Tidak terasa ya, Ramadhan sebentar lagi memasuki hari ke sepuluh terakhirnya. Rasanya baru kemarin mulai bangun sahur, puasa, dan menyiapkan berbuka. Kok tiba-tiba sudah menjelang akhir saja?
Kata orang, kalau sesuatunya terasa cepat berlalu, itu tandanya kita mencintainya. Itu tandanya ia istimewa bagi kita. Makanya, kita selalu merasa waktu cepat berlalu padahal sudah berhari-hari membersamainya.
Ramadhan memang istimewa. Banyak hal dari Ramadhan yang selalu saya rindukan ketika ia telah berlalu.
Rindu Euforia Berbuka
Siapa
yang tidak merasa gembira atas datangnya adzan Magrib kala Ramadhan? Inilah
waktu paling euforia dalam berpuasa. Setelah menahan haus dan lapas selama
sekitar 12 jam, waktu berbuka ini menjadi waktu istimewa bagi orang yang
berpuasa.
Ada
kenikmatan tersendiri yang tidak akan dirasakan oleh orang yang tidak berpuasa.
Walaupun mungkin hanya berbuka dengan segelas air putih atau teh manis dan buah
kurma, rasanya itu seperti hidangan pembuka paling nikmat.
Tapi,
di sela-sela euforia berbuka puasa itu, terkadang saya bisa terenyuh sendiri
ketika menyadari bahwa beginilah rasanya menahan lapar dan haus. Saya yang bisa
berbuka puasa dengan makanan yang layak dan cukup. Tapi, di luar sana, masih
ada orang yang menahan lapar hingga entah untuk berapa jam lagi.
Rindu Riuhnya Anak-Anak
Tadarus
Salah
satu ciri khas Ramadhan adalah adanya suara-suara tadarus dari masjid dan
mushola. Bukan hanya pagi hari saja, tetapi malah lebih sering terdengar ketika
malam hari selepas salat tarawih. Sebagian memang orang dewasa yang tadarus
dengan bacaan yang sudah fasih dan lancar. Tapi, sebagian lagi lebih sering
anak-anak yang tadarus. Bacaan Quran mereka memang terkadang belum sempurna dan
belum lancar, tetapi disinilah ciri khasnya.
Bukan
bagus atau tidak bagusnya suara dan pelafalan, tapi kemauan mereka untuk
mengaji itu yang saya acungi jempol. Bukankah, kalau sudah terbiasa mengaji,
pelafalan dan makhrojul hurufnya nanti juga akan semakin baik?
Rindu Ramainya Lapak Takjil
Sore Hari
Saya
pernah jadi anak kos yang tinggal jauh dari orangtua walaupun hanya sebentar.
Maka, saya juga pernah merasakan bagaimana senangnya berburu takjil dan menu
buka puasa di sore hari menjelang waktu berbuka tiba.
Senangnya
itu melihat keramaian yang ada. Rasanya Ramadhan benar-benar penuh berkah. Ada
saja penjual dan pembeli dadakan yang bertransaksi. Pasti pernah kan melihat
tiba-tiba si A jualan sayur matang padahal selama ini hanya jualan sayur
mentah. Atau si B yang tiba-tiba membuka lapak salad buah padahal biasanya juga
gak.
Bagi
penjual, Ramadhan memang sering jadi sumber pendapatan sampingan, memanfaatkan
momen. Bagi pembeli, Ramadhan bisa jadi alternatif untuk membeli jajanan yang
mungkin susah didapatkan di bulan lain. Misalnya bagi yang suka kolak, mungkin
akan susah mencari jajanan satu ini di luar bulan Ramadhan.
Baca juga : Antre Tandatangan Saat Ramadhan
Rindu Nikmatnya Tidur Siang
Walaupun
di hari-hari biasa saya masih bisa tidur siang, tapi rasanya tetap bebeda kalau
tidur siang saat Ramadhan. Siapa yang setuju kalau tidur siang waktu Ramadhan
itu lebih nikmat daripada tidur di hari biasa? Hehe.
Selain
menghemat energi saat berpuasa, tidur siang di bulan Ramadhan juga bisa
berpahala. Ya daripada siang diisi dengan ghibah gak jelas, memang lebih baik
tidur saja. Asal gak tidur melulu aja dari pagi sampai menjelang berbuka. Itu tidur
atau latihan jadi jenazah? Hihi.
Itulah beberapa hal yang saya rindukan saar Ramadhan. Kalau kamu, apa nih yang dirindukan? Bukber bareng teman di luar? Atau rindu menyiapkan takjil untuk para musafir di jalan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar