Marhaban ya Ramadhan! Beneran gak kerasa lho Ramadhan sudah tinggal menghitung jam saja. Walaupun belum tahu pastinya awal Ramadhan tanggal berapa, tapi gema puasanya sudah sayup-sayup terdengar.
Sambil
menunggu keputusan hasil sidang isbat penentuan hari pertama puasa tahun ini,
saya mengingat-ingat lagi momen menyenangkan saat pertama kali berpuasa.
Momen Puasa Pertama |
Diteriaki Gak Puasa
Dulu,
seingat saya waktu masih TK sudah diajarkan untuk berpuasa. Tentunya gak
dipaksakan harus berpuasa karena memang belum wajib juga. Hanya saja, orangtua
saya mulai menanamkan bahwa di bulan Ramadhan ini, semua muslim yang sehat dan
sudah baligh wajib berpuasa. Jadi, walaupun saya belum wajib berpuasa, tapi
tetap dilatih untuk menahan makan dan minum setidaknya untuk beberapa jam dulu.
Saya
gak terlalu banyak ingatan tentang momen sahur waktu itu. Apakah saya tetap
bangun sahur atau sahurnya di jam sarapan pagi anak-anak, hehe. Tapi, saya
begitu ingat momen puasa di sekolah TK waktu itu.
Jadi,
suatu hari di bulan Ramadhan, saya berpuasa. Serius saat itu saya memang
berpuasa, gak makan dan minum dari pagi sampai mungkin sekitar jam 9 atau 10
pagi waktu istirahat. Nah, sambil main perosotan, saya mengantongi jajan yang
saya beli di warung sebelumnya. Niatnya untuk buka puasa nanti.
Tiba-tiba,
teman saya yang melihat ada jajan di kantong baju saya langsung teriak di
tengah teman-teman saya yang lain.
“Lia
gak puasa! Dih gak puasa, gak puasa!”
Panik?
Ya jiwa anak kecil saya langsung bereaksi dengan agak khawatir kalau-kalau yang
lain percaya padanya.
“Aku
tuh puasa lho! Ini untuk buka nanti!” kata saya sambil mencari keberadaan ibu
untuk meminta pembelaan, haha. Adegan selanjutnya saya sudah gak ingat lagi.
Tapi,
entah kenapa peristiwa itu terus melekat dalam ingatan saya sampai hari ini.
Bahkan nama teman yang meneriaki saya itu pun masih saya ingat, haha.
Awal Puasa Selalu Meriah
Hidup
di kampung memang menyenangkan, apalagi kalau sudah menjelang puasa begini. Di
samping rumah orang tua saya, berdiri mushola sederhana dengan bedug dari drum
besar. Legend banget lah bedug itu, tapi sayangnya sekarang sudah gak ada lagi.
Nah,
sore hari menjelang awal Ramadhan, biasanya anak-anak lelaki menabuh bedug
dengan irama yang menggembirakan. Kalau sudah dengar bunyi bedug begini, mata
ibu saya berkaca-kaca. Katanya terharu bercampur senang akan datangnya bulan
Ramadhan. Sementara anak-anak seperti saya senang berkumpul di sekitar mushola
sambil melihat aksi bedug itu, para ibu dan remaja putri sibuk mengumpulkan
nasi punggahan untuk nanti dibagikan dan dimakan bersama-sama.
Baca juga : Ramadhan Pertama Bareng Suami
Acara
punggahan ini berisi doa-doa, ya kirim doa untuk saudara yang sudah meninggal,
juga doa supaya dilancarkan puasa kita selama sebulan penuh. Selain itu, momen
kebersamaannya dengan para tetangga yang paling membahagiakan. Kalau gak ada
begini, jarang-jarang kan makan bersama?
Kalau
ingat momen ini, rasanya rindu sangat saya ini. Sekarang yang ada hanya tradisi
punggahan tanpa atraksi bedug lagi. Tapi gak apa-apa, yang penting niat untuk
terus semangat menjalankan puasanya itu yang penting.
Oh
iya, masih menunggu keputusan sidang isbat ya? Kalau nanti hasil sidangnya ada
erbedaan pendapat, gak apa-apa ya. Gak usah saling menyalahkan dan adu benar. Ikuti
keyakinan masing-masing aja. Kalau yakin perhitungannya besok sudah masuk
Ramadhan, ya puasa aja. Tapi kalau hilal belum juga terlihat dan yakin awal
puasanya di tanggal 3 April, ya gak apa-apa juga.
Oke,
selamat menjalankan ibadah puasa ya, semuanya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar