Penulis : Torey Hayden
Penerbit : Qanita
Tahun Terbit : 2004
Jumlah halaman : 476 halaman
Sheila, Luka Hati Seorang Gadis Kecil |
Novel ini bercerita tentang kisah nyata perjuangan seorang guru bernama Torey Hayden dalam menghadapi murid-murid luar biasanya. Kelas yang ia ajar adalah sekelompok murid dengan beragam usia dan karakter. Seorang anak yang berulang kali mencoba bunuh diri, anak yang sangat temperamental, anak yang menderita skizofrenia, autis, buta, dan seorang lagi dihantui oleh beragam fobia terhadap benda-benda biasa yang ada di sekelilingnya.
Rupanya,
ada seorang anak lagi yang dititipkan ke kelas Torey. Seorang anak perempuan
berusia 6 tahun yang beberapa waktu lalu hampir membunuh seorang anak berusia 3
tahun dengan cara membakarnya di sebatang pohon. Gadis kecil ini bernama
Sheila.
Sebenarnya
Sheila adalah anak yang cerdas melampai anak seusianya. Dalam tes IQ, ia
mendapat skor diatas 180, tetapi sayangnya ia tidak dapat mengendalikan
emosinya. Bahkan ia tidak pernah menangis saat merasa sedih, marah, atau sakit.
Ia selalu membangkang dan membuat suasana kelas menjadi kacau.
Hal
ini tidak luput dari latar belakang keluarganya yang berantakan. Ia ditinggalkan
oleh ibunya di pinggir jalan saat usianya 4 tahun. Ayahnya seorang pemabuk dan
tak mampu mengasuhnya dengan baik. Bahkan ia kerap memarahi Sheila di rumah. Akibatnya,
Sheila tidak bisa mempercayai seorang pun yang ia temui, bahkan ayah atau pun
Torey sebagai gurunya.
Sheila, Luka Hati Seorang Gadis Kecil |
Sepanjang tulisan, novel ini menceritakan hari-hari yang dilalui Torey untuk melunakkan hati murid-muridnya, terutama Sheila. Segala cara pendekatan ia coba untuk membuat Sheila menjadi anak normal lainnya. Hingga pada suatu ketika, Sheila mengalami satu hal paling menyakitkan dalam hidupnya saat keduanya sudah hampir berhasil memulihkan keadaan.
OOO
Novel
ini punya alur maju yang tidak ribet dan ditulis dengan apa adanya. Ceritanya mengalir
begitu saja hingga saya bisa membaca hampir separuh bukunya dalam sekali duduk.
Ada
beberapa yang menarik dalam novel ini. Pertama, bagaimana cara seorang guru
menguasai seisi kelas apapun kondisinya. Torey yang awalnya kewalahan dengan
berbagai kondisi muridnya, berhasil memikat hati seisi kelas dengan jadwal
rutin diskusi paginya. Rupanya, anak-anak ini senang mengutarakan perasaannya
sebelum menjalani proses belajar selanjutnya.
Kedua,
cara Torey mengendalikan emosi anak yang sedang marah adalah mendudukkannya di
sebuah bangku menghadap tembok di salah satu sudut kelas. Mungkin seperti
distrap kalau di Indonesia. Dan ini cukup efektif dalam menangani keagresifan
Sheila dalam novel ini.
Ketiga,
langkah-langkah Torey yang ia ambil sebagai pendekatan dengan anak-anak
muridnya adalah mengetahui latar belakangnya. Dalam hal ini Sheila. Torey tidak
segan mendatangi rumah Sheila dan menemui ayahnya meski beberapa kali hal itu
seolah sia-sia karena karakter ayahnya yang keras dan pemabuk. Torey tidak
segan berbicara dari hati ke hati pada Sheila sehingga ikatan emosional bisa
terbangun dan dari sanalah ia bisa mengubah sisi negatif karakter Sheila.
Sheila, Luka Hati Seorang Gadis Kecil |
Dari novel ini, saya bisa menyimpulkan bahwa anak-anak yang terlihat nakal, agresif, tidak bisa dikendalikan sangat mungkin dipengaruhi oleh latar belakang keluarganya. Mungkin ia tidak mendapat kasih sayang yang selayaknya. Mungkin saja ia mengalami kekerasan dalam hidupnya. Mungkin saja ia tidak dapat mengutarakan perasaan karena tak bisa mempercayai seorang pun.
Dan menjadi
seorang guru memang tidaklah mudah. Apalagi memiliki anak didik dengan karakter
yang berbeda. Jujur, saya salut dengan para guru yang memiliki kesabaran dan
ketulusan tingkat dewa yang bisa mengarahkan anak didiknya menjadi lebih baik
dan makin baik.
Baca juga : Resensi : Ketika Kami Pulang
Gimana?
Penasaran gak dengan bukunya? Boleh langsung cari di toko buku terdekat atau
e-commerce kesayangan kalian ya! Ada rekomendasi buku yang mau saya review? Tulis
di kolom komentar ya!