12 Agustus 2023

Journey To Be A Mom

Prolog Untuk Kisah Panjang

Hai!

Ada label baru untuk tulisan di blog saya ini. Sesuai judul labelnya, Journey To Be A Mom, tulisan-tulisan di dalamnya akan berisi tentang perjalanan panjang saya untuk menjadi seorang ibu. Belum tahu juga sih, nantinya akan sebanyak apa, atau mungkin akan ada perubahan isi. Tapi untuk awalnya, ya berisi cerita aja.

Iya cerita aja, bukan tips apalagi tutorial untuk bisa jadi ibu, hehe. Ya karena saya memang belum pernah jadi seorang ibu dan ingin sekadar berbagi aja, siapa tahu ada pembaca dengan kondisi yang kurang lebih sama. Menanti cukup lama akan hadirnya seorang bayi. Kalau memang bisa menyemangati tentunya saya akan lebih bahagia.

Journey to be a mom
Journey to be a mom

Baiklah, ceritanya dimulai dari mana ya?

15 Agustus 2015

Tanggal yang cantik ya, 15-08-15. Itu tanggal pernikahan saya. Sudah lebih dari tujuh tahun lalu. Sejak saat itu dan bertahun-tahun berikutnya adalah masa penantian panjang yang isinya bermacam-macam. Pastilah ada senangnya, ada nangisnya, ada ngambeknya, ada rasa ingin menyerahnya.

Tapi kembali lagi, saya berfikir bahwa kehidupan pernikahan ya memang seperti itu. Gak seindah bayangan tapi juga gak seburuk apa yang ditakutkan. Tergantung sudut pandang aja. Semakin hari, harus jadi pembelajar aktif yang bisa memahami arah perjalanan rumah tangga ini mau dibawa kemana.

Sebelum menikah, saya sudah kebal dengan berbagai pertanyaan standar yang terdengar basi. Kapan wisuda, kapan bekerja, kapan menikah? Itu sudah saya lewati dengan berbagai macam rupa dan rasa. Jujurnya, saya memang melewati semua itu dalam waktu yang cukup lama, jadi lebih terasa aja.

Dan setelah menikah, muncul lagi pertanyaan pasaran yang kadang membuat perasaan orang jadi batu atau malah jadi debu. Kapan punya anak? Ya, kalau sudah menikah haruskah langsung punya anak? Kalau belum punya anak, memangnya belum sempurna pernikahannya? Atau kalau belum punya anak, memangnya tidak akan bahagia?

Tapi lagi-lagi, saya berusaha untuk cuek aja dan menanggapi pertanyaan itu dengan santai. Segala sesuatu itu pasti akan diberi di waktu yang tepat dan kala kita sudah siap. Gak dipungkiri memang, kadang saya ngebet banget pengen punya anak kalau lihat ada bayi menggemaskan atau kalau lihat baju-baju bayi yang lucu. Tapi ya seberapapun usaha saya, kalau Allah belum berkehendak ya gak akan mungkin saya hamil. Ya gak?

Teman-teman dan saudara saya juga banyak yang mengalami hal serupa. Sudah menikah bertahun-tahun, tapi belum juga punya keturunan. Jadi, saya merasa gak sendirian di dunia ini, haha. Kalau sudah begitu, biasanya saya bahagia lagi. Maksudnya saya gak mau ambil pusing perihal sesuatu yang gak bisa dipaksa.

Baca juga : Plis, Jangan Rusak Kebahagiaan Orang Lain

Waktu-waktu berdua dengan suami, saya isi dengan banyak hal. Bahkan ada yang bertanya, kalau berdua aja di rumah ngapain ya? Hehe, ya semau kami lah. Kadang ngobrol gak jelas, kadang nguprek di dapur bebuatan makanan, lebih seringnya main hp sendiri-sendiri, wkwk.

Kalau galau lagi, saya ingat aja hal-hal yang bisa membuat saya senang kembali. Misalnya, saya bisa pergi kemana saja tanpa ribet bawa perlengkapan anak-anak. Saya bisa tidur kapanpun saya mau tanpa harus begadang karena anak. Saya juga bisa lihat rumah hampir selalu rapi versi saya tanpa harus berkali-kali beberesan mainan anak. Simpel? Ya sesimpel itu.

Catatan, tapi hal ini bukan berarti saya menyebut bahwa orang yang memiliki anak itu tidak bisa kemana-mana lagi, tidak bisa rapi rumahnya, tidak bisa tidur sepuasnya dan lain-lain. Bukan gitu. Bahagia itu tidak ada standarnya lho ya, jadi saya gak berhak mengukur kebahagiaan menurut versi saya. Begitu juga sebaliknya.

Bagi saya, untuk apa memikirkan sesuatu yang belum saya dapatkan, tetapi tidak mensyukuri keadaan yang sekarang? Selagi masih berdua, nikmati aja momen kebersamaan ini. Selalu bulan madu, hanimun kemanapun dan kapanpun saya mau. And I did it! Banyak perjalanan menyenangkan yang saya lalui tanpa ada embel-embel bahagia dengan anak.

Trus, ada yang komentar, jalan-jalan terus gak mikirin mau punya anak apa? Haha, ya lagi-lagi tebalkan telinga dan kebaskan perasaan. Sudahlah, sebagian orang hanya bisa melihat satu sisi saja. Selalu dicari celah yang rawan untuk membuat seseorang kembali terpuruk.

Begitulah.

Btw, sudah kepanjangan ya prolognya? Hehe. Cerita perjalanan awalnya, di postingan selanjutnya aja kalau gitu ya!

Tetap semangat dan jangan lupa bahagia, wahai perempuan di dunia. Apapun keadaanmu, syukuri saja yang sekarang. Sesuatu yang belum ada dan diluar jangkauan kita, biar Allah aja yang atur.

See u next post!

Baca juga : Bagaimana Rasanya Jadi Ibu

3 komentar:

Ummu Khaira mengatakan...

Yeay.. aku udah baca❤️

Laela Awalia mengatakan...

Waaahh terimakasih ya Ummu Khaira, sudah mampir di blog ini

RN mengatakan...

bagus sekali bun