Selain menyukai novel asing yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, saya juga termasuk orang yang menyukai novel dalam negeri sendiri. Apalagi kalau mengusung kearifan lokal atau dengan latar tempat dan budaya daerah. Bagi saya, itu seolah bisa membawa saya mengenal budaya lain di luar daerah saya.
Nah, kali ini saya mau coba bahas 5 novel dengan kearfian lokal yang kental. Kearifan lokal disini bisa berarti budaya, bahasa, latar tempat, atau kebiasaannya. Oh iya, beberapa novel yang akan saya sebutkan ini sudah saya posting ulasannya juga di blog ini. Apa saja itu?
1. Aroma Karsa
Novel
pertama yang bagi saya kental akan kearifan lokal adalah Aroma Karsa. Novel
yang ditulis oleh Dee Lestari ini mengambil setting tempat di TPA Bantar Gebang
dimana tempat itu merupakan tempat pembuangan akhir sampah-sampah yang terkenal
akan aroma tidak sedapnya. Saya bisa membayangkan bagaimana suasana disana
hanya dengan membaca kalimat per kalimatnya.
Aroma Karsa oleh Dee Lestari |
Selain itu, ada budaya daerah juga yang kental dalam novel ini. Cerita tentang manuskrip kuno dari keraton dan kerajaan di Jawa. Nama-nama tokoh dalam novel ini juga khas Jawa sekali, seperti Jati Wesi, Raras Prayagung, Tanaya Sukma, dan lainnya. Kadang saya berfikir, apakah cerita ini benar-benar nyata atau hanya khayalan Dee Lestari saja, hehe.
Baca juga : Terbius Aroma Karsa ke Dunia Lain
2. Laskar Pelangi
Novel
kedua dengan kearifan lokal yang kental adalah Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata. Kalau yang ini sih sepertinya tidak ada orang yang tidak kenal ya.
Novel yang sudah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa ini juga sudah difilmkan
dengan judul yang sama.
Laskar Pelangi oleh Andrea Hirata |
Tentu saja saya bilang novel ini punya kearifan lokal yang kental, dari segi setting tempat, kebiasaan, bahkan bahasa yang dipakai pun punya ciri khas. Berlatar tempat di Belitong, cerita ini diawali dengan penggambaran sebuah sekolah dasar yang cukup menyedihkan dengan hanya beberapa orang guru dan murid. Salah satunya adalah si Ikal, tokoh utama dalam novel ini.
Penggambaran
karakter tokoh yang kuat dengan disertai tempat yang detail membuat saya bisa
membayangkan peristiwa-peristiwa yang dialami si tokoh dan teman-temannya.
Bahkan ada satu bagian cerita dimana kemeja sang ayah Ikal disetrika dengan
daun pandan agar rapi dan wangi, itu membuat saya seolah bisa mencium aroma
pandan ketika membacanya.
3. Persiden
Ditulis
oleh Wisran Hadi, novel ini berhasil masuk dalam Novel Unggulan DKJ tahun 2010
lalu. Gak salah sih, karena baik cerita dan cara berceritanya memang unik.
Persiden oleh Wisran Hadi |
Bercerita tentang seorang perempuan muda bernama Melati yang telah melanggar adat di Sumatra Barat. Ia hamil di luar nikah padahal ia adalah salah satu generasi penerus kakak beradik dalam satu keluarga besar. Masalah adat saling berbenturan dengan kondisi jaman yang kian modern.
Beberapa
kearifan lokal yang kental dalam novel ini adalah penggambaran jalan dan
bangunan-bangunan di salah satu sudut Sumatra Barat. Juga hubungan kekerabatan
antar anggota keluarga, hingga bagaimana adat setempat harus terus hidup meski
jaman sudah berubah lebih modern.
4. Sabil; Prahara Di Bumi
Rencong
Dari
judulnya saja, sudah terbayang ya setting tempat dalam novel ini. Yup! Novel
ini berlatar tempat di Aceh namun dengan setting waktu pada jaman penjajahan
Belanda dahulu kala. Novel yang ditulis oleh Sayf Muhammad Isa ini mengisahkan
tentang perjuangan rakyat Aceh ketika Inggris dan Belanda ingin menguasai
daerah Aceh dengan semena-mena.
Novel Sabil |
Perjuangan rakyat Aceh yang dipimpin oleh Teuku Nanta, ayah Cut Nyak Dien ini diceritakan secara detail dan membuat saya sebagai pembacanya sering deg-degan. Penggambaran perang juga detail sampai saya sempat berhenti membacanya karena tak mau dengar penderitaan si tokoh yang dianiaya penjajah.
Jujurnya,
sampai sekarang pun saya belum menuntaskan halaman terakhir novel ini, hehe.
5. Jejak Dedari
Novel
terakhir yang saya bahas disini dengan kearifan lokal yang kental adalah Jejak
Dedari. Novel yang ditulis oleh Erwin Ernada ini berkisah tentang perjuangan
seorang perempuan remaja bernama Rare yang terlahir dalam keadaan buta dan tuli
serta dianggap membawa kutukan. Ibunya harus berkorban apa saja demi meruwat
Rare untuk menghilangkan kutukan itu.
Jejak Dedari |
Penggambaran budaya yang kental dan detail membuat saya jadi punya wawasan baru tentang Bali. Tidak hanya keindahan alamnya saja, tapi ternyata ada tarian sakral yang dianggap memiliki kekuatan magis yang baru saya tahu. Tarian Dedari yang hanya bisa dilakukan oleh anak perempuan yang masih dianggap suci.
Baca juga : Menyingkap Sisi Lain Bali Dari Novel Jejak Dedari
Nah
itu dia, 5 novel dengan kearifan lokal yang kental versi saya. Menurut kalian,
novel apalagi nih yang punya kearifan lokal yang kental? Yuk, tulis di kolom
komentar ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar