Aku seperti de javu kali ini. Kembali mengulang kejadian
yang rasanya pernah kualami dulu. Mungkin tepatnya bukan kejadian yang
terulang, tapi perasaan dan emosi yang terulang. Tapi tetap saja, rasanya aku
pernah mengalami ini semua sebelumnya, dulu.
Mengingat rasa yang pernah hinggap dalam diriku, seolah aku
memasuki lorong waktu dalam sekejap. Seperti doraemon yang dengan mudah terbang
ke masa yang ingin dimasukinya. Aku seperti itu. Baiklah, akan kuceritakan
sepenggal kisah sedikit tentang diriku di masa yang dulu, yang membuatku kini
merasa de javu atas perasaan itu.
Aku pernah menangis, merasa dunia benar-benar sepi dan aku
sendirian di antara banyak manusia di sekelilingku. Aku juga pernah merasa iri,
mempertanyakan apakah ada yang salah denganku hingga aku sendiri yang harus
merasakan keirian atas orang-orang yang telah mendahuluiku dalam banyak hal.
Lalu aku menangis setelah sekian lama aku berusaha untuk menguatkan hati dan
mencoba tidak berprasangka buruk pada siapapun.
Tapi perasaan yang terlalu dalam dan mungkin hatiku sendiri
yang terlalu lemah untuk menghadapi semuanya, membuatku hampir putus asa dan
tak tahu harus bagaimana lagi. Lalu aku pun diam. Menangis. Sendirian.
Merenung. Mungkin memang sudah jalanku seperti itu. Dan ketika aku menemukan
diriku berpasrah atas segala hal setelah kulakukan yang menurutku terbaik yang
bisa kulakukan, keajaiban datang tiba-tiba.
Sesuatu, entah apa seolah seperti menghapus air mataku,
mengajakku bediri kembali dan menatap ke arah yang lebih lapang. Bahwa semua
hal yang kualami telah mengajarkanku kebijakan. Tidak ada masalah yang tak bisa
dipecahkan. Tidak ada beban yang tak sanggup dipikul. Tidak ada air mata yang
tak bisa dihapus. Dan tidak ada hari yang selamanya mendung.
Begitulah keajaiban telah membawaku pada sebuah perenungan.
Bahwa hidup ini terus berputar dan akan ada saat dimana kita jatuh dan ada saat
dimana kita bangkit kembali.
Hingga hari ini ada.
Aku merasa de javu. Merasakan kembali emosi yang sama
seperti dulu. Perasaan jatuh dan terpuruk. Tapi kali ini, mungkin aku tak akan
menangis sekeras dulu karena aku pernah merasakan ini hingga aku merasa lebih
kuat menghadapinya. Aku masih bisa tersenyum meski kadangkala terlalu
dipaksakan. Aku masih bisa tertawa meski terkadang terlalu kering. Aku masih
bisa bercanda meski terkadang terlalu mengada-ada. Dan aku masih bisa
mengatakan pada orang-orang di sekelilingku bahwa aku bahagia masih bisa
menjalani hidup ini.
Bukankah sebuah ujian itu akan bisa menguatkan kita di
kemudian hari? Begitulah, dan aku merasa lega masih bisa menulis ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar