Kali ini tentang mudik. Saya memang tinggal tidak jauh dari rumah orangtua. Masih satu kecamatan, satu kabupaten. Dengan mertua pun juga tidak terlalu jauh meski sudah beda kabupaten. Saya di Lampung Selatan, sementara mertua saya di Bandarlampung. Tapi tetap masih bisa ditempuh dengan berkendara selama kurang dari 1 jam perjalanan.
Dalam kehidupan saya, hanya 2 tahun saja saya merasakan euforia mudik yang benar-benar terasa jauh dan penuh perjuangan. Itu sudah lama sekali ya, sekitar tahun 2010-2011 lalu saat saya kerja di Palembang. Selama 2 tahun itu, saya sudah pernah merasakan berburu tiket kereta api yang waktu itu memang harus saya perjuangkan kalau ingin mudik.
Itu cerita dahulu kala, hehe. Sekarang, setelah saya kembali menetap di tanah kelahiran, bersuami dan menjalani kehidupan bersama keluarga kecil, saya tidak pernah lagi merasakan mudik dalam artian perjalanan jauh. Tapi kalau arti mudik adalah berkumpul di rumah orangtua selama lebaran, itu saya lakukan setiap tahunnya.
Sesuai dengan perjanjian, tahun ini lebaran hari pertama kami adalah di rumah orangtua saya. Ada yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Lebaran kali ini kami sudah bertiga, alhamdulillah. Ada si kecil yang tahun ini ikut 'mudik' juga.
Baca juga : Tips Mudik
Kalau tahun-tahun kemarin, mudiknya hanya berdua, gampang banget bebawaannya. Baju untuk lebaran dan beberapa baju untuk tidur. Selebihnya, ada baju cadangan di rumah orangtua masing-masing atau kalau kepepet ya balik ke rumah kami dulu, baru lanjut perjalanan.
Rupanya, punya anak kecil, apalagi yang masih berumur kurang dari 1 tahun, gak bisa semudah itu, hehe. Harus dan mau gak mau ya, bawa perlengkapan si kecil ini. Mulai dari baju-baju yang gak cukup dihitung sehari ganti hanya sekali. Peralatan mandinya, popoknya, dan peralatan makannya.
Jujur, saya masih suka salah perhitungan. Misalnya, seharusnya bawa baju lebih banyak karena siapa tahu bajunya basah berkali-kali, atau tiba-tiba harus menginap lebih dari yang direncanakan. Karena ya, belum tentu di rumah yang dikunjungi itu ada baju bayi kan? Kalau baju orang dewasa mungkin masih bisa pinjam punya saudara.
Akhirnya, sesi persiapan bawa baju dan perlengkapan si kecil ini selesai dengan hasil 1 tas besar dan tentengan 2 tas tangan. Dalam hati, ini baru punya anak satu ya, gimana adek saya yang sudah punya anak tiga, dan tinggalnya jauh melewati beberapa kabupaten dan provinsi, haha.
Lanjut ke riwehnya sebelum mudik ini. Saya tipe orang yang kalau harus meninggalkan rumah, apalagi menginap beberapa hari, rumah yang saya tinggalkan ini harus sudah bersih dan rapi. Tujuannya agar saat kami kembali, saya gak terlalu pusing melihat rumah berantakan. Paling hanya tinggal sapu-sapu atau membersihkan debu.
Jadi sebelum mudik, saya harus beberes dulu. Saya pastikan tidak ada cucian kotor yang menumpuk, peralatan makan dan masak yang tertinggal dalam keadaan kotor, dan lantai yang masih berminyak. Masalahnya adalah, suami saya belum libur sampai hari ini. Padahal kami niat untuk mudik hari ini. Si kecil gak mau ditinggal, dia sudah pintar bagaimana menahan ibunya agar terus bersamanya.
Alhamdulillah pertolongan datang. Adik-adik saya yang sudah duluan sampai rumah orangtua, say mintai tolong untuk jemput saya. Tapi sebelumnya, saya mintai tolong untuk bantu beberesan dulu, hehe. Enaknya punya saudara itu ya begini. Lumayan lah bisa selesai lebih cepat dan bisa mudik lebih cepat juga.
Walaupun gak merasakan mudik yang jauh dan perjalanan yang lama, tapi saya tetap bisa merasakan euforia mudik lebaran tahun ini. Ini cerita saya, gimana ceritamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar