Dulu, untuk memiliki notebook kecil yang harganya tidak
sampai Rp 3.000.000,-, saya hanya bisa membayangkannya saja. Juga,
berandai-andai ketika saya sudah memilikinya. Saya bisa mengetik apapun cerita
saya dimana saja, kapan saja, tanpa harus duduk tenang di meja yang hanya punya
satu sudut pandang.
Dulu, saya begitu senang ada komputer di rumah saya. Itu
sewaktu saya baru masuk kuliah. Punya sebuah komputer pada masa awal saya
kuliah adalah sebuah kesenangan tersendiri. Sebab, ternyata tidak semua orang
bisa punya komputer di rumahnya pada saat itu. Komputer masih terasa barang
mewah untuk saya. Jadi, ketika ada komputer bertandang di meja dalam rumah
saya, saya merasa sangat bahagia.
Keberadaan komputer itu bukan hanya membantu saya
mengerjakan tugas kuliah, tapi juga menjadi teman saya ketika saya sedang ingin
menulis. Saya memang suka menulis sejak dulu, dan baru kali itu saya bisa
menuliskannya langsung ke komputer tanpa harus menulis tangan dulu untuk
kemudian pergi ke tempat rental komputer.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai ingin melirik lebih
lagi. Komputer yang ada di rumah memang bukan untuk saya saja, tapi berbagi
pakai dengan adik-adik dan anggota keluarga lain yang memang membutuhkan. Jadi,
kalau sedang dipakai oleh yang lain, terpaksa saya menunggu. Kali lain, ketika
saya sedang asik-asiknya menyusun kata dan mengolah imajinasi, saya harus
berhenti karena adik atau ayah saya ingin menggunakan komputer itu juga.
Alhasil, saya jadi berandai-andai lagi. Seandainya saya
punya komputer pribadi atau yang lebih baik adalah saya punya laptop sendiri.
Jadi, saya bisa menulis kapan saja, dan dimana saja. Saya bisa menulis di kamar
menghadap jendela, atau di tempat tidur jika sedang malas, atau di ruang tamu
sambil melihat keluar halaman. Andai-andai itu rupanya belum juga terkabul
hingga saya lulus kuliah dan diterima bekerja.
Beberapa bulan setelah bekerja, saya ditawari teman untuk
ambil laptop dengan cicilan per bulan selama 12 bulan. Karena memang itu
keinginan saya dan melihat kondisi saya yang sudah punya penghasilan sendiri,
maka saya ambil tawaran teman saya itu. Itulah laptop saya yang pertama dan
sampai sekarang masih saya gunakan. Bagi saya, laptop itu seperti sebuah kisah
yang mengharukan dan membahagiakan.
Karena sudah berumur dan sudah beberapa kali re-instal
program, laptop saya itu tidak seperti awal lagi. Ibaratnya, sekarang ia sudah
banyak operasi demi keberlangsungan hidupnya. Juga, daya tahan baterainya juga
sudah tidak maksimal lagi. Alhasil, saya tidak bisa seleluasa membawanya
seperti dulu. Saya harus duduk dekat sumber listrik kalau mau mengetik lebih
lama. Belakangan ini malah saya dibuat tidak nyaman dengan beberapa tombol di
keyboardnya yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ketik enter, malah
muncul menu perintah. Ketik spasi, malah muncul tiga huruf acak.
Laptop mini legendaris saya |
Saya mencoba bertahan dengan membelikannya keyboard portable.
Tapi rupanya keyboard portable yang saya beli cukup merepotkan kalau dipadankan
dengan laptop. Sebenarnya saran suami saya diperbaiki saja. Tapi kalau mau niat
diperbaiki, mending sekalian mengganti keyboard, baterai, dan layarnya juga
(karena layarnya juga sudah hilang sedikit di samping kiri). Ternyata perbaikan
itu banyak sekali ya. Maka saya berfikir ulang dan pahitnya mungkin saya lebih
baik beli yang baru saja.
Saya mencari laptop yang saya pikir pas untuk kegiatan saya
dan yang terpenting pas di kantong saya. Lagi-lagi, laptop masih merupakan
barang mewah untuk saya. Apalagi, saya juga sudah menjadi istri yang harus
pandai mengelola keuangan rumah tangga agar bisa mengebulkan asap di dapur
setiap harinya.
Harga laptop yang sesuai spesifikasi saya berkisar antara
3-4 juta rupiah. Tapi beberapa bulan yang lalu, saya menemukan laptop yang
benar-benar membuat saya jatuh hati. Asus Vivobook. Dengan RAM yang sudah 4 GB,
saya yakin pekerjaan blogging, desain, atau membuat video, bakal lancar jaya
saya kerjakan. Tapi sayangnya, harga laptop itu dua kali lipat harga yang saya
perkirakan. Harga di pasaran sekitar 9-10 jutaan. Waahhh!
Andai-andai saya ini |
Maka, saya mencoba untuk mencari di toko lain yang harganya
bisa miring lagi. Saya memang biasa mencari perbandingan harga lewat toko
online. Salah satunya yang bisa saya percaya adalah di Lazada. Apalagi, bulan
Desember ini ada Harbolnas yang bisa saya manfaatkan untuk mendapat harga yang
lebih murah lagi. Sebab, ketika Harbolnas datang, Lazada akan memberikan
penawaran khusus #DiskonMengguncangSemesta hingga 85%.
Kenapa saya memilih Lazada?
Lazada bukan hanya situs belanja online yang bisa dipercaya,
tapi juga menyediakan berbagai kebutuhan. Menelusuri Lazada, serasa menelusuri
pasar besar tanpa harus merasa pegal-pegal. Lazada juga memberikan berbagai
penawaran menarik, seperti diskon dan ongkos kirim gratis. Benar. Ongkos kirim
gratis ke seluruh kota di Indonesia.
Tidak hanya itu, Lazada juga punya fitur yang memudahkan
konsumen untuk bisa bayar di tempat saat barang yang dibeli sudah sampai. Jadi,
bisa lihat kondisi barangnya sesuai atau tidak dengan pesanan. Kemudian,
barang-barang yang dijual Lazada juga ada jaminannya. Garansi akan diberikan selama
14 hari sejak barang diterima.
Ada lagi fitur lain yang membantu saya. Fitur rating di
Lazada yang bermanfaat untuk saya dalam memilih toko yang produknya akan saya
beli. Ulasan yang ada juga cukup membantu saya dalam memilih tokonya.
Kembali pada laptop saya, rasanya saya sudah tidak sabar
menanti Harbolnas di Lazada. Saya berharap, semoga andai-andai yang saya
sebutkan di awal tadi bisa terkabul di Lazada. Nah, kalau kalian yang juga mau cari
barang-barang yang dibutuhkan dengan #DiskonMengguncangSemesta, bisa langsung
klik Lazada Affiliate saya disini.
Oke, itu wishlist saya di Harbolnas tahun ini. Mana wishlistmu?
2 komentar:
Aaah, jadi inget sama laptop Gigit yang udah nggak bisa dinyalain lagi...~.~
beli yang baru giiitt..
Posting Komentar