Judul : Cinta Tak Pernah Tepat Waktu
Penulis : Puthut EAPenerbit : Mojok
Tahun Terbit : Cetakan ke 7, 2018
Jumlah halaman : 256 halaman
Halo!
Kembali
lagi nih review buku dan kali ini ada satu novel yang menurut saya cocok dibaca
kalau kamu sedang ingin melow atau lebih mendalami suasana yang sendu, mendung,
dan malas ngapa-ngapain.
“Aku tak ingin cinta sejati. Tapi biarkan aku mencicipi cinta yang bukan hanya sesaat. Biarkan aku berjuang dan bertahan di sana. Biarkan aku tersiksa untuk terus belajar bersetia. Aku rela tenggelam di sana, sebagaimana segelintir orang yang beruntung mendapatkannya.”
Cinta Tak Pernah Tepat Waktu Puthut EA |
Pembukaan yang cukup melankolis kan ya? Hehe. Oke, novel ini bercerita tentang seorang laki-laki yang di sepanjang kisahnya hampir selalu galau oleh perasaannya sendiri. Di usia yang sudah cukup mapan untuk menikah, ia tak kunjung menemukan perempuan yang akan menjadi pasangan hidupnya, padahal keluarganya selalu mendorongnya untuk segera menikah.
Bukan
tidak ada perempuan yang ingin menikah dengannya, tetapi lebih pada dirinya
sendiri yang masih terkurung dalam bayang masa lalunya. Ia seperti terpenjara
dalam perasaan sedih pada masa lalu dan belum bisa sembuh hanya dengan
mengganti seseorang masuk dalam hidupnya.
Nah,
saya mau kupas satu persatu karena jujur ya, biasanya saya gak terlalu suka
novel santai, tapi kali ini kok bisa sebagus itu?
Pertama,
dari segi penokohan. Novel ini menggunakan sudat pandang orang pertama ‘aku’
sebagai pencerita. Dari awal hingga akhir, tidak ada satupun yang menyebutkan
siapa nama si tokoh, tapi tetap saja si aku ini hidup dan seolah punya jiwanya
sendiri. Penggambaran karakternya sangat kuat. Di satu sisi, ia seperti seorang
pesimis dan dingin. Tapi di sisi lain, ia sangat hidup dan menikmati setiap
episode kehidupannya.
Cinta Tak Pernah Tepat Waktu Puthut EA |
Ada satu bab khusus yang menerangkan sisi lain dari si tokoh ini, dan menurut saya bab ini cukup membantu pembaca memahami sisi lainnya. Tidak seperti bab lainnya, khusus bab ini, Puthut EA menggunakan kata ganti ‘kamu’ untuk mempertegas bahwa si ‘aku’ ini sedang berbicara dan melihat bayangnya sendiri.
Kedua,
dari segi alur cerita. Jujurnya, membaca novel ini harus agak konsentrasi ya
karena alurnya yang sedikit bercampur, maju dan mundur. Kadang ia bercerita
tentang masa lalu, kadang terus lanjut ke masa berikutnya. Hampir setiap bab
juga menceritakan kisah berbeda dari si tokoh, terutama tentang
perempuan-perempuan yang pernah ditemui atau dikenalkan padanya. Kadang saya
agak bingung, ini cerita tentang perempuan yang mana ya? Haha.
Baca juga : Resensi Novel Sheila, Luka Hati Seorang Gadis Kecil
Ketiga,
inti cerita itu sendiri. Greget sih kalau pas baca tentang perjalanan perasaan
si tokoh pada perempuan-perempuan yang pernah ditemuinya. Rasanya tuh seperti
pengen bilang, sudahlah terima saja si A ini, dia cocok untuk kamu! Tapi rupanya
si aku masih tetap diam dan malah jadi terlihat bodoh dan menyebalkan. Begitu beberapa
kali terulang.
Uniknya,
dari potongan-potongan cerita inilah, saya sebagai pembaca sangat penasaran
bagaimana akhir kisah si aku ini. Entah itu akan berakhir bahagia, atau sedih,
atau tetap menggantung. Saya gak mau kasih spoiler, tapi serius, ada kejutan di
akhir ceritanya yang membuat saya makin greget segreget-gegetnya, haha.
Cinta Tak Pernah Tepat Waktu Puthut EA |
Ke empat, novel ini punya pesan-pesan tersendiri yang bisa diambil oleh para pembacanya. Saya pribadi menganggap bahwa bukan cinta namanya kalau tidak tepat waktu. Cinta itu ya pasti tepat waktu. Tepat ketika kita siap menerima cinta, tepat ketika ada yang mencintai kita setulusnya.
Novel
ini saya rekomendasi untuk kalian baca. Meski ceritanya tentang cinta yang
mungkin sudah banyak sekali dituliskan, tapi cara penggambaran tokoh, pembawaan
alur cerita, imaji-imaji, dan dialognya punya karakter tersendiri.
Selamat
membaca, dan jangan lupa tuliskan pendapat kalian di kolom komentar di bawah
ya! Sampai jumpa di postingan selanjutnya.
Baca juga : Terbius Aroma Karsa ke Dunia Lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar