Judul : Indahnya Jika Dipanggil Bunda
Penerbit : Laksana
Tahun Terbit : 2018
Jumlah Halaman : 212
Jenis cover : Soft cover
Saya paling suka mengunjungi toko bayi. Selalu ada yang saya bayangkan ketika melihat baju-baju imut dan lucu terpajang di etalase atau di boneka-bonekanya. Ya, saya membayangkan betapa cantiknya bayi perempuan saya memakai baju merah muda berpita atau betapa kerennya bayi laki-laki saya memakai tuksedo lucu dengan dasi pitanya. Saya selalu membayangkannya sambil tersenyum dan berlama-lama di depan baju-baju itu. Saya tak peduli dengan pramuniaga yang menatap saya beberapa kali. Itu kesenangan tersendiri untuk saya. Mungkin dalam hati mereka bertanya kenapa. Dan jawaban yang keluar dari dalam hati saya adalah, karena saya belum memiliki anak. (Bagaimana Rasanya Jadi Ibu? - Laela Awalia).
Jadi, bagaimana rasanya jadi ibu? Pertanyaan ini sampai saat ini masih jadi pertanyaan yang paling membuat saya penasaran. Mungkin juga jadi pertanyaan beberapa orang yang ikut menulis dalam buku Indahnya Jika Dipanggil Bunda ini.
Menjadi ibu adalah hal yang paling ditunggu oleh sebagian besar perempuan yang sudah menikah. Belum lengkap rasanya kalau belum ada janin yang tumbuh dalam rahim, belum merasakan beratnya membawa perut besar kemana-mana, dan belum merasakan sakit seperti tulang yang diremukkan dalam satu waktu. Menjadi ibu juga adalah hal yang membahagiakan dalam pikiran banyak perempuan. Segala cara ditempuh untuk bisa hamil, melahirkan, lalu dipanggil ibu.
Tetapi skenario Tuhan bisa jadi tidak sama dengan apa yang manusia rencanakan. Adakalanya harus menuggu begitu lama dengan cibiran sebagian orang. Adakalanya langsung diberi tetapi harus melewatinya dengan tekanan psikologis atau sakit terlebih dahulu. Atau adakalanya memang harus dengan penyerahan diri seutuhnya pada Tuhan yang Maha Berkehendak.
Berbagai cerita itulah yang dirangkum dalam buku ini. Sebagian sudah berhasil melewatinya, sebagian lagi masih harus menunggu dan berjuang demi melihat sepasang mata mungil yang akan menatap matanya pertama kali ketika ia dilahirkan. Kisah-kisah ringan tapi mengharukan sekaligus menginspirasi banyak perempuan.
Dari buku ini, pembaca pun diajak berbagi pikiran untuk bagaimana seharusnya merespon perempuan yang tidak kunjung memiliki anak. Karena memang bagi mereka, pertanyaan yang terdengar biasa saja, bisa jadi luar biasa dan menyudutkan apabila dilontarkan dengan cibiran dan membanding-bandingkan.
Saya sendiri terharu dengan beberapa cerita di dalamnya. Ikut merasakan bahagia ketika ia telah berhasil melewati masa-masa penantian panjang. Ikut meneteskan air mata ketika saya menemukan kisah yang belum selesai. Dan, ikut menertawakan diri sendiri ketika saya merasa yang paling menyedihkan padahal masih ada orang lain yang lebih berat ujiannya daripada saya.
Buku ini sangat bisa dijadikan hadiah bagi perempuan yang masih berjuang demi lahirnya sang buah hati. Dari segi fisik, buku ini menggunakan soft cover yang membuatnya ringkas dan bisa dibaca dimanapun. Kertas isi yang tidak terlalu putih membuat mata tidak cepat lelah.
Oke, selamat membaca ya! Oia, di buku itu juga ada tulisan saya lho (*gak penting ya, hihi)
Baca juga : Mencitrakan Presiden Dalam Mata SBY (Selalu Ada Pilihan)
Baca juga : Mencitrakan Presiden Dalam Mata SBY (Selalu Ada Pilihan)
4 komentar:
Buku yg menarik nampaknya. Menjadi ibu adalah dambaan setiap wanita. Dan memang menjadi ibu itu rasanya nano2. Ada bahagia, lelah, stres, tp semua bermuara pada kematangan emosi dalam fase hidup seorang wanita.
Iya tampaknya demikian, mba Wenny... terimakasih sudah berkunjung di blog ini :-)
Salah satu wishlist baru. Jadi makin penasaran.
Iya mba Afifah.. sila dibaca untuk teman ngeteh di sore hari :) terimakasih sudah mampir di blog ini
Posting Komentar