Maaf.
Sebenarnya, aku malu menulis surat ini kepadamu,
tapi perasaan malu itu akhirnya terkalahkan dengan perasaan paling
fitrah yang ternyata ada pada hatiku. Perasaan fitrah bahwa aku
menyayangimu, sesungguhnya aku menyayangimu.
Mungkin aku
bukan seorang teman yang baik untukmu, dan sebagai seorang perempuan,
aku kurang peka terhadap perasaanku sendiri atau perasaanmu. Aku tak
benar-benar tahu apa yang ada dalam hatimu tapi setidaknya aku bisa tahu
apa yang kau rasakan jika saja aku adalah seorang perempuan yang peka.
Begitu
tidak pekanya aku hingga bisa membuatmu merasa terabaikan dan merasa
sepi, padahal kita berada dalam satu lingkaran. Begitu tidak pekanya aku
hingga tak bisa melihat hujan yang turun deras di hatimu, padahal
mendung itu sejatinya sudah menggantung ketika kita saling sapa. Begitu
tidak pekanya aku hingga diamnya kau, kuanggap sebagai pembawaan dirimu.
Dan
kini, ketika kau benar-benar menangis dalam wajah tundukmu, aku tahu
bahwa aku benar-benar bukan teman yang baik bagimu. Maafkan aku, Sephia.
Temanmu,
Ram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar