14 Maret 2025

Review Buku Peep Inside A Bird's Nest

Halo!

Semenjak anak saya lahir, preferensi pembelian buku saya jadi berbelok ke buku anak. Sekali lagi, saya ingin anak saya mencintai kegiatan membaca.  Makanya gak heran kalau buka e-commerce, iklan yang muncul sebagian besar ya buku anak-anak.

Peep inside bird's best
Peep inside a bird's best

Hampir semua buku yang sudah anak saya punya terbitan lokal dengan jenis buku yang beragam, baik boardbook maupun buku biasa. Dan meskipun anak saya masih di bawah 2 tahun, tapi buku-bukunya ada yang sebenarnya untuk usia di atas itu. 

Pastinya, itu karena waktu itu saya belum begitu paham bagaimana memilih buku untuk bayi, mana buku untuk balita, dan mana buku untuk anak-anak yang sudah lebih besar.

Sampai ketika saya menemukan satu jenis buku anak yang langsung membuat saya ingin membelinya. Buku peep inside dari Usborne. 

Judul            : A Bird's Nest
Penulis         : Anna Milbourne
Penerbit       : Usborne Publishing
Halaman      : 14 halaman
Jenis buku   : Boardbook dan peep inside

Yuk kita kupas satu per satu! 

Bentuk Fisik

Pandangan pertama memang mempesona. Itulah yang saya alami ketika pertama kali melihat buku ini berseliweran di beranda e-commerce andalan saya. Halaman bukunya itu bisa dibuka lagi per bagian gambarnya. Jadi seperti kita bisa melihat lebih detail lagi apa yang diceritakan. Bagi saya itu satu poin awal yang memikat.

Ukuran bukunya juga sedang. Dengan ukuran 16,5x19,5cm, ukuran ini hampir sama dengan beberapa buku boardbook yang sudah anak saya punya. Ukuran segini tuh pas banget untuk dia baca, malah kalau dilihat lagi, agak lebih ramping sih daripada boardbook terbitan lokal itu.

Ujung-ujung bukunya juga dibuat tumpul sehingga lebih aman dan mencegah kulit anak tergores. Satu hal yang sedikit membedakan dari boardbook lokal adalah jenis kertasnya. Di buku ini, laminasinya tidak mengkilap dan licin, tapi tetap halus dan mudah dibersihkan.

Isi Cerita

Sesuai dengan judulnya, buku ini membahas tentang sarang burung. Tidak hanya satu jenis burung saja, tetapi ada beberapa jenis burung yang dibahas. Dan buku ini tuh bukan jenis buku cerita yang ada tokoh hidupnya seperti fabel ya, tapi lebih pada buku pengetahuan yang disusun secara menarik dengan gambar yang seperti aslinya.

Dan karena memang buku ini terbitan dari luar Indonesia dan tidak diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, jadi ya pakai bahasa Inggris. Lumayan sih agak mikir pada beberapa bagian karena si ibuk ini bahasa Inggrisnya pas-pasan, haha.

Peep inside bird's best
Bagian telur itu bisa dibuka lipatannya

Sebagai pembuka, pada halaman pertama disuguhi kalimat pengantar yang menurut saya bagus dan kalau dibacakan terjemahannya akan membuat si anak penasaran.

It's springtime, and this little bird is flying to and fro, collecting twigs to build something.

Kemudian diteruskan dengan perintah membuka bagian buku bergambar daun yang setelah dibuka, terlihatlah dua ekor burung sedang membangun sebuah sarang di atas pohon.

Selanjutnya mulailah diceritakan si burung ini mengerami sesuatu yang ada di sarangnya itu, yang tidak lain adalah telur-telur burung. Cerita berlanjut ketika telur-telur itu mulai retak dan menetas, menjadi anak burung, lalu kedua orangtuanya sibuk memberi makan dan membersihkan kotorannya.

Di halaman selajutnya, perpindahan tokoh diceritakan secara halus dan mengalir, yaitu banyak jenis sarang burung, dari yang berukuran sangat kecil (di buku ini sarang burung kolibri) hingga sarang burung berukuran besar (lebih tepatnya perkumpulan sarang atau banyak burung yang bernaung di satu tempat yang sama, seperti burung manyar-manyaran).

Peep inside bird's best
Burung lain yang diceritakan

Tidak hanya jenis burung yang secara gamblangnya bisa terbang saja yang membuat sarang, tetapi dalam buku ini diceritakan juga tentang sarang lain. Misalnya sarang bebek yang lebih banyak ditemukan di dekat perairan. Juga sarang burung flamingo yang tidak terbuat dari ranting-ranting pohon, tetapi dibuat dari lumpur. Serta, ada jenis burung yang tidak mempunyai sarang, misalnya di buku ini adalah pinguin.

Some birds don't have nests at all. How do emperor penguins keep their eggs warm in all this snow?

Dan petunjuknya adalah membuka bagian kaki penguin dewasa, disanalah telur-telur penguin berada untuk membuatnya tetap hangat di lingkungan bersalju.


Di halaman terakhir, diceritakan tentang akhir dari sebuah sarang burung yang ketika tidak lagi ditinggali burung, maka akan ada keluarga hewan lain yang akan menempati. Siapakah mereka? Ya! Keluarga tupai.

Bagian-bagian yang saya ceritakan ini adalah bagian buku yang bisa dibuka tutup lipatannya sehingga bisa dilihat secara lebih detail lagi. Misalnya, pada bagian telur burung yang mulai retak dan menetas, ketika dibuka, maka akan terlihat anak-anak burung yang menggemaskan.

Secara umum, buku ini sangat menarik, terutama karena ada bagian peep inside itu. Jadi, kita sebagai yang membacakan cerita bisa bertanya dan memancing rasa penasaran si anak tentang buku ini. Saya sendiri ketika membacakannya, sebisa mungkin lebih antusias dari si anak. Jujur ya, membacakan buku ini tuh terasa lebin interaktif karena ada bagian yang disembunyikan dulu, baru terlihat ketika sudah dibuka lipatannya, tinggal pintar-pintar yang bercerita aja sebenarnya.

Peep inside bird's best

Saya juga menyukai detail kecil yang ada dalam buku ini. Misalnya, ada bagian gambar daun yang bolong karena dimakan ulat, anak saya bisa menemukannya dan bertanya kenapa ini bolong (tentu saja dengan bahasa dia). Gambar kumbang ladybug, capung, lebah, dan semut, anak saya bisa mencocokkannya dengan para serangga asli yang pernah dia temui di atas rumput depan rumah saya.

Oh iya, ada satu keunggulan buku ini. Di bagian cover belakang buku ini terdapat QR code yang bisa discan dan langsung menuju situs resminya untuk melihat secara langsung kehidupan burung-burung di sarangnya. Saya sudah mecobanya dan memang sama persis dengan ilustrasi dalam buku ini.

Tapi, mungkin buku ini bisa saja kurang cocok dibacakan pada anak yang usianya kurang dari 1 tahun karena beberapa hal. Pertama, gambar pada buku ini terlihat begitu penuh sementara anak-anak di usia itu lebih bisa menerima ilustrasi yang sederhana. Kedua, warna ilustrasi ini tidak terlalu kontras. Memang buku ini berwarna warni, tapi karena gambarnya penuh, jadi warnanya ya terlihat terlalu ramai. Ketiga, ceritanya sudah lebih kompleks. Kalimatnya cukup panjang untuk usia 1-2 tahun.


Tapi kembali ke masing-masing sih ya. Kalau saya sendiri, jujurnya malah pengen beli seri lain karena buku terbitan usborne yang peep inside ini banyak judul lain. Tinggal menyesuaikan saja dengan kebutuhan membaca dan pengetahuan si anak. Bagi saya juga makin tertantang karena harus mikir lagi untuk bercerita tersebab pakai bahasa asing begini.

Nah, gimana? Tertarik untuk kasih buku ini untuk si kecil? Yakinlah, mereka pasti suka karena ada aktivitas lain selain membaca bukunya, yaitu membuka dan menutup bagian detailnya.

13 Maret 2025

Mengejar Impian Menulis Skenario Film

Di postingan sebelumnya, saya ceritakan sedikit pengalaman mengajar kepenulisan untuk anak-anak kelas 10 yang tujuan akhirnya adalah membuat buku berisi 100 impian mereka.

Dalam rentang waktu mengajar itu, saya juga tergelitik untuk ikut menulis impian-impian saya yang sampai sekarang belum terwujud. Selain memberi motivasi pada anak-anak (bahwa bukan hanya mereka yang menulis impian, tapi juga pengajarnya), saya juga ingin alam bawah sadar saya menyadari bahwa ada impian saya yang ingin diwujudkan.

Menulis skenario film
Menulis skenario film

Menulis Skenario Film Secara Utuh

Salah satu impian saya adalah menulis skenario film secara utuh. Jujur, ini sebenarnya impian saya yang sudah sempat terbenam lama sekali. Tapi, kok bisa punya impian seperti itu? Hm, awalnya bagaimana ya sampai saya kepikiran ingin menulis skenario film? Jadi begini, dari dulu kan saya ini hobi menulis ya. Mulai dari menulis aneka fiksi, sampai menulis nonfiksi ringan seperti artikel lepas.

Selain kegiatan menulis seperti itu, saya juga punya hobi nonton film. Setiap kali nonton film, saya gak hanya menikmati alur ceritanya saja, tapi juga mengamati bagaimana karakter tokohnya, detail tempat dimana film itu dibuat, wardrobe para pemainnya, sampai sudut pandang kameranya. Menurut saya, itu membuat tontonan jadi lebih mengasyikkan dan ternyata berujung pada saya mulai berfikir bagaimana proses film itu dibuat.

Waktu SMP, saya juga pernah menemukan buku skenario drama di perpustakaan. Lupa judulnya apa, tapi bukunya berisi naskah drama panggung. Ada tokohnya, keterangan ia harus memakai apa dan melakukan apa, dan seterusnya. Saya membacanya sambil membayangkan bagaimana kalau isi buku itu benar-benar dipentaskan.

Waktu SMA, tugas kelompok dari guru seni pun kebagian pentas drama yang tentu saja berkaitan dengan naskah. Pun ketika saya bergabung dengan komunitas menulis yang di suatu waktu juga punya project membuat sandiwara radio. Entah kebetulan atau memang semesta sudah memberi kode pada saya, hehe.

Tiba-tiba saja, saya mulai tertarik untuk membaca lebih lanjut tentang naskah drama, naskah cerita, skenario film dan sebagainya itu. Saya mulai mencarinya di internet dan waktu itu saya menemukan skenario film The Matrix (saya lupa seri yang mana). Saya pun mencari filmnya untuk saya cocokkan dengan skenario yang saya pegang, haha.
Sekenario film Arisan
Buku Sekenario Film Arisan

Suatu waktu di sebuah bazar buku, saya menemukan satu buku skenario film Indonesia. Judulnya Arisan. Dan dari buku itulah saya makin tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang penulisan sebuah skenario film. Saya mencari istilah-istilah yang sebelumnya tidak saya mengerti, untuk kemudian saya coba tuliskan cerita saya sendiri.

Baca juga : Bukan Sekadar Hobi

Bertemu Orang Sefrekuensi

Dalam hati saya sering terlintas kata-kata, melangkahlah terus nanti semesta akan menuntunmu pada apa yang kau tuju meski tak kau sadari sebelumnya. Rupanya memang benar. Dalam proses ketertarikan saya menulis skenario film ini, saya dipertemukan dengan orang-orang yang sejalur tanpa saya duga.

Misalnya saja, saya bisa berkenalan dengan seorang teman jauh hanya dari perantara sebuah tulisan. Saya juga bertemu dengan orang yang punya ketertarikan yang sama di suatu tempat (bahkan sekarang dia sudah memproduksi film pendek sendiri). Saya juga pernah dipertemukan dengan orang yang katanya ingin bekerja sama membuat film animasi dengan saya sebagai penulis skenarionya (meskipun akhirnya gak ada ujung kabarnya). Terakhir, saya bertemu dengan orang yang benar-benar sudah terjun langsung membuat skenario film televisi (bahkan sudah tayang berkali-kali di tv).

Semua hal itu bagi saya seperti sebuah hal magis yang mencoba merangkai pikiran saya untuk punya sebuah impian. Menulis skenario film secara utuh. Karena ya memang, saya pernah membuat skenario film animasi untuk anak-anak, tapi berhenti begitu saja. Filenya masih tersimpan rapi di laptop saya.

Skenario film
Salah satu skenario film yang saya tulis

Beberapa tahun lalu, saya juga pernah ikut pelatihan membuat skenario film untuk televisi. Itu dengan orang yang saya ceritakan sebelumnya, yang sudah berpengalaman menembus PH di televisi. Sampai ada tugas buat draft skenario juga. Tapi ya berhenti lagi sampai disana.

Jujur, ketika tulisan ini dibuat, saya membuka-buka lagi dokumen skenario yang pernah saya buat (tentunya masih sepotong-sepotong dan belum jadi). Saya ingin meneruskannya lagi, membuat ceritanya lebih panjang sambil membayangkan adegan per adegan. Kadang sambil senyum sendiri karena ceritanya kadang dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain yang saya dengar dan lihat.

Sekarang saya ingin coba membuat skenario film lagi. Memang kendalanya masih di manajemen waktu. Pekerjaan domestik yang rasanya gak ada habisnya, pekerjaan yang berpenghasilan (saya buka percetakan lho yang tentu saja sering berburu waktu), serta mengurus si bocil yang sedang dalam fase sangat aktif sungguh menguras tenaga, pikiran, dan waktu.

Baru duduk di depan laptop saja, si bocil sudah pengen ikutan. Mau ngetik lewat hp, si bocil gak mau diduakan selama bermain. Paling aman ya menunggu saat dia tidur. Giliran dia tidur, mata saya kadang gak bisa diajak kompromi juga. Yah, siklus ini terus menerus terjadi, duh gusti!

Tapi kalau sudah berniat untuk mengejar mimpi ya, sepertinya harus diselip-selipkan kan waktunya. Semoga saja saya masih punya kesempatan. Sebagai langkah awal, saya punya rancangan untuk buat skenario film pendek dari cerpen saya aja.

Siapa tau, alam berkongsi dengan saya. Skenario jadi, bersambut dengan produser film, lalu diangkat jadi film beneran. Ketinggian kah mimpi saya? Gak apa lah, sekalian bermimpi ya tinggi sekalian.

Selipan Dikit

Saya coba bagi sedikit potongan skenario film yang pernah saya buat ya. Memang belum jadi sih, tapi siapa tau aja ada yang tertarik lihat cuplikannya, wkwk.
___________________________________________________________________


1.      PERPUSTAKAAN DAERAH – INT. SIANG HARI.

Cast : Nabila, extras

SFX. Terdengar suara klik klik mouse dan ketikan di keyboard. 

TRACK IN. Jari-jari Nabilah sedang mengetik di keyboard dan bergantian mencocokkan nomor referensi buku dengan data yang di komputer. Terdengar suara beberapa perempuan mengobrol dengan sepelan mungkin. 

PEREMPUAN 1 (OS)

Seandainya nyari jodoh itu segampang nyari referensi buku di perpustakaan begini. Tinggal klik sana sini, langsung deh ketemu bukunya. 

PEREMPUAN 2 (OS)

Sudah ketemu bukunya, pas dibaca malah gak cocok sama referensi. Mau lu nyari jodoh gitu? 

PEREMPUAN 3 (OS)

Ke biro jodoh aja kalo gitu mah. Gampang kan? 

PEREMPUAN 2 (OS)

Eh eh, ikutan kencan buta kek di film korea.

(terdengar tawa tertahan dari semua yang berkelompok) 

POV Nabila.

Beberapa orang perempuan yang mengerubungi komputer dan sibuk mencatat nomor referensi buku sambil bercanda tadi. 

PEREMPUAN 3

Udah, gak usah milih-milih. Ntar jadi perawan tua lho! 

PEREMPUAN 1

Gak milih sih, Cuma kan ada standar yang ideal untuk dijadiin suami. Ya kali sama sembarang orang. Eh lagian juga gua baru 20 taun, 5 taun lagi noh baru ketar-ketir. 

Ketiga perempuan itu mengahmpiri Nabila di konternya. 

PEREMPUAN 1

(menunjukkan nomor referensi buku yang dicatat kepada Nabila)

Mbak, ini ada di lantai berapa ya? 

MCU. Wajah Nabila yang menatap kamera dengan dingin. 

NABILA

(Melihat dan segera paham)

Di lantai 3 

PEREMPUAN SEMUA

(Mengangguk dan berlalu)

Makasih mbak. 

Nabila mengikuti pandangannya pada ketiga perempuan tadi dengan dingin dan menghela nafas. 

Fade out. 

NABILA (VO)

Ada apa sih dengan istilah perawan tua? Memang salah ya kalau perempuan sudah berumur di atas 25 tahun tapi belum menikah? Kalau benar begitu, berarti aku salah dong? 

Fade in.

___________________________________________________________________

Nah, gimana? Kira-kira diterusin gak ini?


Baca juga : Antara Novel dan Film

11 Maret 2025

Tips Pembelajaran Kepenulisan Dari Pengalaman Pribadi

Halo!
Jadi, ceritanya seorang teman menawari saya sebuah tugas. Katanya mengajar ekstra kurikuler kepenulisan untuk anak-anak kelas 10. Rentang waktunya hanya dua bulan sih dan hanya ada pertemuan sekali setiap minggunya. 

Ditawari begitu, saya menanggapinya dengan tertawa, antara lucu dan bertanya-tanya, serius kah? Bukan apa-apa, dari dulu saya gak pernah punya pekerjaan sebagai guru. Baik guru les, guru paruh waktu, apalagi guru fulltime. Terlebih lagi ini untuk mengajar di sebuah sekolah yang lumayan terkenal di Bandarlampung.

Eskul Kepenulisan
Saya dan anak-anak

Sampai saya harus berfikir berulang kali karena mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, saya harus menitipkan anak kecil saya yang masih berusia sekitar 14 bulan waktu itu karena jam mengajarnya pagi di hari kerja. Kedua, jarak antara rumah dengan sekolah lumayan jauh. Ketiga, apakah benar saya bisa?Teman saya itu antusias sekali. Dia meyakinkan kalau saya bisa, mampu, dan mumpuni. Rayuan gombal penuh maut, pikir saya haha. 

Tapi, setelah mengingat, menimbang, dan berdiskusi dengan pihak-pihak yang akan dilibatkan, akhirnya saya memutuskan untuk mencobanya. Toh, ini mengajar kepenulisan yang katanya saya sendiri yang akan buat materinya. Dan yah, saya mencoba untuk menularkan sedikit ilmu yang saya punya selama ini.

Hingga tiba saatnya saya datang ke sekolah itu untuk membicarakan kontrak terkait pembelajaran selama dua bulan itu. Oh iya, sebelumnya saya diminta untuk langsung mengajar. Materinya pengenalan secara umum. Tahu gak sih, saya sudah effort banget menyusun materi untuk 8 kali pertemuan dengan pembahasan yang sebisa mungkin akan optimal. 

Begitu pertemuan dengan pihak sekolah, semua ambyar! Rupanya ini bukan ekstra kurikuler seperti bayangan saya. Ini materi bidang P5 di sekolah mereka dengan mengangkat tema kepenulisan. Dan tujuan akhirnya adalah membuat satu buah buku per siswa. Mereka harus menuliskan impian-impian mereka dalam satu buku itu. 

Kalau eskul kan pasti hanya siswa yang berminat saja kan yang bergabung. Tapi kalau ini mata pelajaran yang wajib, ya berarti semua siswa, baik yang berminat atau tidak, suka atau tidak, punya keterampilan menulis atau tidak, semua harus ikut. Ya kan? Dan, disitulah tantangan dimulai.

Kalian tahu gak sih bagaimana perasaan saya ketika itu? Dag dig dul pol! Seumur-umur, baru kali ini mengajar anak SMA di sebuah sekolah. Sudahlah memang saya ini tipe paling enggan tampil di depan, malah ditambah harus mengajar selama delapan kali pertemuan. Duh!

Tapi, kaki saya sudah berdiri di sekolah ini, sudah di depan pintu kelas dengan anak-anak yang menunggu di dalam. Masa mau balik badan lagi?


Pengalaman Pertama

Memang ya, jam terbang itu gak bisa bohong sih. Jujur saja, saya agak gugup waktu pertama kali menyampaikan materi. Mana kesan pertama juga biasa aja lagi. Malah saya merasa terkesan belum siap pagi itu. Makanya, setelah jam mengajar berakhir, saya evaluasi lagi bahan ajar, materi, dan proses selama belajar berlangsung.

Pertemuan selanjutnya, saya merasa lebih siap dengan apa yang ingin saya sampaikan. Anak-anak juga tampak bisa lebih menerima materi yang saya sampaikan. Tapi ya memang benar, setiap anak itu punya karakter berbeda, juga setiap generasi punya semacam karakteristik yang berbeda pula.

Tentu saja, cara belajar dan menyampaikan materi juga jauh berbeda karena pada masa sekarang, anak-anak dituntut untuk lebih aktif dalam belajar. Pengajar juga dituntut untuk lebih melek teknologi karena media pembelajarannya bukan hanya papan tulis dan kapur lagi, melainkan audio visual yang lebih menarik.

Dari pengalaman saya itu, saya berkesimpulan bahwa untuk memulai dan dalam proses pembelajaran, dibutuhkan kreatifitas dan improvisasi. Apalagi untuk mata pelajaran khusus yang notabene tidak semua anak punya minat dan bakat di dalamnya.

Sedikit Tips

  • Pada pertemuan awal, sebaiknya tentukan peraturan kelas terbelih dahulu. Peraturan kelas ini bisa dibuat bersama dengan pengajar dan anak-anak supaya mereka juga merasa dilibatkan dan bukan karena satu pihak saja. Misalnya, apakah boleh membawa gadget, makan dan minum, keluar masuk kelas, dan sebagainya. Semua ini akan mempermudah berjalannya proses belajar selama dalam kelas.
  • Sebelum memulai materi, sebaiknya lakukan ice breaking dulu. Menurut saya ini cukup membantu mengkondisikan suasana belajar, menaikkan mood anak-anak dan pengajar juga, serta membantu meningkatkan konsentrasi.
  • Buat anak-anak sedikit berfikir ringan sebelum masuk pada materi inti. Bisa diberikan sedikit tugas ringan atau pertanyaan yang sesuai dengan materi.
Wheel of name
Saya pakai aplikasi online gratis Wheelofnames

  • Selesai pemberian materi, adakan sedikit evaluasi atau kuis kecil tapi dengan cara yang tidak terduga. Misal pada pengalaman saya adalah menunjuk beberapa nama anak dengan menggunakan putaran roda nama (bisa pakai aplikasi atau buat sendiri pakai PP). Pengalaman saya, bagian ini jadi seru karena semua anak melihat proses pemilihan namanya dan bukan saya yang memilihnya. Atau bisa juga dengan membuat tugas per kelompok yang pembagian kelompoknya tidak dapat diprediksi.
  • Kalau memungkinkan, ikut juga berpartisipasi dalam pengerjaan proyek atau tugas. Pengalaman saya kemarin, saya juga ikut serta menuliskan impian-impian saya meski tidak semua saya posting di grup kelas. Ini bisa memicu semangat anak-anak dan memberi inspirasi, baik dari segi impian maupun cara menuliskannya.
  • Lakukan kegiatan belajar mengajar ini dengan perasaan senang meskipun mungkin tidak semua anak bisa mengikuti materi dengan baik (mungkin karena memang tidak ada minat dasar atau kurang tertarik).

Impian-Impian Mereka

Pada pertemuan terakhir saya di kelas, saya tidak menyampaikan materi inti lagi. Saya lebih memilih mengevaluasi kembali apa saja yang sudah dipelajari. Saya melihat beberapa dari mereka ada yang mencatatnya, sebagian lagi hanya mengingat-ingat dan lainnya mengikuti jawaban temannya.

Saya menghabiskan waktu dengan memberi tugas yang harus dikerjakan saat itu juga. Sekalian saya ingin melihat bagaimana potongan-potongan materi yang saya berikan per pertemuan itu bisa diserap semuanya atau tidak oleh mereka.

Tugasnya adalah membuat satu tulisan impian mereka. Kali itu sudah harus lengkap karena saya sudah memberikan semua materi dari pertemuan pertama hingga pertemuan ke tujuh sebelum ini. Dan, tebaklah apa saja impian mereka ini!

Lembar impian
Lembar impian

Ini saya pilih beberapa saja ya.

Nonton Theater JKT48
Karena melihat orang-orang pergi ke theater JKT48 yang ada di FX Sudirman, Jakarta, saya ingin pergi kesana dan melihat oshi saya. Tapi itu nanti jika saya sudah memiliki penghasilan sendiri dan berumur 19 tahun.

Mempunyai Kapal Pesiar
Saya ingin mempunyai kapal pesiar karena saya mempunyai impian untuk keliling dunia. Dan itu saat saya sudah berumur 30 tahun. Saya akan mengajak keluarga saya untuk menaiki kapal yang akan kubeli, dan saya harus berusaha keras untuk mencapai impian tersebut.

Menjadi Sabar
Sabar itu impian setiap orang. Aku mau jadi orang yang selalu sabar dalam setiap hal, tidak memandang hal apa yang terjadi. Keinginanku satu ini karena terispirasi dari guruku ketika aku SMP. Aku ingin menjadi orang yang sabar sama sepertinya. Sekarang aku sedang berusaha untuk menjadi orang yang selalu sabar dalam hal apapun.

Melihat Ruang Angkasa
Pertama-tama saya harus memiliki roket pribadi yang keren dan memiliki tempat landas pribadi. Dan saya pergi ke luar angkasa dan melihat semua planet yang ada di semesta ini.

Bisa Sedekah 100 Juta
Kenapa? Karena saya ingin mempunyai tabungan akhirat yang banyak. Sebenarnya bisa sedekah 100 juta juga saran orang tua, jadi gak tau mau nulis apa. Kapan? Saya ingin sedekah 100 juta kalau saya sudah sukses menjadi dokter hewan atau peternak.

Setiap orang punya impian masing-masing dan saya berharap impian mereka akan terwujud satu per satu di kemudian hari. Kalau kalian, punya impian apa?

Baca juga : Bermimpilah