Yeyyyy.. ke Palembang
lagi! Kali ini untuk memenuhi salah satu kewajiban muslim terhadap muslim
lainnya (hadeh... bahasaku, hehe). Memenuhi undangan seorang teman yang jadi
pengantin. Jauh sih perjalanan dari Lampung ke Palembang, apalagi jatah liburku
hanya sehari, gak bisa berlama-lama disana, tapi rasanya senang saja bisa ikut
bahagia bersama sang pengantin.
Perjalanan kali ini
lumayan berbeda dari perjalananku dulu sewaktu aku masih bekerja di Palembang.
Fasilitas kereta api sudah lebih baik. Mengingat ini kendaraan favoritku kalau
jalan kesana (soalnya kalau naik bus gak ngerti jalurnya! Hehe). Aku memilih
naik kereta malam waktu berangkat, pastinya karena aku harus berangkat kerja
dulu pagi sebelumnya, dan biar sampai Palembang pagi dan bisa langsung menuju
ke rumah yang punya hajat.
Perjalanan dari
Lampung-Palembang sih gak ada masalah karena gak pakai ganti-ganti kereta. Nah,
yang agak ribet adalah perjalanan menuju rumah sang pengantin. Dulu, waktu aku
masih satu pekerjaan dengan sang pengantin, aku memang pernah beberapa kali ke
rumahnya, tapi itu selalu naik motor dan gak pernah naik angkot. Jadi ketika
kemarin aku kesana harus pakai kendaraan umum, aku sempat kelimpungan.
Instruksi yang diberikan temanku adalah sebagai berikut :
Pertama, aku disuruhnya naik bus Plaju-Pusri (dari
Kertapati, aku kan numpang mandi dulu di rumah saudara di Plaju) . Oke, gak
masalah, aku biasa naik bus dari Plaju walaupun ke jurusan Perumnas waktu dulu.
Jadi aku tunggu saja bus merah itu dengan sabar. Dan yup! Dapat.
Kedua, turun di pasar
Lemabang. Katanya sih bilang aja sama kondekturnya. Well, aku ikuti. Pas aku
bayar ongkos, aku bilang pasar Lemabang, tapi namanya saja kondektur yang
fokusnya ke berbagai macam orang, dan waktu itu kondisi bus cukup penuh sesak.
Aku tak bisa menjamin sang kondektur mendengarku. Jadi yah, aku akan liat saja
kondisi. Sebuah pasar pastinya kan ramai, jadi gak susah menemukannya. Tapi,
kenyataan adalah jalur yang dilewati rupanya berbeda dengan jalur bus yang dulu
biasa aku lewati. Waduh, aku mulai ketar-ketir nih. Aku sama sekali gak ngerti
jalur yang kulewati, jalan apa, atau arah mana, aku sama sekali tak paham. Mau
tanya sama orang, bus penuh sesak jadi susah mau berkomunikasi. Menghubungi
teman-temanku pun gagal karena berbagai macam hal. Tidak aktif lah, gak
diangkat lah, yah, pasrah deh. Sampai akhirnya bus berhenti di suatu tempat
yang ramai dan ketika aku menoleh ke luar jendela, kudapati plang besar
bertulisakan “PASAR PAGI LEMABANG”
Yuhuu, disini rupanya.
Ketiga, dari pasar
lemabang naik angkot hijau menuju gang Rama Kasih. Ow, ow, banyak angkot hijau,
banyak persimpangan jalan. Dan ironisnya aku sama sekali tak paham harus naik
angkot hijau yang mana dan ke arah mana! Menghubungi teman-teman masih gagal.
Udara panas mulai mengundang keringat di tubuh dan wajahku. Fiuhh, sudah dandan
ala pesta malah keringetan hehe. Akhirnya aku tanya saja dengan seseorang di
pasar itu. Dengan mantap, ia menunjukkan arah dan angkot mana yang harus
kunaiki untuk sampai ke Rama Kasih. Aman deh!
Tapi, ternyata belum
habis juga ketar-ketirku. Karena waktu itu kondisi pasar dan jalan cukup ramai,
jadi aku tak sempat bilang pada sopir mau ke arah mana. Kupikir aku akan tanya
ketika aku sudah berada di dalam angkot. Ironisnya, angkot itu tak seperti
angkot kebanyakan yang kujumpai di Lampung. Rupanya, ada kaca penyekat antara
sopir dan penumpang hingga penumpang tak bisa berkomunikasi dengan sang sopir.
Waduh! Gang Rama Kasih yang dulu pernah kujejaki, sekarang sudah tak kuingat
lagi. Ancang-ancangnya apa, plang, atau tanda-tandanya pun aku tak ingat. Lebih
ironis tak ada penumpang lain yang bisa kutanya. Kembali pasrah, aku amati
setiap gang yang dilewati. Masih untung angkot berjalan cukup pelan jadi aku
bisa mengamati gang dengan lebih baik walaupun tetap saja aku tak punya
gambaran.
Tapi, akhirnya,
pertolongan datang juga. Seorang penumpang lain masuk. Tanpa pikir panjang,
tanya saja dengannya, hehe. Hasilnya, ketemu deh gang Rama Kasih itu.
Legaaaa... :D
Sekarang tinggal
menelusuri gang Rama Kasih IV. Pastinya, jalan kaki dan harus melewati tiga
gang kecil, yaitu Rama Kasih I, Rama Kasih II, Rama Kasih III. Fiuhhh! Akhirnya
sampai juga! Rasanya ingin segera melumat teman-teman lamaku yang nyengir saja
ketika aku datang. Huh, tak tahukah perjalananku kali ini hampir nyasar??
Dan inilah beberapa momen
hasil reuni singkatnya :D