Pencapaian
tertinggi di hidup
Duh,
apa ya? Saya merasa belum mencapai apa-apa di usia yang sudah beranjak tua
begini *tepok jidat lalu mulai tertawa miris. Kalau diingat-ingat, ada sih
prestasi-prestasi kecil yang bisa membuat saya semangat lagi kala mengingatnya.
Tapi rasanya itu bukan pencapaian tertinggi selama hidup saya.
Saya
ini termasuk orang yang moody, sering berubah mood, bahkan terlalu sering. Termasuk
juga dalam hal target dan pencapaian dalam hidup saya. Dulu, saya semangat
sekali untuk menulis target-target dalam hidup, apalagi kalau sudah akhir tahun
dan menjelang tahun yang baru. Wuihh, bisa berderet-deret target itu saya
tulis.
Tapi,
untuk menjalaninya, kadang saya butuh mood dan kemauan yang cukup besar. Misal
nih ya, saya punya target untuk rajin ngeblog. Nyatanya, saya pernah sampai
beberapa bulan gak posting tulisan sama sekali. Gaje banget kan saya? haha.
Ketika saya ingat lagi punya target itu, saya harus ekstra kuat membangkitkan
semangat dan mood untuk menulis. Untungnya punya komunitas blogger macam
Blogger Perempuan ini, jadi bisa lirik-lirik tulisan orang dan mulai
terinspirasi *peluk unch!
Oke,
balik lagi ke pencapaian tertinggi dalam hidup saya. Hm, setiap orang pasti
punya impian masing-masing ya. Entah itu bisa jalan-jalan berkeliling dunia,
menerbitkan buku sendiri, membuat film, atau menyelesaikan suatu proses yang
membanggakan. Tapi, menurut saya, ini hal yang relatif. Mungkin bagi sebagian
orang, hanya menyelesaikan satu novel saja dianggap biasa, tapi bagi orang lain
itu satu pencapaian paling tinggi dan membanggakan.
Begitu
juga dengan saya. Rasanya pencapaian tertinggi saya adalah satu sajak saya
pernah masuk dalam buku antologi bergengsi menurut saya, waktu itu dan sampai
sekarang.
100
Puisi Indonesia Terbaik 2008, Anugerah Sastra Pena Kencana.
Buku 100 Puisi Indonesia Terbaik 2008 |
Itu judul bukunya. Sudah lama sekali ya. Memang, tapi bagi saya, itulah pencapaian tertinggi saya selama ini dalam hal menulis sajak. Dulu, saya memang punya impian tulisan saya bisa diterbitkan dalam bentuk buku. Keren aja sepertinya. Sudah jadi penulis beneran, hehe.
Ternyata,
impian saya memang benar-benar terwujud walaupun itu bukan buku saya sendiri.
Tapi yang membanggakan adalah, tulisan saya itu salah satu dari 100 puisi
se-Indonesia yang didalamnya juga ada sastrawan idola saya, Sapardi Djoko
Damono. Satu buku dengan sastrawan legendaris? Wah! Wah! Wah!
Saya benar-benar tidak menyangka waktu itu akan terpilih dan ketika buku itu benar-benar berada di tangan saya, hati ini rasanya meruah, bahagia dan ingin melompat-lompat, haha. Rasanya tidak ada kata lagi yang bisa menerjemahkan perasaan saya kala itu.
Kenapa?
Karena itu terjadi secara tiba-tiba. Tidak ada kompetisi apapun sebelumnya yang
mengharuskan saya untuk mengirim naskah. Tidak ada jadwal apapun yang
menandakan akan ada pemilihan sajak seperti itu sebelumnya. Tidak ada
pemberitahuan yang menyatakan bahwa ketika saya mengirim puisi, bisa
berkesempatan untuk dibukukan dengan sastrawan se-Indonesia. Tidak ada sama
sekali.
Saya
hanya mengirimkan tulisan ke media cetak seperti biasa. Menunggu selama
beberapa waktu untuk akhirnya ada pemberitahuan akan dimuat. Lalu saya senang.
Lalu selesai sampai disitu. Saya benar-benar tidak berharap lebih jauh bahwa
beberapa bulan kemudian, berbulan-bulan, kabar itu menghampiri saya. Bahkan
waktu itu saya sempat curiga ini penipuan, wkwk.
Baca juga : Sedramatis Apa Puisi Ini?
Saya
memang tidak tahu takdir akan membawa saya pada pencapaian apa dan perasaan
bagaimana. Tapi, satu hal yang saya ambil hikmahnya dari sini adalah, lakukan
saja yang terbaik dari diri saya. Apapun itu. Selama saya melakukan dengan baik
dan sepenuh hati, ia akan membawa saya pada takdir yang baik. Itu! *lakukan
dengan gerakan khas milik Bapak Mario Teguh, hehe.
Sekarang, giliran kamu dong yang cerita. Apa pencapaian tertinggi dalam hidupmu selama ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar