24 Oktober 2024

Mencoba LRT dan Feeder LRT, Jalan Tipis ke Palembang Bagian 1

Yeay!!
Akhirnya kesampaian juga jalan-jalan ke Palembang lagi setelah beberapa tahun mendem pengen kesana. Tadinya, iseng ngajak ibu ke Palembang, eh malah jadi banyak yang ikut haha. Niatnya pas liburan sekolah beberapa bulan yang lalu, tapi gak kebagian tiket kereta, jadilah cari hari libur lagi yang nyempil sehari pas maulid nabi kemarin.

Stasiun KA Tanjungkarang

Sengaja pilih kereta api karena memang harga tiketnya murah, sekalian biar Wafa lihat dan merasakan langsung naik kereta. Tambahan juga biar ibuknya sedikit nostalgia waktu dulu sempat kerja di Palembang dan setiap pulang naik kereta. Tapi, kereta api sekarang sudah jauh lebih baik. 

Area tunggu penumpang sebelum masuk kereta juga nyaman. Ada pojok baca dan area bermain anak serta tak lupa spot foto untuk yang hobi mendokumentasikan kenangan.

Ruang tunggu stasiun
Playground di stasiun KA Tanjungkarang

Meski kereta kelas ekonomi yang harganya hanya Rp 35.000,- per tiket, gerbong sudah full AC, bersih, ada steker listrik di setiap kursi, jendela kaca lebar sehingga leluasa melihat luar, kamar mandi gak jorok-jorok amat, serta bebas dari asap rokok dan pedagang asongan. 

Sayangnya saya gak sempat fotokan kondisi dalam gerbong kereta. Agak crowded pagi itu, berburu nyuapi Wafa sarapan dan yah begitulah. Ingatnya pas kereta sudah penuh dan sudah di tengah perjalanan. Ya, gak enak lagi deh mau foto.

Lama perjalanan dari stasiun Tanjungkarang ke stasiun Kertapati sekitar 9 jam. Lumayan lama karena memang di setiap stasiun, kereta berhenti untuk naik turun penumpang dan berpapasan dengan kereta babaranjang.

Gerbong KA Palembang
Tempat duduk di dalam kereta

Bersyukur banget karena sepanjang perjalanan, Wafa gak rewel dan sangat minim drama. Makan dan tidur juga masih aman karena saya pesankan kursi juga. Sebenarnya untuk anak usia di bawah 3 tahun, masih gratis tapi tidak dapat kursi. Dengan pertimbangan kenyamanan, saya pesankan 1 kursi untuk Wafa. Dan benar saja, pas wafa tidur, dia bisa selonjoran santai. Ibuknya pun bisa agak santai sebentar.

Baca juga : Palembang Again

OOO

Hari pertama di Palembang, kami isi dengan berkunjung ke rumah saudara yang jarang sekali bertemu kalau gak lebaran atau ada acara tertentu. 

Jaraknya lumayan jauh, tapi bisa ditempuh dengan angkutan umum dan LRT. Wah kebetulan banget kan. Saya belum pernah naik LRT Palembang dan seperti gayung bersambut, ada kesempatan untuk mencobanya.

Loket LRT Palembang
Loket LRT Palembang

Kami naik dari stasiun LRT Jembatan Ampera dengan tujuan stasiun LRT Asrama Haji. Harga tiketnya hanya Rp 5.000,-/orang dan dapat dibeli langsung di loket stasiun. Saat itu, stasiun gak terlalu ramai dan penumpang yang menunggu disana juga gak banyak. Katanya sih kalau hari kerja, bisa bejubel.

Kami menunggu sekitar 15 menit sampai LRT tiba di stasiun Jembatan Ampera. Penumpang tak penuh sesak, tapi juga kami sempat berdiri karena gak ada kursi kosong. Ada sih sebenarnya, tapi diisi oleh anak kecil dan ibu-ibu yang duduknya miring sambil makan cemilan. Beeuuh, santai kek di angkutan pribadi, wkwk.

Agak gimana gitu ya, di angkutan umum tapi gak bisa peka oleh keadaan. Padahal itu kursi masih bisa diisi oleh 2 orang lagi. Tapi ya sudahlah. Hitung-hitung saya menikmati pemandangan dulu sambil berdiri sampai ada penumpang yang turun dan kami bisa dapat kursi.

Gerbong LRT Palembang

Di setiap stasiun, LRT berhenti untuk naik turun penumpang. Total kami melewati 7 stasiun sampai akhirnya tiba di stasiun Asrama Haji. Dari sini, kami melanjutkan perjalanan menggunakan feeder LRT gratis yang saat itu sudah banyak menunggu penumpang.

Feeder LRT ini seperti angkot tapi dengan mobil yang ukurannya lebih kecil. Jadi hanya muat sekitar 8 orang saja. Mobilnya nyaman karena dilengkapi dengan AC, bersih, dan gak ugal-ugalan. Sopir juga memakai tanda pengenal dan cukup ramah.

Feeder LRT Palembang
Feeder LRT di stasiun Asrama Haji Palembang

Untuk ketersediaannya, yang saya baca dari beberapa sumber, saat ini sudah ada 7 rute yang dilalui feeder ini dan kesemuanya gratis tanpa dipungut biaya apapun. Nah, feeder ini juga berhenti di setiap halte meski tidak ada penumpang yang akan naik atau turun. Saya kurang paham sih apakah memang SOP-nya begitu ya?

Saya jadi berandai-andai, coba di tempat saya tinggal ada transportasi umum seperti ini. Nyaman, harga terjangkau, bisa menjangkau hingga rute yang jauh, dan bebas macet. 

Perjalanan kami berakhir di sekitar jam 20.00 malam. Saya menyempatkan diri untuk mencicipi mi celor di kedai depan gang rumah tempat kami bermalam. Tapi rasanya agak kurang sesuai dengan ekspektasi saya, atau saya yang sudah lupa dengan rasa mi celor yang dulu pernah singgah di lidah saya. Entahlah.

Masih ada lanjutan cerita di hari berikutnya. Next post aja ya. See you!

Bonus:
Akhirnya ketemu juga dengan teman lama sewaktu dulu masih kerja bareng di Palembang. Inginnya sih bisa ketemu lebih banyak teman lama, tapi mungkin belum jodohnya ya. Ada yang sibuk, lokasinya terlalu jauh, dan waktunya tidak memungkinkan. Semoga lain waktu bisa bertemu deh.

Teman lama
Teman lama di Palembang

23 Oktober 2024

Review Buku Anak "Aku dan Tubuhku"

Semenjak Wafa lahir, prioritas buku saya jadi teralih ke buku anak-anak. Jujurnya, dulu saya gak begitu paham dengan macam-macam buku anak ini. Tapi seiring saya membersamai Wafa, segala iklan, rekomendasi tayangan dan sebagainya yang berseliweran di beranda sosmed saya isinya kebanyakan buku dan baju anak, haha.

Wafa juga suka kalau dibacakan buku, apalagi kalau temanya dekat dengan keseharian atau tokoh-tokohnya mudah diingat. Jadilah si ibu ini makin pengen beliin banyak buku untuk dia. Tapi untuk fasenya dia sekarang, kudu pinter milih dari segi bahan, tema, dan ilustrasinya. 

Buku Aku dan Tubuhku
Buku Aku dan Tubuhku

Kali ini, saya mau sedikit kupas salah satu buku yang Wafa punya. Judulnya, Aku dan Tubuhku.

Judul           : Aku dan Tubuhku
Penulis        : Beby Haryanti Dewi
Halaman     : 20 halaman
Cover          : Hard cover
Penerbit       : Pelangi Mizan

Buku ini mengusung tema kemandirian dan sesuai dengan judulnya, berisi tentang pengenalan nama-nama anggota tubuh serta fungsinya. Halaman pertama diawali dengan pengenalan empat orang anak dengan fisik dan karakter yang berbeda. Dua orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan.

Kata sapaan pertama juga mudah sekali diingat,

"Halo! Ini aku." Saya membacakannya sambil melambaikan tangan dan tersenyum. Eh, Wafa jadi ikutan setiap kali membuka buku ini.

Buku Aku dan Tubuhku
Halaman pertama

Di halaman selanjutnya barulah dirinci apa saja anggota tubuh yang dipunyai serta fungsinya masing-masing. Tentunya tetap dengan kalimat singkat dan mudah dipahami. Misalnya, mata bisa mengerling dan bisa digunakan untuk melihat kucing. Tangan bisa bertepuk dan menari mengikuti irama. Begitu juga dengan anggota tubuh lainnya.

Di halaman akhir, ada 'evaluasi' untuk si kecil berupa pertanyaan untuk menyebutkan anggota tubuh dari potongan gambar yang ada. Nah, karena Wafa belum bisa bicara, maka dia hanya bisa menunjukkan anggota tubuhnya. Misal gambar kaki, maka dia akan tunjukkan kakinya.

Secara fisik, buku ini berbahan karton tebal (boardbook), mengkilap baik sampul maupun isinya, dan dengan pinggiran buku tumpul. Ini sudah cocok banget untuk usia Wafa yang kalau baca buku tuh suka bolak balik secara barbar. Bahan buku yang tebal gak mudah sobek, gak mudah terlipat, jadi bisa awet. 

Dengan ukuran 17cm x 17cm, menurut saya buku ini sudah pas dibaca. Gak kebesaran atau gak kekecilan. Ilustrasinya juga besar, warna cerah dan kontras, serta fokus pada temanya. Bagi saya, ini lumayan penting karena tingkat perhatian bayi kan mudah terdistraksi ya kalau terlalu banyak gambar dalam satu halaman.

Buku Aku dan Tubuhku
Gambar yang gerakannya bisa diikuti anak

Secara pribadi, saat saya bacakan buku ini untuk Wafa, dia langsung tertarik karena memang sebelumnya saya sudah sering menyebutkan nama anggota tubuh sambil bermain dan bernyanyi. Oh iya, pertama kali saya bacakan buku ini saat Wafa berusia 12 bulan.

Beberapa kali dibacakan buku ini, Wafa sudah bisa menirukan adegan yang ada di buku hanya dari melihat gambarnya. Misalnya, menendang bola pada pengenalan kaki, dan bertepuk tangan pada pengenalan tangan. Percayalah, di momen seperti ini, semua ibu pasti akan senang dengan detail perkembangan anaknya.

Secara umum, saya menilai buku ini rekomen banget untuk yang ingin mengenalkan anggota tubuh pada si kecil. Banyak yang bisa distimulasi hanya dari membacakan buku ini pada si kecil. 


Tips membacakan buku untuk bayi :

  • Sebelum membaca buku, perlihatkan buku dengan ekspresi yang membuatnya penasaran. Misalnya sambil bilang 'Waahh buku apa ini? Ada gambar pelangi, bintang, eh ini ada siapa ya? (kalau ada gambar tokoh, bisa sebutkan nama si bayi atau saudaranya). Metode ini sangat efektif untuk Wafa.
  • Bacakan kalimat dalam buku dengan se-ekspresif mungkin dan gerakan tubuh yang sesuai. Misalnya, 'Halo' dengan lambaian tangan sambil tersenyum. Kalau ada tokoh, coba sebutkan juga ciri-cirinya. Misalnya pakai baju warna apa, bergambar apa sambil tunjukkan objeknya. 
  • Ceritakan gambarnya, bukan bacakan kalimatnya secara saklek. Di buku ini, kalimatnya sangat singkat dan sedikit karena memang buku anak ya seperti itu. Tapi, saya pribadi akan menambahkan detail dari gambar yang ada. Misalnya, ketika pengenalan mata yang ada gambar seekor kucing, saya akan tambahkan suara kucing. Wafa sendiri, akan langsung menunjuk boneka kucingnya ketika dia melihat gambar kucing di buku ini.
Buku Aku dan Tubuhku
Saya menunjukkan jalannya suara dari mulut ke telinga
  • Membacakan buku sambil menunjuk objeknya. Misalnya, di buku ada pengenalan telinga yang digambarkan dengan si tokoh senang mendengar temannya bernyanyi. Maka saya akan menunjukkan alur suara itu sampai ke telinga si tokoh. Wafa juga akan langsung memegang telinganya sendiri.
  • Tunjukkan gerakan yang ada dalam cerita di buku. Bagi saya ini penting sekali ya. Tujuannya supaya si kecil bisa lebih mengerti apa yang dibahas dan bisa mengekspresikan berbagai keadaan. Senang, sedih, takut, kaget, dan lainnya. 
Buku Aku dan Tubuhku
Wafa yang menirukan tepuk tangan

Oke, siap membacakan buku ini untuk si kecil? Selamat menyaksikan tumbuh kembang yang menyenangkan hati dan pikiran ya bund!

15 Oktober 2024

Tips MPASI Lancar Tanpa Drama

Di postingan sebelumnya, saya sudah sedikit ceritakan pengalaman pertama memberi MPASI pada si bayi. Takdir Allah, bayi saya memerlukan MPASI dini di usia 5,5 bulan atas rekomendasi DSA. 

Alhamdulillah dari awal MPASI hingga usia bayi saya lebih dari 15 bulan, tidak ada drama berarti seperti GTM parah. Tapi juga ya bukan berarti gak ada drama sama sekali. Pernah sih bayi saya benar-benar mogok makan. Makan sesuap, selesai.

Tips MPASI Lancar

Pernah juga makanannya hanya diacak-acak atau masuk mulut lalu lepeh. Lempar makanan juga pernah. Tapi balik lagi, tidak sampai berlarut-larut. 

Nah, saya mau berbagi sedikit tips berdasarkan pengalaman saya yang amat sangat sedikit dan masih pemula. Saya yakin sih pasti sudah banyak tulisan berseliweran yang membahas ini. Tapi mudah-mudahan ini berguna juga ya.

Pertama, siapkan mental ibu. Optimis boleh, tapi jangan berekspektasi terlalu tinggi karena khawatir malah jadi emosi, hehe. Kedua, buat peraturan makan. Dari awal MPASI, saya membuat beberapa peraturan makan.

1. Terapkan Makan Tepat Waktu

Gak harus saklek jam segini atau segini sih, tapi minimal di waktu yang hampir sama. Tujuannya supaya si bayi mengenal rasa lapar. Jadwal makan ini bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing juga. Apakah si bayi lebih suka makan setelah tidur siang, atau makan dulu sebelum mandi, dan lain-lain.

Kalau bayi saya, sarapan pagi setelah mandi bar badannya segar. Gak apa-apa belepotan lagi daripada sarapan dalam kondisi badan risih karena belum mandi. Makan siang biasanya sekitar jam 12 siang, baru ganti popok dan lain-lain. Makan malam, sekitar jam 6 sore. Tapi makin tambah usia, makan malamnya bisa jam 7an.

2. Makan Harus Duduk

Gak boleh sambil main, apalagi gendong dan jalan-jalan. Kalau dipangku, masih boleh, tapi sebaiknya duduk sendiri ya. Tujuannya supaya si bayi fokus pada makanan dan proses makannya. 

Karena waktu awal MPASI, bayi saya belum bisa duduk tegak dan saya belum belikan kursi makan juga, jadi saya tempatkan dia di bantal sofa bayi, yang mirip donat itulah. Saya sangga tubuhnya dengan bantal-bantal, supaya posisinya gak tidur.

MPASI Bayi
Awal MPASI

Setelah dia bisa duduk tegak, saya belikan kursi makan sendiri. Dan saya merasa ini berguna banget! Makan jadi fokus, postur tubuh terjaga, dan minim distraksi. Pengalaman saya, ketika makan di tempat lain yang notabene gak ada kursi makannya, bayi saya lebih mudah terdistraksi dan akhirnya sesi makan jadi gak optimal. 

3. Kenalkan Semua Jenis Makanan

Saya ingin bayi saya tidak pilah pilih makanan, makanya sebisa mungkin saya kenalkan semua makanan yang ada sesuai dengan kemampuannya. Segala buah, sayur, protein, karbo, bergantian saya kasih.

Ini juga bertujuan untuk menguji apakah bayi ada alergi makanan tertentu, misalnya telur, susu, atau makanan laut. Selama ini, saya belum menemukan ada alergi tertentu pada bayi saya.

Untuk panduan kebutuhan masing-masing elemen di MPASI bayi ini bisa cari di internet ya, banyak kok. Oh iya, dari awal saya pakai timbangan perkiraan saja, gak pakai timbangan banget karena gak ada, wkwk. Kalau mau tepat, saya sarankan untuk pakai timbangan ya.

4. Kasih Contoh Makan 

Sebelum sesi MPASI, saya dan suami sudah sering makan di depan bayi saya. Tujuannya biar dia tertarik untuk makan dan melihat bagaimana proses makan itu. Saya juga sering makan bersama dan memberi contoh proses menyuap makanan ke mulut,  mengunyah, dan menelan. Jadi, si bayi bisa menirunya.


5. Buat Menu Sederhana

Saya sering lihat banyak postingan menu MPASI dengan bahan premium, khusus bayi, dan segala bumbu yang labelnya MPASI. Bagus sih itu, karena setiap ibu juga pasti ingin yang terbaik untuk anaknya kan. Tapi saya pribadi, gak pakai segala macam itu.

Saya buatkan menu sederhana ala rumahan saja. Biar ada rasa dan aromanya, saya biasa kasih tomat untuk penyedap alami, margarin untuk rasa asin, dan wortel untuk rasa manisnya. Rempah-rempah juga bisa dipakai seperti bawang-bawangan, daun salam, daun jeruk, kunyit, jahe, ketumbar, dll itu.

Intinya, saya membuat masakan biasa tapi tanpa gula dan garam. Nah, pas bayi saya sudah berusia 12 bulan, baru saya kasih gula dan garam dalam porsi yang sesuai dengan kebutuhannya.

Menu MPASI
Menu MPASI

6. Ciptakan Suasana Nyaman

Nah, ini penting banget. Sesi makan harus kondusif, jauh dari mainan, keramaian yang dapat memicu distraksi, dan pendamping juga fokus tanpa ada yang dikerjakan. Pengalaman pribadi, ini ngaruh banget. Jadi, kalau waktunya makan, sebisa mungkin saya gak pegang pekerjaan lain dulu atau gak sambil nonton.

Di sesi makan ini juga, biasanya saya awali dengan rutinitas cuci tangan, baca doa, dan saya informasikan apa menunya. Sewaktu makanannya sudah mulai terpisah antara karbo, protein, dan sayur, saya jelaskan satu persatu. Misalnya, yang saya sendok wortel, saya bilang "Ini wortel, warnanya jingga, rasanya manis, dimakan biar matanya sehat." begitu.

Lalu, saya biarkan juga dia eksplor makanannya sendiri. Dari awal MPASI, saya biarkan tangannya memegang makanannya. Belepotan ya gak apa-apa biar dia tahu tekstur makanannya juga.

7. Tidak Memaksa

Nah, ketika bayi saya tidak mau menghabiskan seporsi makanannya, saya tidak akan memaksanya. Paling, saya yakinkan saja, saya coba suapi lagi. Kalau dia benar-benar gak mau, ya sudah. Awalnya, porsi makan yang saya buat memang banyak tersisa meskipun saya membuatnya sudah sesuai dengan takaran di buku KIA. Tapi, lama kelamaan, habis sesuai porsinya.

Nah, itu dia beberapa tips memberi MPASI dari pengalaman pribadi saya. Saya yakin, setiap bayi pasti berbeda penanganannya karena kondisinya juga berbeda-beda. Kalau bayi lagi GTM, tetap jaga kewarasan ibu ya. Tarik nafas pelan, istighfar jangan lupa, dan coba lihat ekspresi si bayi. Perlahan, emosi ibu pasti reda meski kalau lihat makanannya yang utuh akan kesal sendiri juga, hehe.

Kalau pengalaman kalian, gimana? 

14 Oktober 2024

No Drama Di Awal MPASI

Halo!
Apa kabar ibu-ibu yang punya bayi dan sedang dalam tahap MPASI? Masih waras kah? Hehe. Semoga ibu dan anak-anaknya sehat semua ya. Sehat lahir batin.

Dulu sewaktu saya belum punya anak, saya sering bertanya-tanya ketika membaca beberapa tulisan seputar anak GTM, cara mengatasinya, usaha para ibu berkreasi demi si anak makan, dan sebagainya itu. Memang sedrama apa sih bayi yang sedang MPASI itu?

MPASI Pertama
MPASI Pertama

Sampai akhirnya saya punya anak. Jujurnya, saya belum punya pengalaman apapun tentang dunia MPASI ini. Hingga bayi saya tiba-tiba disarankan untuk diberikan MPASI dini karena BB-nya sempat naik lambat sekali (detailnya nanti saya ceritakan di postingan lain ya).

Mendadak, saya bingung harus kasih apa ke bayi saya ini, haha. Di buku KIA memang ada tapi sayangnya buku saya masih terbitan lama yang penjelasannya agak kurang (gak tau sih apakah saya yang kurang paham atau bagaimana, haha). Cari-cari di internet, lha tambah bingung karena saking banyaknya dan beda-beda metode pula.

Ada yang bilang, kalau MPASI pertama itu encer seperti susu dan hanya satu bahan saja untuk pengenalan. Ada lagi yang bilang harus menu lengkap dan tekstur lumat kental. 

Nah, karena saya punya kenalan bidan yang kebetulan juga langganan saya semasa hamil, saya tanya padanya. Saya tanya porsi, tekstur, dan apakah sudah boleh kasih wortel dan telur rebus pada bayi saya. Sayangnya, jawabannya kurang mengenakkan bagi saya. Saya dibilang kurang baca buku KIA, cari resep di internet banyak, yah begitulah. Padahal kan inginnya lebih diperjelas dan lebih yakin gitu, tapi ya sudahlah. 

Akhirnya, dengan semangat membara bercampur deg-degan, saya coba aja buat rebusan wortel dan telur. Saya uleg saring dan tambah air biar agak encer. Trus, suapin deh.


Suapan pertama berhasil membuat mimik wajah bayi saya aneh, haha. Dipikirnya apa kali ya, ditambah ekspresi saya juga agak ragu dan mengkhawatirkan. Dahlah, gak berhasil lanjut di suapan ke tiga. Nice try.

Hari berikutnya, saya cari referensi lagi dari berbagai sumber dan saya tarik benang merahnya. Awal MPASI boleh pakai menu lengkap, boleh juga hanya satu jenis makanan. Tinggal menurut keyakinan masing-masing saja. Poin pentingnya adalah kecukupan dan keseimbangan gizi dari makanan yang masuk itu.

Karena saya belum pengalaman masak MPASI itu bagaimana, saya coba kasih ubi ungu kukus dicampur sufornya si bayi (kenapa pakai sufor, nanti di postingan lain saya ceritakan ya). Hasilnya, yah lumayan masuk beberapa suap. Mungkin karena rasanya yang tidak terlalu asing, jadi masih bisa diterima.

Hari-hari berikutnya, saya mulai beranikan diri kasih menu lumayan lengkap. Karbo, prohe, prona, serat, ditambah bumbu aromatik dan sedikit lemak tambahan dari minyak sayur, tanpa tambahan gula dan garam.

Menu paling gampang ya, nasi, telur, tahu putih, wortel, dan bawang merah putih yang ditumis dulu. Perlahan, menu tadi bisa diterima bayi saya. Senang? Iyalah! 

Seiring berjalannya waktu, bayi saya mulai kenal dengan makanan lain selain ASI. Memang minggu-minggu pertama agak hectic ya dan perlu adaptasi, tapi lama-lama akan terbiasa juga.

Oh iya, saya juga bikin menu MPASI ini sendiri. Bubur fortif hanya saya berikan ketika saya benar-benar tidak sempat membuatnya atau saya sedang tidak di rumah. Bukan ingin terlihat sempurna, tapi lebih pada keyakinan saya bahwa di hari-hari selanjutnya dan seterusnya, dia kan akan makan masakan saya juga. Jadi saya lebih ingin mengenalkan masakan rumah sendiri.

MPASI bayi
Mulai lahap setiap sesi makan

Repot sih sudah pasti ya. Dengan metode uleg saring, pakai peralatan seadanya di rumah, sendirian sambil jaga bayi yang gak mau lepas dari ibuknya, saya nikmati aja perjalanan memberi MPASI ini. Kelelahan ini terbayaŕ saat si bayi mau makan dengan lahap.

Ternyata, mood seorang ibu itu memang terletak pada nafsu makan bayinya, haha. Kalau bayinya gak mau makan, sudahlah, dunia seperti jadi musuh.


Alhamdulillah, dari awal masa pemberian MPASI ini, bayi saya termasuk anak yang doyan makan hampir semua menu. Mau bubur fortif atau homemade, hayuk lah. 

Lalu, untuk frekuensi pemberian MPASI, di minggu-minggu awal, saya hanya memberinya 2 kali yaitu siang dan sore. Selebihnya ASI dan sufor, tanpa tambahan makanan selingan. Setelah dirasa bayi saya lahap makanan utama itu, saya tambah frekuensinya jadi 3 kali sehari, tapi tetap tanpa selingan.

Di bulan berikutnya, baru saya coba kasih makanan selingan berupa buah dan biskuit bayi. Itupun hanya sekali sehari.
Selingan MPASI
Selingan MPASI

Pola ini berlanjut dan saya rasa efektif di bayi saya. Makanan utama tetap lahap, makanan selingan sesuai kebutuhan, ASI lanjut terus. Selang beberapa bulan, saya coba berhenti memberinya sufor. Ternyata gak masalah. Alhamdulillah.

Jadi dari awal MPASI hingga bayi saya umur 12 bulanan, saya hampir tidak menemui drama GTM yang berarti. Paling kalau si bayi sedang flu ringan atau mulai tumbuh gigi, porsi makannya sedikit berkurang. Tidak ada GTM parah.

Tipsnya apa? Lanjut di postingan berikutnya ya! See you.

26 September 2024

Pengalaman Melahirkan Dengan Caesar Eracs

Halo!
Apa kabar semuanya? Pengen nulis ini dari beberapa bulan lalu, tapi kesampaiannya baru sekarang, ya ampun. Cuma berbagi pengalaman aja, siapa tahu bisa memberi pencerahan bagi yang sedang bersiap melahirkan atau sekedar hiburan semata di kala ingin membaca.

Sc. Eracs Bandarlampung

Kalau ada yang tanya kenapa kok sampe operasi caesar, yah intinya posisi janin ini sungsang alias kepala masih di atas dan bokong di bawah. Ditambah lagi air ketuban yang tinggal sedikit (saya gak tau atau merasa ada rembesan selama hari-hari belakangan sih) dan kata dokter ada pengapuran atau apa gitu istilahnya waktu itu. Jadi jalan terbaik ya ambil tindakan secepatnya dan tanpa menunggu adanya kontraksi.

Singkatnya, ketika jadwal kontrol tiba (saya kontrol di Puri Betik Hati, Bandarlampung), dokternya menyarankan untuk tindakan hari itu juga. Kaget? Iya lah. Niat hati kan cuma mau cek kandungan, kok malah langsung tindakan.

Saya dan suami langsung ke meja registrasi untuk mengurus administrasi. Disini, saya ditawarkan untuk memilih mau sc biasa atau eracs. Setelah penjelasan dan berbagai pertimbangan, saya memilih untuk sc eracs. Seperti apa perjalanannya? Lanjut bacanya yuk!

Pra-Tindakan

Operasi saya dijadwalkan sekitar pukul 15.00-16.00 waktu itu. Tetapi saya sudah tidak diperkenankan untuk keluar rumah sakit sejak pukul 11.00 (sejak saya kontrol), termasuk ya tidak boleh makan berat lagi. Padahal jujurnya saya laper banget sampe sore wkwk.

Karena saya belum dapat kamar, saya menunggu di ruang perawatan. Di ruangan itu, nakes menyuruh saya berganti pakaian operasi, melepas semua perhiasan, dan tanpa pakai apapun lagi. Lalu ia memeriksa denyut nadi, irama jantung, dan apakah saya ada alergi obat tertentu. Selesai itu, saya menunggu lagi. Oh iya, selama di ruang perawatan itu, ada cemilan yang diberikan pada saya. Dua keping biskuit puff abon dan sekotak minuman ion. Lumayan lah untuk mengganjal lapar.

Setengah jam menjelang operasi, saya dipindahkan ke ruang steril. Kali ini pendamping sudah tidak diperbolehkan masuk lagi. Saya dipasangi infus dan kateter, lalu menunggu tim dokter datang. 

Sc eracs
Sebelum tindakan masih bisa ketawa di ruang perawatan

Tindakan

Saya dibimbing masuk ke ruang operasi. Hawa dingin langsung menyergap tubuh saya. Benar rupanya cerita orang kalau ruang operasi itu serius dingin banget. Apalagi saya hanya pakai selapis baju lengan pendek dengan bagian belakang terbuka. Alhamdulillah saya masih pakai jilbab, jadi lumayan kepala gak terasa dingin menusuk.

Dokter pertama yang menyapa saya adalah dokter anestesi. Perempuan, mungkin usianya sekitar 45 tahunan. Ia bertanya kabar saya, kondisi kehamilan saya (ia ikut terharu mendengar ini kehamilan pertama saya setelah menanti selama 7 tahun), sedikit bercerita tentang keluarganya, dan sambil menunggu semua dipersiapkan, ia membaca Alquran. Sungguh, ini membuat saya lega sekaligus menenangkan hati saya yang deg-degan luar biasa.

Anestesi dilakukannya dengan menyuntik bagian punggung bawah saya. Dan ini gak sakit! Saya pernah mendengar cerita kalau suntik anestesi seperti ini rasanya gak karuan, sakit menusuk. Tapi, di saya gak, serius. Rasanya hanya seperti ya suntikan biasa. Lalu saya menunggu lagi untuk obat anestesi ini bekerja melumpuhkan sementara syaraf-syaraf rasa sakit saya.

Satu per satu dokter lain datang, saling menyapa dan mengobrol ringan, mungkin biar suasananya gak tegang ya. Bersyukurnya saya mendapatkan tim dokter yang ramah-ramah waktu itu.

Setelah memastikan anestesi saya berhasil dan saya tidak merasakan apa-apa lagi pada sebagian tubuh bagian bawah, dimulailah operasi pengeluaran si bayi ini. Meski saya sadar, tapi saya tidak merasakan apapun selama tindakan. Padahal dokter sudah memberi tahu bahwa operasi dimulai. Sesekali terdengar suara seperti air mengalir. Lalu perut saya terasa seperti digeser-geser.

Tiba-tiba saja si bayi sudah dikeluarkan dan ditunjukkan pada saya! Saat itu juga, tangis saya pecah tanpa aba-aba. Dokter anestesi membantu menghapus air mata saya karena kedua tangan saya ditahan di badan bed operasi.

Baca juga : Surat Untuk Wafa

Operasi pengeluaran si bayi cukup cepat, tapi penjahitan lukanya yang terasa agak lama. Sementara tim dokter menjahit sambil mengobrol santai, pikiran saya terbang ke ruang bayi. Bagaimana kondisinya? Sehatkah? Lengkapkah bagian tubuhnya? Kok gak langsung IMD ke saya ya? Ada apakah?

Pasca-Tindakan

Selesai dengan tindakan di ruang operasi, saya dipindahkan ke ruang observasi. Saat itu pukul 17.00 dan di ruang observasi hanya ada saya dan perawat laki-laki. Kata perawat itu, saya harus menunggu setidaknya selama 4 jam sebelum dipindah ke kamar.

Berangsur-angsur, rasa kebas di sebagian tubuh saya mereda. Saya mulai sedikit kesemutan, tapi juga menggigil kedinginan. Kata perawatnya, itu hal wajar setelah operasi. Saya benar-benar menggigil meski sudah dipakaikan selimut tebal. Rasanya mengantuk, tapi entah kenapa tidak bisa tidur nyenyak.

Empat jam di ruang observasi tanpa pendamping, melewati waktu maghrib yang sepi dan hening sekali sendirian. Suami saya diperbolehkan masuk ketika saya izin bertemu. Kalau tahu boleh dari tadi, saya minta ditemani dari tadi. Tapi di ruangan ini saya tidak diperbolehkan bertemu dengan siapapun, termasuk keluarga yang datang menjenguk. 

Pindah ke Kamar Perawatan

Setelah dinyatakan dalam kondisi baik dan stabil, saya dipindahkan ke kamar perawatan. Perawat memberi tahu hal-hal yang disarankan setelah operasi sore tadi. Misalnya, mulai bergerak ke kanan kiri, serta mulai duduk hanya jika memungkinkan dan tidak pusing.

Oh iya, saat dipindah ke kamar, kateter dan infus saya sudah dilepas. Jadi, kalau mau ke kamar mandi, ya boleh-boleh saja. 

Saya mencoba bergerak ke kanan dan kiri sesuai saran perawat tadi. Alhamdulillah cukup mudah dan berhasil. Tapi, ketika bangun untuk duduk, kepala saya terasa sangat pusing dan berputar-putar. Lha boro-boro mau ke kamar mandi. Jadi, malam itu saya urung ke kamar mandi dan hanya belajar bergerak sambil tiduran saja.

Pagi harinya, saya belajar bangun lagi. Masih terasa sedikit pusing tapi sudah bisa ditoleransi dan bisa mulai berjalan ke kamar mandi dengan bantuan suami. Niat hati mau mandi, tapi masih takut karena semalam lupa bertanya apakah ini perban anti air atau bukan, wkwk. Jadilah hanya lap-lap badan saja.

Newborn
Pertama kali gendong si bayi


Saya baru bisa bertemu dengan bayi sekitar pukul 09.00 pagi. Rasanya seperti mimpi saja. Bayi mungil yang selama ini kami nanti, kini hadir tepat di hadapan, bahkan tepat di pangkuan saya. Perawat memberi arahan untuk saya langsung menyusui bayi. Tapi rupanya gak mudah ya. Apalagi, air susu saya belum keluar saat itu. Untungnya si bayi gak rewel dan masih bisa bertahan.

Dokter kandungan datang berkunjung untuk memeriksa saya dan bayi. Syukurnya, kondisi kami berdua sehat dan diperbolehkan pulang ke rumah sore harinya. Jujur, saya agak kaget karena kok cepat sekali ya? Padahal saya lahiran saecar, biasanya minimal 3 hari baru boleh pulang. Tapi, ya senang jugalah, bisa lebih nyaman di rumah kan.

Bayi saya diambil kembali oleh perawat untuk dicek lagi sebelum pulang ke rumah. Jadi, sejak dilahirkan sampai saya pulang ke rumah, si bayi sepertinya gak menyusu dengan saya. Adakah yang mengalami hal yang sama? Atau kalian punya pengalaman yang berbeda?

Selepas Operasi

Dari pengalaman pribadi dan hasil perbandingan dengan mengamati orang lain yang melahirkan secara sc biasa, saya bisa garis bawahi beberapa hal.

Pertama, sc eracs punya kelebihan dalam meminimalisir rasa nyeri setelah operasi. Pengalaman saya, setelah obat bius hilang, saya tidak merasakan nyeri yang sangat di bagian luka sayatan. Tapi tidak juga benar-benar tanpa rasa nyeri ya. Memang, tingkat toleransi rasa nyeri setiap orang berbeda, tapi menurut saya, selepas operasi sc eracs, rasa nyeri itu sangat sangat minim.

Kedua, perawatan setelah operasi sangat singkat. Saya sudah bisa mulai bergerak sekitar 6 jam setelah operasi. Bisa mulai berjalan sekitar 12 jam setelah operasi. Saya hanya menginap semalam di rumah sakit dan diperbolehkan pulang 24 jam setelah operasi. Lagi-lagi ini sesuai dengan kondisi ibu dan bayi juga ya. 

Ketiga, operasi sc eracs ini bisa juga ditanggung BPJS kok, meskipun tetap ada biaya tambahan diluar obat dan tindakan. Misalnya pasien harus membeli paket melahirkan untuk sc eracs yang meliputi peralatan dan perlengkapan mandi, pembalut ibu, perlengkapan makan, popok bayi, gentong wadah plasenta, dan perawatan selama bayi dilahirkan. Padahal kalau dipikir, kesemuanya itu sudah saya siapkan dari rumah, haha.

Tambahan lagi, dari rumah sakit ini, si bayi langsung bisa dibuatkan kartu BPJS juga yang menginduk ke kartu BPJS ibunya. Tentunya dengan tambahan biaya iuran satu bulan ke depan saja.

Sehari setelah pulang ke rumah, saya merasakan pusing yang sangat. Kalau saya duduk atau berdiri dalam waktu lama, kepala saya rasanya sakit dan pusing. Tapi kalau dibawa tiduran meski gak dalam keadaan tidur, langsung hilang. Ini terjadi sekitar seminggu lamanya. Mungkin ini salah satu efek sisa obat bius ya, dan mungkin setiap orang keadaannya berbeda pula.

Tapi dari sekian banyak catatan, pada intinya adalah operasi sc eracs ini adalah sebuah terobosan yang bagus untuk calon ibu yang takut melahirkan secara saecar. Tanpa sakit, minim nyeri pasca operasi, dan perawatan yang sangat singkat. 

Nah, kalian yang pernah operasi saecar, punya pengalaman apa?


* Gak punya foto-foto di rumah sakit, apalagi pas di ruang operasi. Dahlah, gak kepikiran dokumentasi lagi, haha.

07 September 2024

Semarak Milad Ke-8 Tapis Blogger

Sore-sore minum es doger
Supaya lega rasa dahaga
Selamat milad Tapis Blogger
Semoga jaya selama-lamanya

Semarak Milad 8 Tapis Blogger
Tumpeng Tapis Blogger

Semarak Milad ke-8 Tapis Blogger saya awali dengan pantun sederhana tapi penuh doa. Iya, komunitas literasi yang isinya tidak hanya blogger, tapi juga influencer, youtuber, vlogger, dan fotografer ini baru saja melangsungkan hajat besarnya pada Minggu, 1 September 2024 kemarin. Saya berkesempatan menjadi pesertanya lagi setelah tahun sebelumnya sempat absen. Ada keseruan apa? Simak sampai habis tulisan ini ya!

Semarak Milad Tapis Blogger

Tapis Blogger memang gak pernah gagal buat acara di hari jadinya kemarin. Mengusung tema Cakap Literasi Digital; Kiat Bikin Konten Foto, Video, dan Artikel Untuk UMKM Hingga Peluang Monetisasi, acara ini berhasil menarik perhatian para blogger, pegiat literasi, pemilik UMKM, dan mahasiswa dari berbagai daerah di Lampung.

Belum juga acara resmi dibuka, pembawa acara kondang, Jarwo Songha sudah memulainya dengan Wawancan, tutur sajak dalam bahasa Lampung berisi nasihat atau pesan yang biasanya ditujukan untuk sang pengantin dalam upacara adat. Kali ini bukan untuk pengantin, tapi untuk para peserta. Meski saya gak paham artinya karena saya bukan orang Lampung asli, tapi saya menikmati tutur bahasanya yang khas dan mendayu-dayu.

Wawancan
Wawancan

Acara berlanjut dengan pemotongan tumpeng oleh para pendiri Tapis Blogger, Naqiyyah Syam, Izzah Annisa, dan Fitri Restiana. Lagu Selamat Ulang Tahun milik Slank mengiringi sesi ini, membuat suasana makin meriah.

Milad Tapis Blogger
Milad Tapis Blogger

Talkshow Keren

Puncak acara Semarak Milad Tapis Blogger diisi dengan dua sesi talkshow yang menghadirkan empat orang narasumber yang kompeten di bidang masing-masing.

Sesi pertama membahas tentang penulisan artikel. Sesi ini diisi oleh Rinda Mulyani, perempuan yang sekarang menjadi Pimred Portalnews.id serta Bella Sardio, redaktur Lampung Geh. Rinda membagikan kiat menulis artikel khususnya untuk pegiat UMKM. Para peserta tertantang untuk praktek langsung membuat artikel berjenis Feature hanya dalam waktu 5 menit saja. Bisa? Ternyata bisa lho dan saya salah satu yang dapat doorprisenya. Sementara Bella Sardio lebih menerapkan prinsip jurnalistik dalam membuat artikel.

Narasumber
Narasumber dan Moderator

Untuk menunjang konten kreatif dan artikel di media sosial, foto atau video yang dibagikan juga harus terlihat bagus dan tidak asal-asalan. Nah, inilah yang dibahas di sesi kedua talkshow. Lynah Yeanna, perempuan yang sudah berkecimpung dalam dunia F&B fotografi membagikan tips cara mengambil gambar yang bagus meski hanya menggunakan ponsel. Terakhir ada Nanda Fillah yang berbagi pengalamannya menjadi food vlogger dan berhasil membuat ratusan konten kreatif yang menggiurkan lidah di media sosialnya.

Bertabur Hadiah

Perayaan tanpa bertabur hadiah itu seperti sayur tanpa garam ya, hehe. Makanya Tapis Blogger menyediakan banyak hadiah untuk hari spesialny ini. Para peserta dibuat tersenyum sumringah dengan hadiah-hadiah yang dibagikan di sepanjang acara berlangsung.

Hadiah Tapis Blogger
Hadiah Tapis Blogger

Mulai dari lomba foto dan video yang digelar saat itu juga, doorprise bagi peserta yang datang lebih awal, bingkisan untuk para peserta yang bertanya, hingga berbagi hadiah hanya dari pertanyaan random. Bahkan harus ada motto, ‘Tak boleh pulang tanpa membawa hadiah’ lho! Seru banget kan.

Eh tapi, ada yang penasaran gak sih dari tadi acara ini berlangsung dimana? Saya kasih gambaran dulu deh ya. Begitu saya masuk dari gerbang utama, sebuah masjid besar berdiri megah di samping kanan. Di depannya, sebuah lapangan olahraga membentang dengan gedung-gedung tinggi bernuansa biru di sisi-sisinya.

Saya lihat kembali petunjuk arah menuju tempat acara. Aula Career Center, Gedung Darmajaya Society Center (DSC) lantai 2. Informasi dari satpam, saya hanya harus berjalan lurus ke belakang melewati pelataran yang teduh, hasil dari payung warna-warni yang membentang di atasnya. Eksotik, terasa ramah, dan gak kaku. Kalau yang hobi foto, bisa banget ini dijadikan latar belakang yang instagramable.

IIB Darmajaya
Salah satu sudut kampus IIB Darmajaya

Sampai di ruangan yang saya tuju, terasa lega karena banyak jendela kaca. Meski tidak terlalu luas, tapi saya bisa leluasa melihat ke arah luar dari sini. Penasaran? Sini kenalan dulu dengan kampus IIB Darmajaya, tempat Semarak Milad ke-8 Tapis Blogger tahun ini diselenggarakan.

Baca juga : Sebuah Catatan Antara Saya dan Tapis Blogger

Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya

IIB Darmajaya merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi swasta terkemuka yang sudah berdiri sejak tahun 1995 lalu. Di bawah naungan Yayasan Pendidikan Alfian Husin, IIB Darmajaya beralamat di jalan Zainal Abidin Pagar Alam, No. 93B, Labuhan Ratu, Bandarlampung.

Tidak sulit mencari lokasinya karena berada tepat di pinggir jalan raya dengan gedung tinggi bernuansa biru. Maka tak heran kalau pusat pendidikan ini dikenal dengan nama Kampus Biru. Lokasinya strategis karena berada di tengah kota Bandarlampung dan dekat dengan banyak fasilitas umum, salah satunya Perpustakaan Daerah yang tepat di seberang kampus.

Prestasi IIB Darmajaya

Meski IIB Darmajaya berstatus swasta, tapi prestasinya tidak kalah dengan perguruan tinggi negeri. Inilah yang disampaikan oleh Ibu Dian Eka Darma Wahyuni, S.E., Direktur Humas Kerjasama dan Pemasaran IIB Darmajaya dalam sambutan di acara kemarin.

Prestasi Darmajaya
Sambutan Ibu Dian Eka Darma Wahyuni, S.E

Pada September 2023 lalu misalnya, IIB Darmajaya berhasil meraih 7 dari 8 penghargaan terbaik dari LL-Dikti Wilayah II. Ketujuh penghargaan itu antara lain:

1. Peringkat 1 Prestasi Mahasiswa Tingkat Institut
2. Peringkat 1 Kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)
3. Peringkat 1 Kategori Kualifikasi Dosen
4. Peringkat 1 Kategori Kemitraan
5. Peringkat 1 Pelaporan PDDikti
6. Peringkat 2 Karya Ilmiah, Seni, Teknologi dan Pengabdian Masyarakat
7. Apresiasi Penghargaan IIB Darmajaya membangun aplikasi LLDikti Wilayah II

Dalam rentang 2024 pula, mahasiswa-mahasiswi IIB Darmajaya telah menunjukkan prestasinya di khalayak umum. Beberapa diantaranya adalah, menjadi finalis pada Java Business Competition 2024 dalam kategori JIASIC Hackathon. Menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta dari Lampung yang berpartisipasi dalam Entrepreneurship Awards (EA) VIII 2024 kategori Bisnis Berjalan. Peraih Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) tahun 2024 atas karya WILA Trip, sebuah aplikasi layanan lengkap untuk calon wisatawan yang ingin menjelajahi Lampung. Serta masih banyak prestasi lainnya.

Prestasi Darmajaya
Prestasi Darmajaya

Sederet prestasi yang sudah diraih oleh kampus ini membuktikan bahwa Darmajaya mampu bersaing dalam mencetak generasi muda yang unggul dan berpendidikan. Apalagi di era digital 5.0 seperti saat ini, sepertinya dunia pendidikan pun harus selaras dan sejalan.

Nah, di IIB Darmajaya pun demikian. Pasalnya, kampus ini kini punya prodi kekinian yang kurikulumnya selaras dengan dunia digital. Diantaranya adalah Prodi Bisnis Digital, Desain Komunikasi Visual, dan yang paling baru ada Prodi Pariwisata.

Meskipun begitu, IIB Darmajaya masih tetap mempertahankan prodi awal yang hingga kini masih banyak peminatnya lho. Ada STMIK yang terdiri dari S1 Teknik Informatika, S1 Sistem Komputer, S1 Sistem Informasi, D3 Manajemen Informatika, dan D3 Teknik Komputer. Serta STIE yang terdiri dari S1 Manajemen, S1 Akuntansi, dan D3 Akuntansi.

Fasilitas IIB Darmajaya

Keunggulan institusi pendidikan dan peserta didiknya tentu saja tidak serta merta terbentuk kalau fasilitas di dalamnya tidak mendukung ya. Itulah mengapa IIB Darmajaya melengkapi sistem pendidikannya dengan banyak fasilitas. Ruang perkuliahan yang nyaman, laboratorium dan pusat bahasa memadai, aula, tempat ibadah, dan perpustakaan yang terintegrasi jaringan informasi dengan perguruan tinggi di Indonesia serta pusat-pusat informasi dari seluruh dunia.

Perpustakaan IIB Darmajaya
Perpustakaan IIB Darmajaya

Baca juga : Kisah di Laboratorium

Tertarik Jadi Mahasiswa IIB Darmajaya?

Dengan prestasi yang sebanyak ini, prodi yang selaras perkembangan jaman, serta didukung fasilitas yang memadai, sepertinya tidak ada alasan untuk menolak jadi mahasiswa disana ya.

PRODI DARMAJAYA
Pilihan Prodi di IIB Darmajaya

Sampai tulisan ini dimuat, IIB Darmajaya masih menerima mahasiswa baru kok. Setidaknya, ada 8 jalur seleksi masuk yang bisa kalian pilih. Ada juga beasiswa yang bisa dipilih sesuai dengan kondisi. Misalnya KIP kuliah atau beasiswa dari Yayasan Alfian Husin, seperti Beasiswa Prestasi Akademik dan Non-Akademik Yatim Piatu, serta Beasiswa Hafiz Quran.

Gimana? Tertarik jadi mahasiswa IIB Darmajaya? Langsung saja baca informasi lengkap di website resminya www.darmajaya.ac.id.


Ok, see you di postingan saya selanjutnya ya!

Catatan :
Foto terkait acara milik Tapis Blogger
Foto terkait IIB Darmajaya bersumber dari situs resmi IIB Darmajaya

15 Agustus 2024

Our 9th Wedding Anniversary

Awal kisah 15 Agustus 2015 masih berlanjut hingga 15 Agustus 2024 dan semoga akan terus berlanjut. Dulu, waktu tahun-tahun awal menikah, setiap kali anniversary, saya akan buatkan semacam video pendek berisi foto-foto kami berdua. Fotonya ini kami ambil di tanggal 15 setiap bulannya. Tapi, pembuatan video foto ini terhenti di tahun ke-4 pernikahan.

Faktornya banyak. Mulai dari foto-foto yang hilang karena ponsel saya sempat rusak dan tidak bisa menyelamatkan foto-foto itu, sampai kesibukan yang lumayan bertambah jadi gak sempat lagi untuk bebuatan video itu. Padahal saya punya keinginan mengumpulkan semua foto di tanggal 15 itu hingga nanti.

Alay? Yah, mungkin, tapi percayalah setiap orang punya semacam sisi kebahagiaan tersendiri yang mungkin tidak bisa dimengerti oleh orang lain, hehe.

Alhamdulillah sudah dua tahun ini kami bertiga. Tahun lalu, bayi kami masih bayi piyik, belum juga genap 3 bulan. Kami juga masih adaptasi menjadi orangtua. Jadi gak ada perayaan apa-apa. Padahal pengen banget foto bertiga dengan niat paling niat. Apalah daya, belum kesampaian.

Nah, tahun ini kok ya sama gak ada perayaan apapun. Bayi kami sudah setahun lebih dua bulan. Sudah banyak tingkah lucunya. Sudah bisa memilih juga mau sama siapa. Juga, kadang sudah gak mau diatur begini begitu. Alhamdulillah masyaallah barokallah. 

Wedding Anniversary Photo

Meskipun tanpa perayaan apa-apa, tapi saya tetap ingin ada bingkai kenangan. Pengennya foto yang estetik gitu. Bela-belain cari referensi foto di Pinterest ya ampun, haha. Dapatlah satu referensi, foto jari jemari kami bertiga yang berjajar. Tapi lagi-lagi gagal estetik. Si bayi gak mau diam barang sebentar. Ya sudahlah jadinya apa adanya begini.

Wedding Anniversary Photo

Foto selanjutnya tentu pengen kelihatan mukanya dong. Nah, menyempatkan dirilah kami ini jepret sekali aja sebelum berangkat ke rumah mbah uti. Ditambah pula suasana sore yang silau, bikin si bayi tambah gak mau senyum. Dahlah benar-benar apa adanya.

Doanya semoga keluarga kami makin sakinah mawaddah warahmah. Aamiin.

02 Juli 2024

Promil Part #4; Happy Ending

Hahaha..
 
Sepertinya ini bagian akhir dari tulisan perjalanan promil saya dan suami. Setelah tiga promil yang sudah saya tuliskan sebelumnya, saya belum kunjung hamil juga. Diluar tiga promil ini, saya dan suami juga berikhtiar dengan metode yang lain. Kayaknya gak mungkin satu-satu diceritakan secara detail ya. Dibilang lelah ya lelah, dibilang harus kuat dan masih ingin melanjutkan usaha, iya juga. Jadi, setelah ini saya dan suami berhenti lagi. Tidak memburu-buru dengan aturan yang saklek. Kembali ingat bahwa rezeki berupa anak itu hanya kuasa Allah.

Promil
My Happy Ending Promil

Suatu sore, di rumah kedatangan saudara sepupu. Sepasang suami istri yang juga pejuang garis dua selama kurang lebih 6 tahunan. Sama-sama berjuang lebih keras dari pasutri lain untuk mendapatkan keturunan. Nah, mereka berdua ini sudah berhasil hamil dengan terapi terakhir (tentunya sudah mencoba berbagai promil ya).

Baca juga : Promil Part 3; Jeruk Nipis sampai Resep JSR

Mereka bilang, pijat refleksi kaki. Pertama kali mendengarnya, saya biasa saja. Mungkin karena saya agak anti dengan metode pijat ya. Entahlah, saya gak pernah mau dipijat di bagian manapun tubuh saya oleh orang lain selain ibu dan suami. Geli aja gitu.

Tapi sepupu saya ini bilang cuma pijat refleksi di bagian kaki, gak ada pijat di bagian lainnya. Saya mengiyakan saja. Mereka juga memberitahu secara detail nama terapisnya, waktu praktek, biaya, lokasi, sampai arah jalan menuju kesana. Saya terima sebagai referensi. Mereka juga tahu kok, setiap orang berhak menentukan pilihan masing-masing. Mau menerima atau gak, yang penting sudah disampaikan.

Beberapa bulan berselang tapi saya dan suami seperti belum tertarik dengan pijat refleksi yang ini. Selain lokasinya yang memang cukup jauh dari rumah, saya juga masih ragu. Sampai ketika sepupu saya mengajak kesana untuk ke sekian kalinya sambil mereka memperkenalkan anaknya pada si terapis ini.

Saya dan suami sepakat untuk 'Baiklah, mungkin kita bisa mulai ikhtiar lagi setelah hibernasi beberapa waktu lamanya'. Kami juga sepakat bahwa apapun hasilnya setelah ini, ya itu sudah takdir. Mau berhasil atau gak, jalani aja dulu.

Singkat cerita, saya dan suami mulai pijat refleksi secara rutin. Sebagai informasi, tingkat rutinitas pijat refleksi ini tergantung dari seberapa intens kendala yang harus ditangani. Nah, untuk kasus kami, 2 bulan pertama kami harus kembali setiap minggunya kecuali ketika saya datang bulan.

Di samping itu, kami juga minum beberapa obat herbal untuk membantu menjaga kesehatan dan mengoptimalkan fungsi organ-organ dalam tubuh. Saya ingat banget waktu pertama kali disuruh makan belimbing wuluh 3 biji per hari. Katanya ini untuk memulihkan kondisi rahim saya. Kalian tahu kan gimana asemnya buah kecil itu? Dan saya yang gak toleran sama rasa asam buah, harus menelannya.

Tapi sekali lagi, demi menjemput takdir sebagai ibu, saya berani. Promil jeruk nipis yang asemnya ampun-ampunan aja saya coba kok, belimbing wuluh begini ya hayuk lah. Saya akali rasa asemnya dengan cara mencampur dengan sambal sachet kesukaan. Lumayan lah agak hilang sedikit rasa asemnya.

Terapi promil
Salah satu spot berteduh sebelum terapi, bisa untuk foto sambil jajan juga hehe

Selama kurang lebih 3 bulanan, kami bolak balik untuk pijat refleksi ini. Adakalanya kami santai ketika dapat jadwal pagi di hari libur. Tapi pernah juga dapat jadwal hari kerja dan sore hari. Nekat aja sih berangkat. Pas pulang kehujanan pula di tengah jalan. Mana sudah lewat maghrib dan di jalan yang gelap (sebagian jalan seperti melewati belantara tanpa rumah atau bangunan dengan kondisi yang sepi). Lagi-lagi, kami hanya berdoa semoga ikhtiar kami ini gak sia-sia.

Memasuki bulan ke empat atau ke lima (saya agak lupa), saya belum ada tanda-tanda akan hamil. Sementara tabungan sudah mulai menipis dan agak lelah juga hampir tiap hari libur harus terapi. Dalam kondisi begini, kami sempat gamang antara meneruskan atau selesai sampai disini dan ya sudah terserah Allah saja.


Nah, pas banget beberapa minggu kemudian datang Ramadhan. Kami sepakat untuk istirahat saat Ramadhan sambil terus memanjatkan doa. Rupanya, istirahat kami ini keterusan sampai beberapa bulan kedepan karena memang dana untuk kesana sudah sangat terbatas.

Beberapa bulan itu kami sudah pasrahkan. Kalau memang rezeki anak itu ada untuk kami, pasti Allah kasih kok. Kalau gak ada di dunia ini, mudah-mudahan di akhirat kelak.

Saat kami ada tabungan lagi, terbersit niat untuk kembali terapi. Tapi niat itu terus tertunda karena berbagai hal. Sampai akhirnya bulan Oktober tiba.

13 Oktober 2022
Sudah beberapa hari saya merasa tak enak badan. Flu, batuk, meriang, pusing, dan rasanya capek sekali. Lihat kalender, lho kok sudah lewat waktunya datang bulan. Seharusnya, sudah dari sebelum tanggal 10 kemarin. Saya gak mau berasumsi atau berharap lebih karena gak mau kecewa. Tapi, rasa penasaran menyergap.

Saya minta suami beli tespek dan ya ampun belinya cuma satu! Haha. Ya sudahlah. Subuh-subuh saya tes dengan agak berdebar. Tapi sebelumnya, saya dan suami sepakat untuk menerima apapun hasilnya. Kalau positif bersyukur, kalau negatif ya ikhlas lagi aja. Beberapa detik yang berselang itu jantung saya berdegup kencang sekali. Samar-samar muncul dua garis di stik tipis itu yang semakin lama semakin terang.
Tespack 2 garis
Tespack 2 garis

Saya mengerjapkan mata. Ini beneran dua garis? Artinya hamil? Saya bolak balik kemasan tespek untuk membaca ulang cara penggunaan, keterangan hasil, pokoknya semua tulisan disana. Dan stik itu tetap memberi saya dua garis. 

Jujur, keluar kamar mandi, saya gak begitu terharu. Hanya tercengang, bengong dan menghampiri suami. Dia juga sama, gak ada sorak sorai karena pas banget saat itu suami lagi demam juga. Yah, intinya, kami melihat hasil tespek positif itu seperti dua orang aneh.

16 Oktober 2022
Kami berdua berangkat ke klinik dekat rumah untuk memastikan apakah saya hamil beneran atau gak. Setelah usg dan konsultasi yang gak terlalu lama, hasilnya adalah positif. Saya hamil! Sejak hari itu, dimulailah perjalanan saya yang baru. Menjadi calon ibu. Alhamdulillah.

USG Hamil
USG Hamil

Oke, tulisan promil saya berhenti sampai disini. Saya merasa kehamilan saya adalah mukjizat. Anugrah, hadiah besar yang tidak saya sangka-sangka. Setelah berproses sekian lama sampai saya benar-benar di ujung pasrah, Allah mempercayai saya sebuah janin. Alhamdulillah.

Saya gak tahu pasti, usaha promil mana dan doa siapa yang berhasil membuat Allah mengizinkan saya untuk hamil. Satu hal yang pasti adalah keyakinan bahwa Allah akan memberi apapun pada saya disaat yang tepat.

Oh iya, selama saya promil apapun, saya gak cerita apapun kepada siapapun. Paling spil-spil dikit lah ke orang terdekat dan itupun gak detail. Tujuannya hanya untuk menjaga hati saya sendiri dari pertanyaan berulang. Tapi saya pernah bilang ke diri sendiri, suatu saat kalau saya berhasil hamil, saya akan bercerita tentang perjuangan ini di blog untuk kenang-kenangan, bahwa saya pernah sangat berusaha menjemput takdir sebagai ibu.

07 Juni 2024

Surat Untuk Wafa

Halo, Sayang. Ini ibu di waktu kamu umur 1 tahun. Hari ini setahun yang lalu, pagi-pagi ibu sudah siap untuk ke RS. Rencananya ada kontrol lanjutan karena sebulan sebelumnya saat cek posisi janin, kamu masih sungsang.


Surat untuk Wafa
Wafa 1 tahun

Gak ada yang ibu bawa kecuali dokumen rujukan dan buku KIA. Selebihnya paling hanya camilan dan air minum. Berangkat diantar akung dan uti, sementara ayahmu pakai motor sendiri biar bisa lanjut kerja setelah kontrol nanti.


Kami semua berdoa, berharap posisi kamu sudah membaik dan siap untuk dilahirkan meski HPL masih sekitar semingguan lagi. Tapi ibu juga sudah pasrah apapun keadaannya, bagaimanapun cara melahirkanmu, ibu ikut kata dokter yang terbaik saja.


Sampai akhirnya nama ibu dipanggil dan kamu diperiksa dokter. Benar dugaan ibu, posisimu masih sungsang ditambah air ketuban sudah makin sedikit dan mulai keruh. Jalan terbaik adalah operasi caesar secepat mungkin. Dokter memberi pilihan hari ini atau besok.


Keluar ruangan, hati ibu sudah gak karuan sebenarnya. Tapi rasa ingin cepat bertemu denganmu membuat secercah harapan bahagia juga. Tapi begitu melihat uti, ibu langsung menangis. Entah kenapa, ingin menangis saja. Uti bilang, lebih cepat lebih baik. Jadi, kami putuskan untuk melahirkanmu hari itu juga, tinggal menunggu jadwal dokter dan mengurus administrasi.


Ayahmu tak jadi lanjut kerja, ia langsung mengabari keluarga mbah dan mengurus segala keperluan ibu sebelum operasi. Ibu sudah tak boleh keluar RS lagi dan tak boleh makan besar lagi. Akung dan uti pamit pulang untuk ambil hospital bag di rumah. Untung sudah ibu siapkan semua keperluan dalam satu tas, jadi gak terlalu repot kalau dadakan begini.


Tapi, hari itu benar2 hari sibuk untuk semua orang. Senin yang serba buru2, Senin yang serba sibuk. Tidak terkecuali akung dan uti. Akung ada pertemuan dengan rekan kerja. Uti juga ada beberapa rapat penting dan mengurus beberapa hal di beberapa tempat.


Ayah dan ibu hanya berdua di RS, masih terus menunggu kamar yang kosong hingga untuk sementara ibu hanya bisa menunggu di ruang perawatan. Jujurnya, perasaan ibu campur aduk. Dalam hati selalu bertanya, hari ini kah pertemuan ibu dengan kamu? Hari ini kah ibu akan benar2 menjadu seorang ibu? Ah rasanya kayak mimpi.


Operasi Caesar
Menunggu di ruang perawatan dan masih bisa ketawa nyengir pose


Lewat tengah hari, ayah dan ibu masih harus menunggu jadwal operasi yang katanya pukul 15.00 atau 16.00 sore nanti. Masih di ruang perawatab bersama dengan beberapa calon ibu yang juga menanti pertemuan dengan malaikat kecilnya.


Ayah dan ibu hanya diam, sesekali tersenyum meringis kala di sebelah ada ibu2 yang menangis, teriak, memanggil2 perawat atau dokter karena sedang kontraksi. Sementara ibu tenang saja dan tak merasakan sakit apapun.


Berselang beberapa waktu, perawat datang dan memberi baju operasi untuk ibu. Segala peneriksaan jantung, nadi, dan apapun itu sudah mulai dilakukan. Ibu makin degdegan. Akung dan uti belum juga kembali padahal ada beberapa barang yang perlu dipakai.


Sampai akhirnya sekira pukul 15.00 ibu dipindahkan ke ruang lain, dipasang kateter, infus, dan sudah steril dalam artian tak ada siapapun yang menemani lagi. Rasanya ingin sekali ditemani oleh ayahmu seperti artis2 yang melahirkan caesar, tapi nyatanya itu tak diperbolehkan. Syukurnya, tim dokter dan perawat semuanya ramah dan menyenangkan. Tak ada wajah2 tegang, semuanya membuat ibu merasa santai dan baik2 saja.


Hingga tiba waktunya tindakan mengeluarkanmu. Lalu tiba2 sebuah tangisan memenuhi ruangan bersamaan dengan diangkatnya seorang bayi mungil di hadapan ibu. Itu kamu, Wafa. Tak ada jeda untuk berfikir, ibu langsung menangis keras. Rasa ingin memelukmu namun tak bisa. Rasa bahagia bercampur haru. Lalu tak percaya kamu sudah keluar dari perut ibu.


Seperti apakah wajahmu? Bagaimanakah rupa senyummu? Sekeras apakah kamu menangis? Rasanya waktu begitu panjang ketika menanti pertemuan denganmu. Ibu kira bisa langsung mengecupmu, tapi nyatanya ibu harus menunggu lebih lama lagi.


Baca juga : Journey To Be A Mom


OOO


Sejujurnya, ibu tak bisa tidur nyenyak malam itu. Meski ayah sudah memberikan fotomu, tapi rasanya belum puas kalau belum bertemu langsung denganmu. Hingga akhirnya perjumpaan denganmu tiba saat matahari sudah mulai cerah.


Wafa Newborn
Wafa Newborn


Bunyi derit kereta bayi terdengar mendekat ke arah tempat tidur sembari perawat memanggil nama ibu. Membuncah hati ibu saat akhirnya kita bertemu. Kamu benar2 mungil saat itu, Nak. Berbalut selimut kuning, meringkuk di pinggir box kaca, seolah kamu malu.


Tidak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan ibu saat itu. Menggendongmu untuk pertama kalinya, mendekapmu untuk pertama kalinya, mengecupmu untuk pertama kalinya. Rasanya seperti mimpi, sampai ibu bertanya untuk yang entah ke berapa kalinya. Apakah bayi ini anak ibu? Ini bukan khayalan kan? Ini nyata kan?

Gendongan pertama
Pertama kali gendong Wafa

OOO


Dan kini satu tahun berlalu, sepertu baru kemaein rasanya. Wafa, terimakasih ya sudah memilih ibu jadi ibumu.


Selamat ulangtahun ke 1, Nak.


Bumisari, 5 Juni 2024, 22.52 WIB


Baca juga :Akikah Bayi; Selamat Datang Malaikat Kecilku