Perjalanan diawali dari kota Palembang, tempat aku tinggal sekarang. Suasana pagi yang masih sejuk membuatku sangat bersemangat mengawali perjalanan yang kata ketua rombongan sih akan melewati beberapa kampung kecil yang masih sangat alami.Sebenarnya tujuan perjalanan kami adalah ke Lubuk Linggau, sekitar 8 jam perjalanan dengan kereta api dari Palembang. Melewati daerah Sekayu, tak ada yang terlalu istimewa dengan topografinya kecuali jalan raya yang kecil dan dikelilingi oleh hutan. Aku bisa bayangkan kalau melewati jalan ini pada malam hari, pasti akan sangat-sangat gelap!
Kami sampai di Lubuk Linggau sekitar pukul 17.00. Kelelahan selama dalam perjalanan terbayar dengan suasana yang bisa kubilang unik. Perumahan tempat kami bermalam –kami bermalan di rumah kerabat- masih dalam tahap pembangunan. Yang uniknya, masih ada sungai di belakang perumahan itu! Karena air sumur disana memang agak keruh, maka orang-orang sana lebih senang mandi dan mencuci pakaian di sungai.
Untuk mencapai sungai itu, kami harus berjalan kaki sekitar 10-15 menit dari perumahan. Kerikil kecil dan batu sungai yang bertebaran di sepanjang jalan, membuat kakiku serasa diterapi. Di kanan-kiri jalan setapak itu masih tumbuh pohon-pohon perdu dan tumbuhan paku-pakuan. Belum lagi suara burung dan jangkrik yang saling bersahut. Asli alami banget!
Dua hari mandi di sungai rasanya tubuh benar-benar segar. Air sungai yang mengalir melewati celah-celah batu besar menciptakan riak-riak air yanng menjadi semacam spa air bagi tubuhku. Hm, betapa ingin berlama-lama disana.
Kalau saja aku bisa libur beberapa hari dari aktivitas kerja sehari-hari, aku pasti masih betah berlama-lama di Lubuk Linggau. Sayangnya, aku harus kembali beraktivitas di Palembang. Makanya dua hari di Lubuk Linggau sementara sudah cukup untuk sekedar singgah melihat panorama alam disana.
Saatnya pulang ke Palembang. Kali ini, kami tidak lagi melewati Sekayu seperti pada keberangkatan kami sebelumnya. Kami melewati daerah Empat Lawang, Lahat, dan Pagar Alam.
Rupanya, jalan yang kami lewati jauh lebih berkelok-kelok daripada jalan di daerah Sekayu. Asli bikin kepala pusing dan perut mual. Jalan raya yang kecil dan di kanan-kirinya masih hutan dan jurang curam membuat mobil kami harus berjalan lebih lambat. Dari satu kampung ke kampung lain dibatasi oleh hhutan yang masih sangat alami.
Ada yang unik di Kabupaten Musi Rawas. Walaupun rumah-rumah disini masih sangat
Di Lahat, lain lagi keunikannya. Disini terdapat sebuah gunung yang menurutku mirip candi Borobudur. Tapi, kata orang-orang sih bentuknya mirip telunjuk.
1 komentar:
Hmmm perjlanan yang cukup melelahkan pasti.. tapi boleh di coba ...juga ,..jadi pengen touring ke sana...^_^
Posting Komentar