Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa Hobi (n) adalah kegemaran, kesenangan istimewa pada waktu senggang dan bukan sebagai pekerjaan.
Dari
dulu kalau ada pertanyaan atau ada formulir yang harus diisi dengan hobi, saya
akan tuliskan membaca, menulis, dan jalan-jalan. Iya, tiga hal itu yang sering
saya lakukan tidak hanya di waktu senggang, tapi juga di banyak waktu setiap
ada kesempatan.
Membaca apapun, entah itu buku, majalah, komik, atau koran. Paling suka baca majalah karena isinya beragam. Ingat banget dulu ibu saya langganan tabloid Nova dan saya selalu menunggu hari dikirimnya tabloid itu. Saya bisa membaca semua isi tabloid itu dalam sehari saja.
Jauh sebelum itu, masa kecil saya juga penuh kenangan dengan majalah Bobo. Tapi, dulu harga majalah itu termasuk mahal dan saya tidak bisa membeli majalah edisi terbaru. Jadi saya cukup menerima kalau ibu membelikan majalah yang edisinya sudah lama dengan harga miring. Bagi saya, itu pun sudah membahagiakan, hehe.
Hobi
membaca saya terus berlanjut hingga sekolah SMP dan SMA. Waktu istirahat saya
pakai bukan untuk ke kantin, tapi ke perpustakaan. Bukan untuk mencari buku
pelajaran, tapi cari buku cerita, haha. Saya juga teringat waktu SMP kala itu,
jam istirahat di perpustakaan yang hening. Agak heran kenapa jarang ada siswa
yang ke perpustakaan.
Saya
mencari buku cerita, entah itu novel atau kumpulan cerpen atau bahkan buku
skenario drama. Sampai sekarang, saya masih bisa membayangkan bau khas rak-rak
dan tumpukan buku disana. Satu hal mengejutkan yang saya sadari belakangan ini
adalah kenapa ada novel yang menurut saya belum pantas dibaca oleh anak-anak
usia SMP.
Mungkin
pada masa itu, belum banyak novel dengan genre remaja seperti sekarang ya.
Jadi, saya embat aja tuh novel Mira W, lupa judulnya apa tapi menurut saya
cukup vulgar untuk usia remaja.
Baca juga : 5 Buku Favorit Untuk Menemani Soremu
Balik
lagi ke hobi saya. Dari banyak membaca itu, saya mulai hobi yang lain. Menulis
cerita. Pertama kali saya buat sepotong cerita waktu SMP itu. Saya menulis
cerita tentang guru matematika saya bernama Bu Titik. Guru paling lembut dan
baik hati versi saya. Di kala guru matematika itu paling disegani karena galak,
tidak untuk Bu Titik. Cara mengajarnya lembut sekali, sampai saya yang gak bisa
matematika dari jaman dulu bisa dapat nilai yang sedikit di ambang batas, hehe.
Hobi
menulis saya terus berkembang sampai bangku SMA. Saya lumayan dikenal sebagai
penulis kala itu, wkwk. Setiap ada lomba menulis cerpen dan puisi, saya dikirim
sebagai perwakilan sekolah. Ingat kali pertama saya ikut lomba menulis cerpen.
Pertama kalinya dan langsung menang juara 1!
Kaget?
Iya lah, sudah deg-degan dan sempat lemas karena dari pengumuman juara harapan
3 sampai juara 2, nama saya tidak dipanggil. Ternyata kejutan besar langsung
diberikan saat nama saya terpanggil sebagai juara 1. Dari situ, saya terus
mengasah kemampuan menulis saya. Terbukti memang hampir di setiap lomba
menulis, ada nama saya sebagai pemenangnya.
Saat
di bangku kuliah, saya masih terus hobi membaca dan menulis. Pada fase ini,
saya mulai punya impian seperti penulis-penulis lain. Karyanya dimuat di media
massa, atau bahkan dibuat buku. Luar biasanya, ketika saya mencoba mengirimkan
tulisan ke media massa, karya saya dimuat dan dapat honor pula.
Tidak
hanya sampai disitu saja, bahkan ada salah satu puisi saya yang berhasil masuk
dalam antologi nasional dan dibukukan. Bangga? Iya, bangga pada diri sendiri
tapi belum puas karena menurut saya, kepuasan itu bisa menghentikan proses
belajar. Masih ada impian saya yang belum terwujud, membuat novel sendiri dan
membuat skenario film untuk bisa difilmkan. Terlalu tinggi ya? Gak apa-apa.
Baca juga : 100 Puisi Indonesia Terbaik 2008, Pencapaian Tertinggi
Seiring
berjalannya waktu, hobi saya bertambah lagi. Menonton film dan bernyanyi
sendirian, haha. Untuk yang terakhir ini memang gak dipublikasikan. Saya sadar
diri lah, suara saya ini jauh di bawah dari standar dan sama sekali gak punya
pengetahuan tentang teknik bernyanyi dan semacamnya itu. Hanya saja, kalau saya
lagi sendirian dan gabut, ya saya nyanyi sendiri.
Pernah
sih coba ngerekam sendiri pakai ponsel, pas didengar ulang saya malah ngakak.
Ternyata memang saya gak punya bakat sama sekali dalam hal ini. Yah, hobi mah
bisa dilakukan tanpa bakat kok. Asal gak sampai mengganggu tetangga aja sih.
Paling yang sering diganggu pendengarannya adalah suami saya, haha.
Baiklah,
ini tulisan selingan aja biar gak terlalu serius ya. Sekarang giliran kamu
ceritakan tentang hobimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar