: dinda
Kutemui setiap bintang di langit malam, dinda
bertanya apakah ada bias wajahmu disana
temuilah pagi esok hari
lalu kutemui setiap embun yang menapaki pagi
lagi-lagi bertanya apakah ada senyummu yang
terbingkai disana
katanya,
nanti kupoles dulu dengan kilauan sinar
mentari
maka kutemui mentari yang merangkaki hari
tak bosan bertanya apakah ada potongan tawamu
yang ia bawa
katanya,
masih kuhias dengan rona jingga milik senja
beruntung masih kutemui senja yang datang
terlalu lama
tak habis bertanya apakah ada dirimu yang ia
sembunyikan dariku
bukan jawaban yang aku terima seperti bintang,
embun, atau mentari sebelumnya
katanya,
mengapa harus menunggunya di waktu gemintang
mengerlip terang, atau embun mengilau silau, atau mentari menerik hari, atau
jingga mewarnai senja?
bukankah ia turut dalam setiap untai doa yang
kau kalungkan di tubuh malam, pagi, siang, dan senja?
duhai, dinda
tak usahlah lagi menjelma sebagai bayangan
yang mengisi seluruh ruang tanpa pernah memberiku kesempatan untuk bertanya
kapankah pertemuan itu nyata untuk kita
sebab seperti gelombang saja rasa yang ada
mencarimu, menantimu dalam tiap pentasbihan
akan kerinduan
tak kah kau rasa?
Natar, 9 Maret 2013