01 April 2022

Momen Puasa Pertama

Marhaban ya Ramadhan! Beneran gak kerasa lho Ramadhan sudah tinggal menghitung jam saja. Walaupun belum tahu pastinya awal Ramadhan tanggal berapa, tapi gema puasanya sudah sayup-sayup terdengar.

Sambil menunggu keputusan hasil sidang isbat penentuan hari pertama puasa tahun ini, saya mengingat-ingat lagi momen menyenangkan saat pertama kali berpuasa.

Momen puasa pertama
Momen Puasa Pertama

Diteriaki Gak Puasa

Dulu, seingat saya waktu masih TK sudah diajarkan untuk berpuasa. Tentunya gak dipaksakan harus berpuasa karena memang belum wajib juga. Hanya saja, orangtua saya mulai menanamkan bahwa di bulan Ramadhan ini, semua muslim yang sehat dan sudah baligh wajib berpuasa. Jadi, walaupun saya belum wajib berpuasa, tapi tetap dilatih untuk menahan makan dan minum setidaknya untuk beberapa jam dulu.

Saya gak terlalu banyak ingatan tentang momen sahur waktu itu. Apakah saya tetap bangun sahur atau sahurnya di jam sarapan pagi anak-anak, hehe. Tapi, saya begitu ingat momen puasa di sekolah TK waktu itu.

Jadi, suatu hari di bulan Ramadhan, saya berpuasa. Serius saat itu saya memang berpuasa, gak makan dan minum dari pagi sampai mungkin sekitar jam 9 atau 10 pagi waktu istirahat. Nah, sambil main perosotan, saya mengantongi jajan yang saya beli di warung sebelumnya. Niatnya untuk buka puasa nanti.

Tiba-tiba, teman saya yang melihat ada jajan di kantong baju saya langsung teriak di tengah teman-teman saya yang lain.

“Lia gak puasa! Dih gak puasa, gak puasa!”

Panik? Ya jiwa anak kecil saya langsung bereaksi dengan agak khawatir kalau-kalau yang lain percaya padanya.

“Aku tuh puasa lho! Ini untuk buka nanti!” kata saya sambil mencari keberadaan ibu untuk meminta pembelaan, haha. Adegan selanjutnya saya sudah gak ingat lagi.

Tapi, entah kenapa peristiwa itu terus melekat dalam ingatan saya sampai hari ini. Bahkan nama teman yang meneriaki saya itu pun masih saya ingat, haha.

Awal Puasa Selalu Meriah

Hidup di kampung memang menyenangkan, apalagi kalau sudah menjelang puasa begini. Di samping rumah orang tua saya, berdiri mushola sederhana dengan bedug dari drum besar. Legend banget lah bedug itu, tapi sayangnya sekarang sudah gak ada lagi.

Nah, sore hari menjelang awal Ramadhan, biasanya anak-anak lelaki menabuh bedug dengan irama yang menggembirakan. Kalau sudah dengar bunyi bedug begini, mata ibu saya berkaca-kaca. Katanya terharu bercampur senang akan datangnya bulan Ramadhan. Sementara anak-anak seperti saya senang berkumpul di sekitar mushola sambil melihat aksi bedug itu, para ibu dan remaja putri sibuk mengumpulkan nasi punggahan untuk nanti dibagikan dan dimakan bersama-sama.

Baca juga : Ramadhan Pertama Bareng Suami

Acara punggahan ini berisi doa-doa, ya kirim doa untuk saudara yang sudah meninggal, juga doa supaya dilancarkan puasa kita selama sebulan penuh. Selain itu, momen kebersamaannya dengan para tetangga yang paling membahagiakan. Kalau gak ada begini, jarang-jarang kan makan bersama?

Kalau ingat momen ini, rasanya rindu sangat saya ini. Sekarang yang ada hanya tradisi punggahan tanpa atraksi bedug lagi. Tapi gak apa-apa, yang penting niat untuk terus semangat menjalankan puasanya itu yang penting.

Oh iya, masih menunggu keputusan sidang isbat ya? Kalau nanti hasil sidangnya ada erbedaan pendapat, gak apa-apa ya. Gak usah saling menyalahkan dan adu benar. Ikuti keyakinan masing-masing aja. Kalau yakin perhitungannya besok sudah masuk Ramadhan, ya puasa aja. Tapi kalau hilal belum juga terlihat dan yakin awal puasanya di tanggal 3 April, ya gak apa-apa juga.

Oke, selamat menjalankan ibadah puasa ya, semuanya!

Tidak ada komentar: