Penulis : Eleanor H. Porter
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2018
Jumlah halaman : 256 halaman
Halo!
Sudah
lama ya gak posting resensi atau ulasan buku. Sudah banyak sebenarnya buku yang
saya baca, tapi belum sempat untuk nulis postingannya. Nah, kali ini saya nemu
satu buku berbahasa Inggris di rak buku saya. Punya adik yang waktu itu pulang
dari Bogor. Awalnya iseng sih mau baca, sekalian menguji sampai mana pemahaman
saya baca buku berbahasa Inggris, hehe.
Pollyanna by Eleanor H. Porter |
Beberapa halaman dibaca, kok jadi penasaran sama isinya. Jadi deh lanjut sampai halaman terakhir. Gimana ulasan saya? Simak sampai habis ya!
Buku
ini bercerita tentang seorang gadis kecil yatim piatu bernama Pollyanna yang
tinggal dan diasuh oleh bibinya, Miss Polly Harington. Miss Polly Harington
sendiri adalah seorang perempuan yang tertib, bertanggung jawab, dan mandiri.
Di usia 45 tahunnya, ia belum menikah tetapi sudah tinggal di rumahnya yang
besar dan terkenal dengan kerapihan dan keanggunannya.
Pollyanna
yang memiliki sifat ceria, ramah dan aktif ini pada awalnya sedikit banyak
merubah suasana rumah Miss Polly yang tenang dan damai menjadi sedikit ramai.
Kehadiran Pollyanna juga disambut gembira oleh beberapa asisten rumah tangga
Miss Polly yang bernama Nancy, Tom, dan Timothy.
Bagi
mereka, kehadiran Pollyanna bisa membuat rumah besar Miss Polly menjadi lebih
berwarna. Apalagi, Pollyanna sangat suka bercerita apa saja, terutama tentang
bagaimana ia selalu melihat kebaikan di setiap situasi dan ia namakan ‘Glad
Game’.
Permainan
yang diwariskan dari ayahnya ini sebenarnya adalah cara ia melihat sesuatu yang
awalnya sebagai masalah, menjadi sebuah kebaikan tersendiri yang mungkin tidak
dialami oleh orang lain. Permainan ini ia ceritakan hampir kepada setiap orang
yang ia temui, baik di rumah Miss Polly maupun di lingkungan sekitarnya. Termasuk
kepada Mr. Pendleton.
Seiring
berjalannya cerita, dari sinilah mulai terbuka sisi kehidupan Miss Polly dan
Pollyanna sebelumnya. Dan permainan ‘Glad Game’ inilah yang di satu babak
cerita akan menguji Pollyanna sendiri.
Baca juga : Resensi Kumcer Ketika Kami Pulang
OOO
Nah,
kita bahas satu per satu ya!
Seperti
di awal saya bilang, buku ini ditulis dalam bahasa Inggris klasik. Jujur, di
awal-awal saya agak merasa bingung ya. Bahasa Inggris biasa aja, saya gak
pinter-pinter amat, apalagi bahasa Inggris klasik yang ternyata penulisan dan
sebagian susunan katanya agak sedikit berbeda.
Novel Pollyanna by Eleanor H. Porter |
Misalnya, kata it was akan ditulis menjadi ‘t’was atau misalnya she’s going to slep akan ditulis menjadi she’s goin’ ter sleep, dan ada beberapa kata lagi yang sejenisnya. Tapi, setelah beberapa halaman dibaca, saya mulai terbiasa dan lumayan paham.
Jujur
lagi, saya perlu mengulang kembali untuk membacanya di beberapa halaman karena
saya gak mudeng, hehe. Kadang juga jalan ninja saya adalah google translete
yang walaupun terjemahannya per kata, tapi saya bisa merangkainya jadi sebuah
kesimpulan.
Untuk
alur ceritanya termasuk yang gak ribet dan mudah diikuti karena pakai alur
maju. Kalaupun ada cerita dari masa lalu, itu diceritakan sendiri oleh si tokoh
dan saya sebagai pembaca bisa mengikutinya.
Lalu,
apa yang bisa diambil setelah membaca buku ini?
Bagi
saya, banyak! Pollyanna mengajarkan bagaimana mecari sudut pandang yang lain
dari suatu masalah. Ia selalu berfikir pasti ada hal baik di setiap kejadian. Saya
ambil contoh ketika Pollyanna menyadari bahwa kamarnya tidak memiliki karpet
tebal dan lukisan bagus seperti yang ia bayangkan sebelumnya.
Ia lalu
mengamati sekeliling kamarnya dan menemukan sebuah jendela besar menghadap
kebun yang dari sana ia bisa melihat pemandangan hijau yang menyegarkan matanya
daripada hanya sebuah lukisan.
Pollyanna
juga selalu memberi energi positif kepada setiap orang yang ia temui, bahkan
tidak memandang usia. Ia berteman dengan siapapun, bahkan dengan orang yang
jauh lebih tua usianya. Klimaksnya adalah ketika ia sendiri ditimpa satu masalah
paling berat dalam hidupnya. Saya gak mau spoiler sih ya, jadi boleh baca
sendiri biar lebih seru, hehe.
Satu kalimat
yang mungkin bisa jadi kesimpulan dari isi buku ini adalah,
“When
you look for the bad, expecting it, you will get it. When you know you will
find the good, you will get that.”
Kalau
di keyakinan agama saya, Islam, pun diajarkan demikian. Selalu berprasangka
baik terhadap apapun. Bahkan Allah SWT saja sesuai dengan prasangka hamba-Nya.
Iya kan?
Jadi,
tertarik untuk baca bukunya? Langsung deh berburu di perpustakaan atau toko
buku ya! Selamat membaca kisahnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar