17 Februari 2022

Cerita Awal Masuk Hotel

Halo!

Sudah lama gak posting, apa kabar ini blog ya? Sudah muncul sawang belum? Haha. Kali ini saya mau sedikit cerita tentang bagaimana awalnya saya bisa bekerja di perhotelan. Hm, sudah hampir sepuluh tahun yang lalu ya. Oke, ini dia ceritanya!

Sebelum resmi bergabung dengan hotel tempat saya bekerja, ada beberapa tes masuk yang harus saya lalui bersama banyak orang pelamar yang lolos tahap administrasi awal. Oh iya, saya masukin lamaran ini agak sedikit iseng sih, karena waktu itu baru resign dan pulang dari Palembang, lihat ada lowongan kerja yang deket banget dari rumah, bismillah aja masukin lamaran.

Hotel ini baru direnovasi dan dikelola dengan manajemen yang baru. Cabang dari hotel syariah yang ada di Jakarta. Jangan bayangkan hotel besar dengan fasilitas kolam renang, tapi untuk sekelas kabupaten, hotel ini terbilang bagus dan bersih.

Hotel Bandara Sofyan
Coba tebak, saya yang mana? 

Balik lagi ke awal tes masuk. Hari pertama tes tertulis, saya lihat ada mungkin sekitar 30 atau 40 orang di ruangan. Tesnya standar, berupa tes pengetahuan umum dan tes kepribadian. Gak terlalu tegang juga sih, saya bawa santai saja. Beberapa hari kemudian, saya dinyatakan lulus tes tulis dan bisa lanjut untuk tes wawancara dengan pihak manajemen pusat.

Dari 30 atau 40 orang yang ikut tes tulis sebelumnya, kini sudah berkurang hampir separuhnya. Walaupun saya sudah pernah tes wawancara sebelumnya, tetap saja saya merasa sedikit gugup. Di dua tempat terpisah, duduk menanti beberapa orang laki-laki paruh baya yang katanya dari manajeman pusat. Saya tidak punya gambaran, pertanyaan apa yang akan muncul karena saya benar-benar tak punya pengetahuan tentang perhotelan.

Baca juga : Menggali Kenangan di Kota Ampera

Giliran saya tiba. Pertama, saya berhadapan dengan seorang bapak yang agak lebih muda dari yang lainnya. Pertanyaan yang diajukan ringan, tentang pengalaman bekerja saya sebelumnya. Caranya mewawancarai saya juga gak terlalu kaku, malah lebih ke arah ngobrol biasa.

Selanjutnya, saya dialihkan kepada seorang bapak yang tampaknya paling senior. Kali ini pertanyaan yang diajukan lebih ke negosiasi hak dan kewajiban apabila sudah bergabung dengan hotel. Saya mulai berhitung dan idealis saat itu. Dengan kebutuhan yang saya lebihkan sedikit, saya menyebutkan nominal yang di kemudian hari saya tahu itu terlalu tinggi, haha.

Pada akhir sesi tes wawancara, kami diberitahukan untuk menunggu hasilnya beberapa hari kemudian. Karena waktu itu belum ada ponsel secerdas sekarang, bayangkan saya masih pakai hp poliponik dan hanya bisa telepon dan sms, haha. Makanya ada satu kisah agak lucu yang saya alami.

Dulu, ada fitur hp dimana ketika hp sedang tidak aktif dan ada yang menelepon, maka akan ada pemberitahuan panggilan terlewat saat hp diaktifkan kembali. Nah, itu yang saya alami. Ada nomor tak dikenal yang menelepon saya dua kali saat hp saya tidak aktif. Saya telepon kembali dan rupanya itu adalah panggilan untuk kesepakatan pra kerja yang sudah terlewat sehari kemarin, haha.

Untungnya, pihak manajemen masih baik pada saya. Saya dibolehkan datang keesokan harinya untuk menemui manajer yang standby disana. Yah, saya datang sendirian dan celingak celinguk macam orang hilang. Tentu saja tidak ada satu orang baru yang akan bergabung disana karena mereka sudah berkumpul kemarin.

Pertemuan pertama saya dengan manajer baru disana yang saya ingat hanya seputar ditanya tempat tinggal, waktu tempuh menuju hotel dan keseharian. Juga tentu saja posisi yang akan saya tempati. Front Office, bagian terdepan sebelum tamu check in. Ringan dan hanya sebentar. Saya sempat berfikir selintas saja, oh ini tho yang jadi manajer hotel disini. Masih muda dan enerjik. Di kemudian hari, dia adalah orang yang benar-benar mengayomi kami sesama anak baru dan berhasil membuat 4 orang perempuan menjadi geng 4 Kijang. Tunggu ceritanya ya!

ooo

Melangkah keluar dari area parkir hotel yang masih direnovasi kala itu, saya terus berdoa. Semoga di tempat baru ini, saya bisa menemukan kebahagiaan dan warna lain dalam pengalaman hidup saya. Bismillah aja, semoga pekerjaan ini jadi berkah untuk saya dan keluarga.

 

2 komentar:

redha mengatakan...

muncul sawang? bahasa sehari-hari banget yang dipakai, ini yg buat saya menahan senyum

Laela Awalia mengatakan...

@redha
Haha, gk usah ditahan senyumnya. Senyum aja, klo perlu ketawa ya monggo ketawa hehe.