28 Oktober 2021

Mitigasi Perubahan Iklim Dari Rumah

Halo!

Kalian merasa gak sih kalau belakangan ini cuaca mudah sekali berubah? Perubahannya juga cukup ekstrim. Kalau dingin bisa sampai kedinginan dan kalau panas, rasanya terik menyengat. Padahal dulu rasanya gak begini. Ditambah lagi sudah beberapa kali bencana melanda. Beberapa daerah banjir padahal di daerah lain malah kekurangan air.

Mitigasi perubahan iklim
Mitigasi Perubahan Iklim Dari Rumah

Cuaca ekstrim juga seringkali terjadi. Tidak usah jauh-jauh, di tempat saya tinggal sendiri pun begitu.  Pagi panas menyengat, siang hari tiba-tiba hujan petir dengan suhu udara yang masih panas. Apakah bumi sedang tidak baik-baik saja?

Beberapa artikel yang saya baca, cuaca ekstrim, banjir, dan kekeringan bisa jadi merupakan dampak dari adanya perubahan iklim. Kok iklim bisa berubah?

Perubahan Iklim

Bumi sebagai tempat manusia hidup memang diciptakan sempurna. Air bersih dan dapat diminum. Cahaya matahari hangat dan menghidupkan tumbuhan. Juga oksigen melimpah yang dapat dihirup dengan normal tanpa bantuan alat apapun.

Kenyamanan bumi sebagai tempat tinggal makhluk hidup tidak lepas dari peran komponen-komponen gas dalam atmosfer yang mengelilingi bumi itu sendiri. Gas Rumah Kaca yang terdiri dari karbon dioksida, metana, nitrogen, dan gas lain yang memang secara alami berperan dalam menjaga suhu bumi tetap hangat.

Fungsi gas rumah kaca
Gas Rumah Kaca

Tapi nyatanya, komponen gas-gas itu dapat berubah seiring berjalannya waktu. Itulah yang dapat menyebabkan iklim bumi berubah dan berdampak pada kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang hidup di atasnya. Penyebabnya bisa karena faktor alam itu sendiri atau dari manusia yang tinggal di bumi.

Faktor alam sendiri misalnya letusan gunung berapi dahsyat yang menyemburkan berbagai material dan senyawa kimia ke atmosfer. Masih ingat dengan letusan gunung krakatau tahun 1883 silam? Letusan gunung ini dikabarkan sempat merubah iklim di beberapa belahan dunia dan menyebabkan turunnya suhu bumi sehingga musim dingin lebih panjang daripada musim panas.

Sementara itu, manusia yang tinggal di bumi pun juga bisa menyebabkan perubahan iklim. Wah!

Manusia, Perubah Iklim

Sadar atau tidak, berbagai kegiatan manusia di bumi juga dapat menyebabkan perubahan komponen di atmosfer, baik secara langsung atau tidak langsung. Banyaknya kegiatan industri yang membuang limbah gas beracun, pembakaran hutan yang menghasilkan banyak gas karbon dioksida, penumpukan sampah yang menyumbang gas metana atau pemupukan tanaman yang terlalu berlebihan sehingga konsentrasi gas nitrogen semakin meningkat.

Penyebab perubahan iklim
Penyebab perubahan iklim

Meski pada dasarnya Gas Rumah Kaca itu diperlukan untuk menjaga suhu bumi tetap nyaman, namun kalau sudah berlebihan akan berdampak buruk bagi makhluk hidup yang ada. Efeknya bisa mengakibatkan peningkatan suhu bumi yang biasa disebut dengan pemanasan global.

Hm, mulai menemukan benang merah kan ya kenapa belakangan ini suhu udara terasa lebih panas dari yang pernah dirasakan beberapa tahun silam. Kalau seperti ini terus, akan jadi sepanas apa bumi kelak?

Langkah Mudah Upaya Mitigasi Perubahan Iklim

Yup! Tidak usah membayangkan upaya yang terlalu berat. Cukup langkah kecil yang dimulai dari diri sendiri dahulu dan yang terpenting cukup mudah dilakukan. Sebagai seorang perempuan yang kesehariaannya banyak di rumah saja, saya biasa melakukan beberapa hal ini

1. Gaya Hidup Minim Sampah

Tidak mudah memang hidup tanpa menghasilkan sampah, baik sampah organik maupun anorganik. Tetapi bukan tidak bisa untuk meminimalkannya. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sebagai upaya untuk hidup minim sampah.

Pertama, kurangi pemasukan sampah dari luar. Biasanya sampah ini berasal dari kantong plastik belanja, wadah makanan, atau kemasan produk yang kita beli. Nah, mulai sekarang, coba deh untuk membawa kantong belanja sendiri dari rumah ketika bepergian. Walaupun awalnya gak niat belanja, terkadang dalam perjalanan, ada saja barang yang terpikirkan untuk dibeli. Entah buah-buahan atau kebutuhan dapur yang baru ingat persediaannya sudah habis.

Gaya hidup minim sampah
Gaya hidup minim sampah

Memang tidak mudah, kadang juga lupa bawa kantong belanja dari rumah dan terpaksa pakai plastik dari tokonya. Kalau sudah begitu, bisa disiasati dengan tidak langsung membuang kantong plastik yang masih bersih. Bisa disimpan dahulu untuk dipakai saat belanja berikutnya. Jadi, walaupun tetap pakai kantong plastik, tapi minimal tidak menambah sampah di rumah.

Kedua, habiskan makanan dan minuman yang kita makan. Caranya ambil dalam porsi sedikit lebih dulu, kalau dirasa kurang, bisa nambah lagi. Saya sering miris kalau lihat orang makan di tempat pesta. Seringkali bersisa dan seperti malu kalau makanan di piringnya habis bersih. Padahal, kebiasaan menghabiskan makanan bukan aib kan?

Meskipun sampah organik dapat terurai dengan cepat, namun rupanya sampah organik dari rumah tangga ini menyumbangkan gas metana dan karbondioksida dalam jumlah yang besar lho. Jadi, yuk habiskan makanan dalam piring demi meminimalkan sampah ini. Aksi kecil kan tapi percayalah akan berdampak besar jika banyak yang melakukannya.

Ketiga, mengelola sampah yang dihasilkan. Nah, kalau memang harus ada sampah yang dihasilkan, bisa dikelola sebisa mungkin. Memilah sampah sesuai dengan jenisnya adalah hal paling mudah yang bisa dilakukan di rumah. Apalagi kalau masih dalam skala kecil, rumah tangga sendiri. Saya biasa memulainya dengan menyediakan dua tempat sampah. Bisa juga satu kotak sampah dengan dua sekat. Satu untuk sampah organik, dan satu lagi untuk sampah anorganik seperti plastik.

Sampah organik dapat dengan mudah terurai dengan sendirinya, apalagi kalau hanya sedikit. Bisa juga dibuat kompos dan dijadikan pupuk alami. Sementara, sampah anorganik seperti plastik, butuh waktu sangat lama untuk terurai. Bahkan ketika dibakar pun, residunya tidak hilang begitu saja.

Biasanya, saya mengumpulkan kardus, kaleng bekas atau botol kaca untuk siapapun yang membutuhkan. Bisa dikasihkan ke pemulung atau didaur ulang jadi barang lain yang lebih bermanfaat.

Baca juga : 5 Hal Yang Bisa Dilakukan Untuk Meminimalisr Sampah Plastik

2. Hemat Listrik

“Saya sudah bayar listrik sendiri kok, jadi pakainya suka-suka saya dong!”

Pernah dengar omongan seperti itu? Hm, pengen diapain tuh orang? Hehe. Ini bukan perkara seberapa mampunya kita membayar listrik, tetapi perkara emisi gas yang dihasilkan. Untuk menghasilkan energi listrik, perlu proses panjang yang meliputi pembakaran bahan bakar dari fosil. Nah, proses pembakaran inilah yang menghasilkan gas CO2 yang dapat menyebabkan pemanasan global.

Hemat listrik bisa dilakukan dengan mematikan lampu atau alat elektronik yang tidak dipakai, mencabut kabel yang tidak terpakai dari saklar, dan menggunakan alat elektronik yang hemat energi. Sebagai ibu rumah tangga, pastinya juga terbiasa teliti dalam membeli barang-barang elektronik. Sebisa mungkin mencari barang yang hemat konsumsi listriknya.

Save the earth
Save the planet

Oh iya, saya juga terbiasa untuk membuka jendela agar sirkulasi udara dalam rumah tetap segar, jadi bisa mengurangi penggunaan kipas angin atau AC dalam ruangan.

3. Hemat Air

Sejalan dengan hemat listrik, hemat air juga bisa dilakukan sebagai upaya mitigasi perubahan iklim dari rumah. Dengan menghemat air, otomatis saya juga akan menghemat energi listrik yang digunakan untuk memompa air itu.

Mudah kok untuk memulai menghemat air dari rumah sendiri. Misalnya saat mencuci tangan atau mencuci piring, usahakan menggunakan aliran air secukupnya dari kran. Selalu tutup kran sementara menggosok gigi atau tidak membiarkan kran terbuka semalaman untuk mengisi bak kamar mandi.

Baca juga : Hujan Asam? Wah, gawat!

Air bekas cucian beras atau cucian sayuran juga biasa saya manfaatkan untuk menyiram tanaman. Sedangkan air cucian pakaian bisa dimanfaatkan kala sedang membersihkan area kamar mandi. Terlihat sepele sih ya, tapi cukup menghemat air, listrik, dan tentu saja efek jangka panjangnya menjaga bumi.

4. Berkendara Secara Bijak

Emisi gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kendaraan juga dapat meningkatkan efek gas rumah kaca di atmosfer. Maka tidak heran ya, semakin banyak kendaraan yang berlalu lalang dan hidup, semakin panas suhu udara di sekitarnya.

Berkendara memang memudahkan kegiatan manusia, tetapi alangkah baiknya jika kita bisa bijak dalam menggunakannya. Kalau masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik sepeda, kenapa harus naik kendaraan bermotor?

Bijak dalam berkendara juga bisa dilakukan ketika akan bepergian bersama. Lebih baik naik dalam satu kendaraan daripada membawanya masing-masing kalau memang punya tempat tujuan yang sama. Bisa juga dengan menggunakan transportasi umum. Selain dapat mengurangi kemacetan karena banyaknya jumlah kendaraan, polusi udara dan emisi gas buang kendaraan juga dapat berkurang.

Beberapa langkah kecil dari rumah itu memang terlihat sepele dan ringan ya. Tapi coba bayangkan kalau setiap orang melakukannya secara terus menerus. Seperti kata pepatah, ‘Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit’, hal-hal sederhana akan menghasilkan efek yang besar nantinya.

untukmubumiku
#UntukmuBumiku

So, it’s #TimeforActionIndonesia! Jangan mengaku pemuda Indonesia kalau tidak memulai perubahan meski dengan langkah yang kecil dahulu. Di hari Sumpah Pemuda ini, saya selaku #MudaMudiBumi turut bersumpah untuk selalu berusaha komitmen dengan langkah-langkah kecil saya dalam menjaga bumi tetap sehat. Dengan gaya hidup minim sampah, hemat listrik, hemat air, dan bijak dalam berkendara, ini sumpahku #UntukmuBumiku.

Bagaimana dengan sumpahmu untuk bumi?

2 komentar:

Dewi Rieka mengatakan...

Setuju dengan tipsnya, langkah sederhana pun berpengaruh pada kelestarian lingkungan

Laela Awalia mengatakan...

@Dewi Rieka
iya mba, sesuatu yang besar dimulai dengan langkah yang kecil dulu dan dari diri kita sendiri dulu