1. Bunga dari ibu
Salah satu kenangan saya ketika masih kanak-kanak adalah sekuntum bunga dari ibu. Ibu saya adalah guru TK, otomatis saya juga sekolah TK nya bareng dengan ibu. Sepulang sekolah, kami akan selalu melewati jalan setapak dari turun angkot sampai ke rumah. Di sepanjang jalan itu, tumbuh bunga liar dan rumput-rumput. Saya selalu menyukai bunga berwarna ungu di antara semak belukar itu (di kemudian hari saya baru tahu itu bunga karamunting), dan ibu saya dengan sanang hati memetiknya untuk saya.
Bunga Karamunting |
Sampai saya SMP, SMA dan kuliah, saya selalu melewati jalan setapak itu. Tapi seiring berjalannya waktu, bunga ungu masa kecil saya itu berangsur hilang. Semak-semak berganti dengan kebun kelapa dan coklat. Tapi, kenangan saya tidak pernah terganti. Pun sampai saat ini, setiap kali saya melihat bunga itu di suatu tempat, saya akan teringat dengan ibu saya. Kalau saya lewat jalan itu, saya seperti melihat film yang diputar. Saya melihat saya kecil bergandengan tangan dengan ibu sambil membawa bunga itu.
2. Menangis karena harus tidur siang
Entah kenapa dulu ibu saya selalu menyuruh saya dan adik saya untuk tidur siang (mungkin dulu memang begitu ya para ibu mengasuh anak-anaknya). Dan kami selalu menangis karena itu. Kami berfikir dengan tidur siang, waktu untuk bermain jadi sedikit karena pasti bangun tidur sudah hampir sore. Sedangkan mulai magrib hingga malam, kami harus mengaji. Anehnya, kami menurut saja meski harus menangis dulu.
Satu kali saya ingat betul ibu memarahi kami karena tidak mau tidur siang. Saya dan adik saya menangis keras dan sesenggukan sesudahnya. Kami dan ibu sama-sama tidak menang sih, kami tidak bermain diluar karena menangis, tapi ibu juga tidak mendapati kami tidur siang. Pada akhirnya, kami hanya bermain di belakang rumah dengan ibu yang mencuci pakaian sambil terdiam, mungkin masih kesal. Kalau ingat itu, rasanya saya ingin tertawa, tapi juga terharu ingin otomatis memeluk ibu saya.
Di jaman sekarang, mungkin jarang sekali ya ada ibu yang menyuruh anak-anaknya untuk tidur siang.
3. Asyik bermain di luar rumah
Masa kecil saya bahagia sekali dengan bermain di luar rumah bersama teman-teman sebaya saya. Dulu, rumah tetangga saya punya halaman luas yang ditumbuhi rumput teki. Disanalah kami sering bertemu dan bermain apapun. Petak umpet, gobak sodor, lompat tali, bola kasti, dan benteng. Saya yakin yang lahir di tahun 70-90an masih ingat dengan permainan-permainan itu.
Kami bermain dengan bebas. Tertawa, tapi tak jarang juga ada yang menangis karena kalah bermain atau adu mulut. Tapi pertengkaran itu hanya sehari saja. Besoknya kami sudah bermain lagi. Orang tua kami pun tidak ambil pusing dengan pertengkaran-pertengkaran kecil kami.
Sekarang, halaman rumah itu sudah tidak seluas dulu karena sudah dibangun rumah yang lebih besar. Lagipula jarang sekali saya melihat ada anak-anak yang bermain seperti dulu. Paling kalau anak-anak kumpul, seringnya membawa ponsel dan main game tanpa banyak gerak.
4. Keliling naik motor Abah
Masih kenangan bersama orang tua saya, kali ini bersama ayah yang kami panggil Abah. Dulu saat saya dan dua adik saya masih kecil (saya punya 4 orang adik), kami sangat senang mendapati Abah pulang kerja. Pasalnya, kami akan dibonceng motor vespa model dulu (yang saat itu hanya motor itulah yang dimiliki Abah untuk berangkat dan pulang kerja) keliling halaman rumah.
Saya juga ingat saya akan duduk dibelakang sedangkan adik saya akan berdiri di depan. Kami tertawa bahagia hanya dengan cara sederhana seperti itu. Ini kenangan yang sangat manis untuk saya.
Itulah beberapa kenangan manis masa kecil saya. Masih banyak sih kenangan manis lainnya yang kalau diingat sekarang, saya jadi tertawa sendiri, terharu ingin menangis, dan sering ingin kembali ke masa itu.
Kalau kamu, kenangan apa yang kamu punya saat masih kecil?
Baca juga : Aku dan Serpihan Kehidupanku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar