Sebenarnya saya ini gak
pernah pindah-pindah tempat tinggal. Mungkin karena saya termasuk orang rumahan
yang gak bisa jauh dari orang tua. Dari TK sampai kuliah, ya masih di Lampung
saja. Waktu SD malah saya Cuma jalan kaki dari rumah, gak pernah dianter-anter.
Waktu SMP dan SMA juga begitu. Ada angkot yang setiap hari selalu setia
mengantarkan saya ke sekolah. Kuliah pun gak pernah ngekost karena jarak tempuh
yang masih bisa dibilang gak terlalu jauh.
Pernah sih waktu SMA saya
ingin sekali kuliah di Jogjakarta, tapi sepertinya orang tua saya keberatan
karena jauh. Jadi, ya sudahlah tetap tinggal di Lampung. Makanya setelah
selesai kuliah dan mulai cari-cari kerja, saya gak punya bayangan akan tinggal
di tempat selain Lampung ini. Makanya saya selalu melamar pekerjaan di tempat
yang masih terjangkau dari rumah.
Tapi, nyatanya pekerjaan
itu seperti jodoh ya. Carinya kemana-mana, ketemunya kadang gak bisa disangka.
Inilah pertama kalinya saya tinggal jauh dari rumah orang tua.
Palembang, Saya Datang
Lagi
Saya sudah pernah posting
liburan saya di kota dengan jembatan Amperanya ini. Judul postingannya saja
sudah menyiratkan sebuah doa; Palembang, Aku Nak Kesano Lagi, yang bisa
diartikan bahwa saya akan kesana kembali. Rupanya doa saya itu diamini oleh
malaikat! Saya bukan hanya mengunjunginya lagi, tapi saya tinggal disana!
Terbayang? Gak lah, hehe.
Palembang hampir 10 tahun lalu |
Saya dapat kerja di kota
ini dari seorang teman. Saya merasa ini begitu tiba-tiba dan saya seperti tidak
punya waktu untuk berfikir dua kali. Pimpinan saya waktu itu memberi waktu
hanya beberapa hari setelah saya berkunjung kesana untuk pertama kalinya. Waktu
itu saya memang sudah punya kenalan disana. Jadi gak pakai lamar-lamaran,
langsung ketemu aja. Lagipula ini lembaga sosial juga yang walaupun legal,
tetap lebih kekeluargaan daripada perusahaan.
Bermodal nekat, saya
iyakan saja. Dan taraaa.. untuk pertama kalinya saya tinggal jauh dari orang
tua. Bagaimana rasanya? Luar biasa! Pertama kali harus cari makan sendiri ketika
waktunya makan malam. Pertama kali harus mengatur uang sendiri di tempat yang
jauh dari rumah. Saya bahkan dikirimi uang dari rumah karena betapa khawatirnya
ibu saya, hehe.
Awal hidup di Palembang,
saya merasa seperti tiba-tiba harus merubah kebiasaan saya. Apalagi saya
tinggal di bagian kotanya. Tempat tinggal saya aja bersebelahan dengan mall
besar kala itu. Jadi kalau saya lagi bete, saya dan beberapa teman yang tinggal
bersama akan pergi kesana. Jalan-jalan aja, lihat-lihat baju, kadang cari makan,
kadang Cuma beli makanan ringan, hehe.
Teman kerja saya waktu itu |
Pernah juga saya dan dua
orang teman saya ke Jembatan Ampera malam-malam, naik motor bonceng tiga pula!
Mengingat itu, saya tertawa sendiri. Ada rasa takut tapi kok berani juga ya?
Padahal jalan raya disana lebih ramai daripada jalan raya di Lampung. Intinya,
saya yang tadinya hanya gadis desa (haha, istilahnya berlebihan gak sih?), tiba-tiba
saja pindah ke kota besar yang kehidupannya sudah pasti berbeda.
Meskipun saya hanya
tinggal satu setengah tahun di Palembang, tapi saya punya banyak kenangan
disana. Kenangan, bagaimanapun tak akan pergi kan? Ia tetap ada meski terasa
sangat jauh atau bahkan terasa sangat dekat seperti baru kemarin kita berada di
lingkarannya. Kenangan, apapun itu tetaplah menyimpan cerita suka duka. Mulai dari kenangan pindah-pindah tempat
tinggal sampai kenangan yang membawa perasaan. Duh!
Ada satu kenangan indah
saya selama tinggal di Palembang. Saya bisa menyaksikan sendiri bagaimana
riuhnya suasana SEA Games 2011! Selama ini saya hanya bisa menyaksikan event
besar seperti itu lewat televisi, tapi waktu itu saya datang langsung! Hari
pertama pembukaan SEA Games, jalanan sudah sangat macet sejak pagi menjelang
siang. Saya dan teman sempat kesana di malam kedua, pun jalanan masih sangat
padat. Tapi demi ingin melihat langsung serunya suasana, saya dan teman saya
itu pantang menyerah saja. Naik motor berdua malam-malam, gak takut deh padahal
kami perempuan.
Salah satu booth di SEA Games 2011 |
Satu setengah tahun itu
memang waktu yang tidak lama. Saya kembali ke Lampung karena memang saya merasa
tidak memungkinkan lagi untuk lebih lama di Palembang. Ada satu hal yang tidak
bisa saya sebutkan alasan tepatnya. Hanya satu setengah tahun tapi rasanya saya
sudah memiliki saudara dekat dari teman satu tempat kerja.
Dari sana, saya bisa
mengunjungi banyak tempat yang kalau saya kembali kesana seperti ada kenangan
tersendiri. Jembatan Ampera, pasar 16 Ilir, perpustakaan daerah yang biasa saya
kunjungi setiap Sabtu, Gelora Sriwijaya, dan Kambang Iwak adalah tempat-tempat
yang bisa membuat kenangan saya berputar kembali. Di hari terakhir saya
bekerja, saya dan empat orang teman perempuan saya menghabiskan sore di Kambang
Iwak. Bercanda, foto-foto, dan tentunya makan bersama untuk yang terakhir
kalinya kala itu.
Pagoda di Pulau Kemaro |
Kenangan kami bersama |
Sampai hari ini, kami pun
masih berkomunikasi dengan baik. Bahkan ada salah satu teman saya yang menjadi
pengisi acara di pernikahan saya tiga tahun lalu. Itu membuat saya terharu
sekali.
Jalan-jalan sore di hari terakhir saya masuk kerja |
Tapi bagaimanapun, saya
masih betah tinggal di tempat lahir saya di Lampung. Orang tua saya disini,
keluarga saya juga banyak disini, dan saya dapat suami orang sini juga. Jadi,
sepertinya saya belum punya bayangan akan tinggal di kota selain Lampung lagi
kecuali kalau salah satu dari kami jadi PNS yang penempatannya diluar Lampung,
hehe.
Baca juga : CPNS Oh CPNS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar