Horeee...
jalan-jalan lagi. Kali ini ke Belitang, tepatnya di desa Yosowinangun BK 11 OKU
Timur. Baru pertama kali kesini dalam rangka nganter ade yang sudah punya
keluarga kecil.
Perjalanan
dimulai malam hari sekitar pukul 21.30 dengan mobil teman. Belum ada yang bisa
dilihat dalam perjalanan malam karena gelap dan ngantuk. Sebagian juga memang
sudah pernah kulewati waktu perjalanan Palembang-Lampung. Tapi kali ini, kami
melewati jalan Raya Lintas Tengah, yang melewati Kotabumi, Bukit Kemuning,
kemudian Martapura, dan sampailah ke Belitang. Perjalanan yang lumayan melelahkan,
khususnya bagi sang supir yang rela gak tidur semalaman untuk mengantarkan kami
sampai kesana, hehe.
Sampai di Belitang, hari masih sangat pagi sekitar pukul
04 dini hari. Karena kondisi sudah lapar, maka kami mampir dulu di warung kecil
pinggir jalan (sudah muter-muter cari tempat yang agak enakan, tapi gak ketemu,
sebagian belum buka atau malah habis sekalian). Aku cuma makan semangkuk mi
instan pake telur karena belum nafsu makan nasi. Setelah perut terisi, kami
kembali menelusuri jalan yang masih gelap menuju rumah keluarga ade ipar. Ternyata
gak jauh dari tempat kami makan.
Subuh merayap
perlahan hingga terang. Ngantuk dan cape ternyata lebih menguasai kami, jadilah
kami istirahat dan belum bisa keliling lihat-lihat suasana sana.
Mancing Mania, haha |
Sebenarnya, suasana disana tidak jauh berbeda
dengan suasana di kampungku. Gaya bangunan rumah masih sama, tapi yang sangat
berbeda adalah pemandangan diluar rumah. Sepanjang perjalanan, hampir di setiap
rumah memiliki kolam besar tempat beternak berbagai macam ikan, atau kalau
sebutan disana adalah ‘Balong’. Luasnya cukup buat aku ternganga. Kalau ada
lomba renang disana, kayaknya bisa deh, hehe.
Sebagian besar,
balong-balong disana diisi dengan ikan bawal, nila, dan mas. Saking melimpahnya,
warga disana sampai bilang sudah gak doyan lagi sama ikan. Hm, kalau aku sih
memang jagonya makan masakan ikan, hehe. Tergiur dengan ajakan keluarga disana
untuk memancing, ibu pun coba-coba deh mancing. Umpannya? Cuma sepotong kue
apem! Wah, ikan sana doyan juga ya kue legendaris gitu hehe.
Tapi, namanya
juga newcomer di dunia pemancingan, ibu Cuma berhasil menarik seekor ikan
kecil. Gak apa lah J
Balong dan Sawah |
Di samping balong jumbo, ada pemandangan yang
menyejukkan mata. Hamparan sawah hijau nan sejuk menyergap kami, juga masih ada
balong lain yang lebih besar lagi. Rasanya benar-benar ada di pedesaan seperti
syair lagu anak-anak jaman dulu. Rasanya kalau gak mengabadikan pemandangan
ini, bakal rugi deh. Belum tentu bisa kesini lagi dengan momen yang sama kan?
Baca juga : Roadshow to South Sumatra
Setelah puas
menyegarkan mata dengan pemandangan alam, kami pulang. Rupanya ibu masih pengen
jalan-jalan ke tempat yang sekiranya bisa dapat oleh-oleh untuk orang di rumah.
Secara, ada dua ade yang ditinggal di rumah. Namanya ibu-ibu, maka yang dicari
adalah pasar. Tersebutlah pasar Gumawang, gak terlalu jauh dari rumah. Maka,
berangkatlah kami kesana. Sebenarnya, aku agak malas pergi ke pasar. Dalam pikiranku,
dimana-mana pasar itu sama aja. Mungkin yang berbeda adalah bahasa lokal dan
harganya. Tapi ya ikut saja deh, hitung-hitung jadi tau daerah sana juga.
Umang-Umang Belitang |
Suasana sendu
sangat terasa ketika kami akan pulang kembali ke Lampung tanpa keluarga kecil
(adik perempuanku, suaminya, dan si kecil Aim). Apalagi ibu, air matanya
seperti hujan yang turun sore itu. Melankolis banget deh!
Pulang, melewati rute yang sama tapi dengan
suasana berbeda. Kali ini masih bisa
kelihatan tempat semalam yang kami lewati. Tugu BK 11 jelas terpampang saat
kami keluar dari gangnya. Nama BK 11 ternyata adalah kepanjangan dari Bendungan
Komering. Angka 11 didapat dari urutan bendungan. Dari informasi yang kudapat,
ada sekitar 30 bendungan disana. Jarak antara 1 bendungan ke bendungan lainnya
lumayan jauh, jadi aku bisa bayangkan betapa luasnya bendungan ini.
Keluarga di Belitang |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar