Idul Fitri tiba. Setelah berpuasa di bulan Ramadhan, hari
dimana manusia kembali fitri datang juga. Sedih? Ya, sebab mau tak mau, aku
merasa tak begitu maksimal beribadah di bulan lalu. Seharusnya, lebih banyak
berdoa, seharusnya lebih banyak beramal, seharusnya lebih banyak sholat malam,
dan seharusnya seharusnya yang lain. Tapi, bagaimanapun, Ramadhan sudah pergi
begitu cepat.
Ini lebaran yang lumayan sepi ketimbang lebaran-lebaran
sebelumnya. Sebagian saudara dari pihak ibu –yang memang banyak diluar Lampung-
gak mudik. Bahkan adikku yang di Belitang pun ikut-ikutan gak mudik ke Lampung.
Alasannya karena tanggung, katanya sekalian bulan depan aja pas acara
hajatanku. Okelah. Masih ada saudara dari abah yang datang berkunjung –ini
karena memang hampir semua saudara dari pihak abah tinggal di Lampung, hehe.
Ok, kita mulai dengan kegiatan di malam takbiran.
Selalu, setiap malam takbiran, ketupat di rumahku belum ada
yang matang (bahkan masih dalam proses pengisian wkwkwk). Untunglah kami para
perempuan di rumah sudah belajar dari lebaran-lebaran tahun kemarin, jadi
pekerjaan sayur-menyayur sudah hampir selesai sekitar pukul delapan malam. Nah,
sambil mengisi ketupat dan beres-beres rumah, kami selalu menunggu arak-arakan
takbiran. Kali ini anak risma akan buat miniatur apa lagi ya?
Dan... ketika arakan takbiran sampai depan rumah, kami
sedikit heran. Kok lampunya pada mati? Usut punya usut ternyata jenset yang
biasa dipakai untuk menyalakan lampu miniatur masjid dll itu mati di jalan. Yah..
miniatur masjid jadi gelap. Tapi untung masih ada miniatur lafadz Allah yang
bersinar. Taraaa...
Pict by Lala (untung dapet foto yang lumayan ini, La hehe) |
Next, paginya kami semua ke masjid untuk sholat ied. Ramai,
tentu. Rasanya haru, bertemu orang-orang yang mungkin jarang bisa ditemui di
hari-hari biasa. Yang biasanya jarang banget ke masjid, kali ini ke masjid (ini
aku banget!).
Acara di rumah masih tetap kayak biasa. Di hari pertama
lebaran, sungkem sama ibu, abah, dan mbah di sebelah rumah. Sarapan ketupat
beserta kawan-kawannya yang maknyus sangat karena dibuat dengan sepenuh hati
oleh ibu tercinta :D and then bernarsis ria seperti lebaran-lebaran sebelumnya.
Tapi yang berbeda adalah ketidakhadiran adikku beserta keluarganya. Ini pun
bisa foto lengkap gini nunggu hari ke dua lho, ckckck.
Nice pict (sebelum kamera jatuh ke belakang, haha) |
Hari kedua, rutinitas yang selalu ada adalah pergi ke rumah
mbah putri di Natar. Alhamdulillah ketemu dengan saudara-saudara yang sudah
datang duluan walaupun ada beberapa saudara yang gak mudik ke Lampung. Intinya
memang saat lebaran seperti ini adalah saatnya untuk berkumpul bersama keluarga
dan sauda-saudara.
At last, kami sekeluarga mengucapkan taqobbalallahu minna wa
minkum. Selamat Idul Fitri ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar