29 Mei 2020

Tidak Sibuk Sebelum Lebaran

Cerita Lebaran Part #2

Preview part #1

Setelah sidang cukup panjang, akhirnya kami lebaran dengan seragam warna milo. Walaupun sudah selesai memutuskan warna, tapi drama seragam ini masih berlanjut hingga pemotongan dan jahit ulang baju karena masih kebesaran. Untung masih ada penjahit dekat pasar yang mau nerima reparasi, haha.

Drama menjelang lebaran bersambung pada kelilingnya saya dan suami demi biskuit kaleng legendaris, Khong Guan. Bagian ini nih yang bikin saya tepok jidat. Iya sih, kalau gak lebaran, gak bakal beli biskuit sekaleng besar yang harganya bisa untuk beli telor 4 kilo itu, wkwk.

ketupat lebaran
Ketupat lebaran

Baca : Cerita Lebaran Part #1, Keliling Demi Kaleng Khong Guan

Nah, selain dua cerita itu, saya masih punya cerita lainnya yang sayang kalau hanya mengendap di kepala.

Tumben Banget! Masak Cepat Kelar

Adalah kebiasaan di rumah ibu saya, menjelang lebaran itu selalu riweh. Sehari sebelum lebaran adalah hari paling sibuk. Beberes rumah dan masak-masak. Kalau dipikir sebenarnya gak ada pekerjaan yang benar-benar wah sih, tapi entah kenapa detak waktu terasa sangat cepat. Selepas subuh kok tau-tau sudah menjelang malam takbiran. Sementara, masak dan beberes rumah belum selesai.

Beberes rumah adalah hal wajib yang ibu saya lakukan pertama kali. Istilahnya, ini general cleaning setahun sekali. Hordeng-hordeng dicuci, kusen-kuseun dibersihkan, teralis dan kaca jendela dilap jadi kinclong lagi. Saya memaklumi kalau bersih-bersih skala besar ini hanya bisa dilakukan setahun sekali. Dengan anggota rumah yang semuanya sibuk, tanpa asisten rumah tangga, gorden yang banyak dan besar-besar, jendela yang gak Cuma sepetak kecil, wajar lah gak bisa kepegang setiap hari.

Ibu pantang sekali melihat kardus, buku-buku bertumpuk, dan printilan-printilan gak jelas ada di beberapa sudut rumah saat lebaran tiba. Makanya menjelang lebaran, sudah bisa dipastikan rumah akan terlihat lebih berantakan karena aksi pindah sana pindah sini itu kardus, tumpukan buku dan segala macamnya. Ibu menyulapnya jadi ruang yang lega untuk duduk para tamu sambil ngobrol dan mencicipi kue lebaran.

Baca juga : 5 Tradisi Lebaran Yang Masih Eksis

Saya juga memaklumi tujuan ibu beberes rumah ini. Ayah adalah salah satu tokoh di kampung saya. Ibunya (mbah saya) juga salah seorang yang awal-awal dulu membuka kampung ini. Makanya wajar kalau di hari lebaran, tamu-tamu yang berkunjung seperti tidak ada habisnya. Gak enak dong rumah berantakan saat lebaran?

Nah, tahun ini pun demikian. Walaupun ada instruksi untuk lebaran di rumah aja, ibu tetap cuci hordeng, dibantu abah membersihkan kaca, kusen dan teralis. Bedanya, ibu gak saya biarkan untuk pindah-pindahin barang lagi. Biarlah beberapa tumpukan kardus dan buku tetap mengisi ruang tengah. Lagipula, gak ada tamu juga, wkwk.

Jadi, gak terlalu banyak pekerjaan di hari itu. Saya yang datang ke rumah ibu sudah agak siang pun masih bisa beberes dengan nafas teratur, hehe. Memasang gorden yang habis dicuci, menyetrika pakaian dengan santai (biasanya kalau lebaran gini, di rumah hanya menyetrika baju lebaran aja karena mendesak, haha), dan beberes printilan yang sekiranya bisa membuat rumah terlihat lebih rapi saja.

Untuk urusan masak memasak juga sama seperti tahun-tahun yang lalu. Menu lebaran pada umumnya. Ketupat (kali ini hanya buat 20 biji aja), rendang, sayur kuah santan, dan sambal (kali ini orek tempe karena kemarinnya ada saudara yang nawarin tempe beberapa papan).

Baca juga : Tips Meminimalkan Waktu Masak Ketupat

Ajaibnya, sebelum magrib semua masakan itu sudah matang! Paling hanya koreksi rasa karena kami semua berpuasa saat memasak. Saya dan ibu yang notabene bertahun-tahun masak beginian, hanya tertawa saja. Kok bisa ya sudah matang sebelum magrib? Adik-adik perempuan saya yang gak bisa mudik pun heran saat kami telepon, haha.

masakan lebaran
Suasana dapur rumah ibu saat malam lebaran

Jadi, selepas magrib, gak ada kegiatan berarti yang melelahkan seperti tahun-tahun sebelumnya. Sayangnya, gak ada takbiran keliling yang meriah kemarin. Padahal kalau ada takbir keliling, mungkin kami yang sudah santai ini bisa ikutan keliling.

Di tengah-tengah keheranan kami, ada satu kesimpulan yang kami tarik. Tahun-tahun sebelumnya, kami semua berkumpul. Ada anak-anak kecil juga, di rumah ramai. Jadi kerjanya gak beres-beres karena disambi bercanda dan mengobrol. Malah banyakan becandanya daripada kerjanya, hehe.

Tapi, serius saya agak sedih waktu masak-masak kemarin. Biasanya anak-anak perempuan ibu berkumpul, berbagi tugas dengan sendirinya. Saya beberes rumah area dalam, adik perempuan nomor 3 masak, ibu beberes di halaman, adik perempuan nomor 4 spesialis asisten bagi kami, hehe. Tapi kemarin, saya hanya ditemani mereka lewat video call.

Ah, semoga tahun depan masih diberi umur panjang dan bisa menikmati lebaran bersama lagi. Menikmati keseruan dan kesibukan menjelang malam takbiran.

Well, sepertinya cerita lebaran ini harus dilanjutkan di episode berikutnya. Kepanjangan kalau ditaro disini semua, hehe. Cerita dong kesibukan kamu sebelum lebaran tahun ini.

Tidak ada komentar: