sudah menjelang waktu tidur, siap-siap aja mengkapling ruangan sendiri-sendiri, haha.

Itu mengingatkan saya tentang keadaan rumah almarhum mbah buyut waktu saya masih kecil. Kalau lebaran dan kumpul semua, saya dan beberapa anggota keluarga juga menggelar karpet untuk tidur di ruang tamu dan ruang keluarga. Berjejer seperti ikan asin sedang dijemur. Semenjak mbah buyut meninggal, sepertinya sudah tidak ada lagi acara gelar-gelaran tidur begitu karena tidak semua anaknya mudik lagi. Nyatanya, ini jadi kenangan indah sampai sekarang.

Sebelum lebaran tiba, ibu juga bersemangat sekali untuk buat kue-kue kering. Dua tahun lalu, paling hanya beli beberapa macam dan sedikit karena memang tahu anak-anaknya gak akan boleh mudik dan gak bisa kumpul pas lebaran. Tahun ini, tampaknya pembalasan dendam ibu. Buat kue lumayan banyak dan beberapa macam dengan alasan agar bisa dibagi-bagi pas kembali ke rumah masing-masing.

Baca juga : Segubal, Kuliner Khas Lampung Saat Lebaran

Dan memang begitu. Saat adik-adik saya kembali ke tempat masing-masing, mereka dibawakan ibu kue-kue lebaran yang kemarin dibuat. Saya juga sih. Bedanya, saya bawa toples sendiri aja dari rumah, biar gak rempong mindahin kue lagi dari plastik ke toples. Yah, hitung-hitung go green lah, mengurangi sampah plastik, hehe.

Malam Takbiran Ramai

Malam hari menjelang Idul Fitri adalah malam yang ramai di kampung. Dulu sewaktu saya masih kecil, saya dan adik-adik akan bersemangat minta dibuatkan obor dari bambu atau batang daun pepaya. Tujuannya sebagai penerangan sewaktu takbir keliling kampung bersama warga lain.

Seiring waktu, obor api itu dirasa agak berbahaya kalau sudah terlalu banyak yang membawa. Apalagi kalau yang bawa anak-anak kecil, jalannya kemana, arah mata kemana, obornya juga kemana. Makanya sekarang diganti dengan lampu stik berwarna warni yang pastinya akan membuat anak-anak senang dan tentunya lebih aman.

Malam takbiran tahun ini juga berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang sepi. Kemarin saya dan keluarga menunggu arakan takbir lewat depan rumah. Sengaja gak ikut arakannya karena sepertinya keasikan ngobrol di rumah sambil beberesan.

Malam takbiran
Arakan takbiran

Saya selalu menunggu moment seperti ini. Masih di kampung, jadi masih ramai dan semarak. Saya juga selalu suka dengan dekorasi yang dibuat anak-anak Risma. Membuat arakan takbir semakin ramai dan meriah.

Berbeda suasananya kalau saya bermalam di rumah mertua. Disana, tidak ada arakan takbir seramai disini. Pun tidak ada dekorasinya. Itu yang saya tahu selama enam tahun menikah dan beberapa kali menginap di rumah mertua saat malam Idul Fitri.

Silaturahmi Keroyokan

Selama dua tahun kemarin, memang lebaran benar-benar terbatas dan tidak bisa saling kunjung dengan bebas. Kalaupun ada yang berkunjung, paling hanya tetangga kanan kiri dan saudara yang dekat rumah saja.

Tahun ini sepertinya pembalasan dendamnya, hehe. Rumah orangtua saya ramai di hari lebaran, tidak saja di hari pertama, tapi juga sampai semingguan masih ada kerabat yang silaturahmi. Bisa jadi juga karena memang ada mbah yang tinggal di rumah orangtua saya. Jadi, saudara dan tetangga yang akan menjenguk mbah, ya pasti datang ke rumah.

Silaturahmi lebaran
Saudara bersilaturahmi

Untungnya, situasi seperti ini sudah diprediksi dan karenanya kami sudah mengatur ulang letak kursi dan beberapa perabot di rumah agar lebih luas. Seperti beberapa tahun yang lalu, kebiasaan kami untuk menata ulang ruangan kembali lagi. Kali ini lemari buku yang awalnya berdiri sebagai penyekat ruang tengah, kami geser ke dinding. Jadi, ruang tengah terasa lega karena tanpa pembatas.

Kami juga menyusun beberapa karpet di ruang tamu dan ruang keluarga. Dengan begini, tamu-tamu yang datang pun akan bisa lebih lama duduk karena tidak merasa harus bergantian tempat duduk. Dan memang terbukti sih, tamu yang banyak bisa muat semua dan ngobrol dengan asik.

Saya dan suami sholat Idul Fitri di masjid tempat tinggal orang tua saya. Setelahnya, kami menghabiskan sepanjang hari di rumah karena memang tamu yang datang silih berganti. Baru pada sore hari, berangkat ke rumah mertua.

Gak bisa dipungkiri sih memang, suasana di rumah Mamak agak berbeda. Tamu yang datang tidak sebanyak tamu yang ada di rumah orangtua saya. Mungkin tradisi di kota dan kampung berbeda. Kalau di kota, saling kunjung hanya dari pagi hingga siang menjelang sore. Setelahnya, paling hanya saudara saja.

Baju Lebaran Yang Tertunda

Lebaran tahun lalu, saya dan adik perempuan sepakat untuk punya seragam lebaran yang sama atau paling tidak senada warnanya. Sudah sempat dipesan dan dikirim ke alamat rumah adik, ternyata malah gak boleh mudik. Jadi baju seragam lebaran itu mangkrak setahun lamanya. Cerita versi lengkap ada di link ini ya.

Baca juga : Sepenggal Cerita Lebaran 2021

Tahun ini, kami sepakat untuk mewujudkan keinginan yang sempat tertunda tahun lalu. Beruntungnya kami juga bisa berkumpul semua. Memang ya takdir Allah itu gak akan pernah mengecewakan asal kita tetap berbaik sangka.

Sebaliknya, dari keluarga suami sepertinya gak ada kesepakatan mau pakai baju warna apa. Mungkin karena tidak bisa kumpul bersama dalam satu waktu juga. Gantian sih ya. Agak merasa ada yang kurang sih karena gak ada keseruan diskusi panjang para wanita untuk menentukan warna baju seragam, hehe. Tapi dibawa senang aja deh.

Terakhir, bonus foto dong. Alhamdulillah bisa kumpul semua anak abah dan ibu. Tapi sayangnya, gak ada foto keluarga dari pihak suami. Gimana mau foto bareng, saya kesana pun sudah pada berpencar haha.

Idul Fitri 2022
Keluarga lengkap

3 Bidadari
Mau foto bertiga ya diganggu terus

3 Bidadari
Akhirnya gak ada foto bertiga

Before after
2007 vs 2022

*Foto terakhir ini sudah lama pengen dibuat. Niatnya untuk seru-seruan aja sih. Dulu pernah foto di tempat yang sama, bedanya cuma usia dan yang paling mencolok sih adek bungsu. Kalau dulu dia masih bisa berdiri di depan saya dengan tubuhnya yang mungil, sekarang harus berdiri dengan lutut ditekuk biar saya gak ketutupan, haha.

Baiklah, sepertinya sekian cerita lebaran 2022 dari saya. Mohon maaf lahir dan batin ya!