Halo semuanya!
Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin cerita dari perjalanan saya ini,
tapi entah kenapa selalu ada alasan yang tidak bisa diterima
untuk menunda-nunda dan akhirnya kebalap sama cerita lainnya, hehe. Karena
memang setiap perjalanan saya pasti sudah saya siapkan foto-foto untuk
mengabadikan cerita itu. Sayang kan kalau sudah sengaja dikumpulkan fotonya
tapi tidak ditulis?
Baiklah, kita awali dengan...
Yeaayyy!!! Ke Bandung lagi! Ini sudah ke tiga kalinya saya ke kota yang
terkenal dengan nama Paris Van Java nya itu. Pertama kali dulu ke Bandung waktu
saya sempat jadi anak rantau. Ceritanya ada disini. Waktu itu saya pun
berjanji akan kembali kesana lagi, entah untuk liburan atau mungkin ada tugas
dari tempat saya bekerja, atau apapun itu. Dan benar saja, untuk kedua kalinya
saya mengunjungi kota Bandung lagi. Masih dengan teman yang sebagian sama
dengan waktu pertama kali ke Bandung. Ceritanya ada disini.
Dua kali ke Bandung dan tidak pernah sendirian, kali ke tiga ini saya harus
sendirian. Setelah beberapa tahun tidak kesana dan memang tidak pernah bisa
hafal nama jalan dan bagaimana menuju kesana, saya harus beranikan diri. Kali
ketiga ini saya ada tugas dari tempat saya bekerja (sudah beda tempat kerja).
Pertemuan antara Dinas Pariwisata Lampung dengan Dinas Pariwisata Jawa Barat,
juga ada acara Table Top. Kebetulan saya yang ditunjuk untuk berangkat kesana.
Sempat deg-degan sih karena takut nyasar (haha, jaman sekarang kok masih
bisa nyasar!). Karena memang jatahnya hanya sendirian dari kantor, ya sudahlah
mau dibilang apa lagi. Mau ngajak Mamas tapi gak bisa karena harus izin dan
belum tahu di Bandung juga bisa nginap berdua atau sendiri-sendiri (sudah yakin
sih bakal gak sendirian di kamar). Mulailah saya mempersiapkan apapun yang
harus dibawa untuk acara itu. Dari mencari tiket pesawat sampai penginapan
sebelum acara. Alhamdulillah semua bisa saya dapatkan dengan mudah.
Karena acaranya akan dimulai pagi hari, maka saya memutuskan untuk
berangkat sehari sebelumnya. Saya tidak tahu keadaan di Bandung, juga takut
kalau-kalau pesawat delay atau jalanan macet. Saya dapat tiket pesawat siang
dan untuk kepulangan dari Bandung sengaja pilih yang siang juga, biar ada waktu
untuk sekedar jalan-jalan dan mungkin cari sedikit oleh-oleh. Tinggal
penginapannya untuk malam sebelumnya yang memang tidak ditanggung oleh panitia.
Untung ya hidup di jaman yang serba digital. Pesan tiket, pilih penginapan,
cari transportasi, apapun tinggal klik sana sini. Begitulah saya mencari
penginapan. Karena saya tidak tahu jalan, maka saya mencari tempat penginapan
yang paling dekat dengan hotel untuk acara keesokan paginya. Sebenarnya bisa
pesan di hotel yang sama, tetapi lumayan mahal untuk sekedar bermalam sebelum
acara.
Saya mencari di satu situs pemesanan kamar yang sudah saya percayai dan beberapa kali pun saya pesan di situs itu. Namanya Airy Rooms. Disini, saya bisa dengan mudah mendapatkan tempat menginap yang sesuai budget dan tentunya sesuai kenyamanan saya. Salah satunya yang waktu itu saya pilih adalah Airy Riau Progo 6, Bandung. Saya memilihnya karena memang dekat dengan hotel tempat acara saya berlangsung, dan juga saya melihat foto-foto dan review yang masuk kategori bagus menurut saya.
Kamar yang akan saya tempati waktu itu (foto by Airy Room) |
Pesan di Airy Rooms sangatlah mudah. Dari PC maupun aplikasi pada ponsel, sama-sama mudahnya. Tinggal isi saja daerah mana yang akan kita tuju. Nanti Airy Rooms akan menyuguhkan banyak pilihan hotel yang sesuai dengan keinginan kita. Bisa berdasarkan kepopuleran hotel, atau menurut harga, atau menurut kategori bintang.
Menu awal masuk ke Airy Rooms |
Kalau ditanya kenapa saya memilih Airy Rooms, jawabannya sudah pasti karena saya merasa ada jaminan kenyamanan dari Airy Rooms atas kamar yang saya pesan. Dari segi fasilitas, Airy Rooms menjamin sudah tersedianya amenities, toiletries, dan fasilitas penunjang seperti telepon, akses internet, kamar mandi dengan air panas dan dingin, dan lain-lain.
Jaminan keanyamanan Airy Rooms |
Tinggal isi formulir ini untuk pemesanan dan langsung bisa lanjut ke pembayaran |
Untuk proses pemesanan hingga pembayaran pun, sangat mudah. Bisa bayar melalui transfer e-banking, ATM, ataupun ke minimarket terdekat. Setelah selesai pembayaran, voucher saya segera terbit. Jadi kapan aja bisa dapat hotel sesuai keinginan lewat Airy Rooms.
Saya lega setelah tiket pesawat dan voucher hotel sudah ada di tangan saya. Tinggal membayangkan dan mengira-ngira hal apa saja yang bisa saya lakukan sebelum acara hehe. Estimasi saya, saya akan tiba di Bandung tidak terlalu sore jadi bisa lah sekedar jalan-jalan sambil cari jajanan. Mudah-mudahan estimasi saya benar.
Rupanya... hari pertama di Bandung berjalan agak meleset dari bayangan. Sengaja cari
pesawat yang agak siang supaya tidak terlalu terburu-buru dan berharap sampai
Bandung tidak terlalu sore. Niatnya mau lihat-lihat sekitaran Bandung. Tapi
rupanya cuaca waktu itu tidak mendukung. Ditambah jalanan sore yang lumayan
ramai, jadi sampai di hotel, hari sudah mulai gelap. Plus, saya juga kan punya
bakat penakut jadi kalau sudah sampai kamar, gak berani keluar kemana-mana
lagi, haha (ini didukung oleh letak kamar saya yang di lantai 5 dan di ujung).
Untung kamarnya bagus, jadi tetap
nyaman saja saya hibernasi disana.
Tidak sia-sia saya memilih Airy Rooms. Baru melangkah masuk ke kamar, saya sudah disuguhi cemilan. Lumayan untuk menemani sore saya sambil beristirahat dan menghilangkan bad mood gegara tidak sesuai bayangan saya, hehe. Boro-boro mau kelililing Bandung, cari makan di sekitar hotel aja, saya menyerah hehe. Alhasil, saya pesan makanan secara online! Yah, bayangan akan makan street food di Bandung lenyap deh.
Air mineral di dalam kamar |
Cemilannya ada di kotak yang belakang itu :-D |
Pagi harinya, saya langsung menuju ke tempat acara yang memang letaknya tidak terlalu jauh. Kegiatan yang saya ikuti juga berjalan dengan lancar dari pagi hingga sore.
Malam hari, saya memutuskan untuk sekedar jalan-jalan ke sekitar hotel. Cari
makan malam, tapi lebih ke cuci mata hehe. Memang tidak terlalu asik sih karena
jalan sendirian, tapi saya bisa menikmatinya sambil berfikir sesudah ini saya
mau tuliskan cerita apa. Saya berhenti di salah satu food court, menunya
beragam dan harganya juga masih wajar. Lumayan mengisi perut.
Toko-toko di sekitar hotel tempat saya menginap kebanyakan adalah distro.
Produknya memang keren-keren, gak pasaran, tapi lumayan mahal untuk kantong
saya. Jadi, saya hanya melihat-lihat saja, hehe. Setelah hampir pukul sembilan
malam, saya memutuskan untuk kembali ke hotel. Saya tidak punya keberanian
untuk keluar lebih malam lagi, takut nyasar karena saya bukan penghafal jalan
yang baik.
ooo
Oh iya, karena di hari pertama itu saya belum sempat kemana-mana, jadi saya memutuskan untuk berjalan-jalan di pagi hari
sebelum pulang kembali ke Lampung. Saya sengaja pesan tiket pesawat untuk
pulang agak siangan, biar saya bisa jalan-jalan lagi di pagi harinya. Saya
sudah mengantongi informasi tempat apa saja yang bisa saya kunjungi saat itu dan
perkiraan perjalanan kesana.
Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Museum Geologi. Letaknya tidak
jauh dari hotel tempat saya menginap. Tapi karena lagi-lagi saya tidak tahu
jalan, makanya saya memanfaatkan ojek online untuk menuju kesana. Dari abang
ojek, saya kumpulkan informasi lagi tempat-tempat yang ingin saya kunjungi
berikutnya beserta rutenya.
Museum Geologi
Museum ini terletak di Jl. Diponegoro, Cihaur Geulis, Bandung. Beruntung
sekali waktu itu sedang ada kunjungan dari sekolah, jadi saya yaang memang
datang seorang diri tidak merasa sendirian. Untuk masuk kesana, kita hanya
dimintai tiket masuk sebesar Rp 3.000,- saja.
Benda pertama yang saya lihat di dekat pintu masuk museum |
Saat memasuki pintu museum, saya melihat ada dua ruangan di kanan kiri
saya. Tapi, pak penjaga mengarahkan saya ke pintu sebelah kiri terlebih dahulu.
Pada akhirnya nanti saya jadi paham rupanya museum ini terbagi menjadi 3 bagian
besar, yaitu Sejarah Kehidupan, Geologi Indonesia, dan Geologi dan Kehidupan
Manusia.
Bagian pertama yang saya masuki adalah Sejarah Kehidupan. Terdapat semacam
layar pemutar video yang menayangkan proses terbentuknya planet-planet. Di
sepanjang dinding, dipamerkan relief-relief awal kehidupan. Saya merasa takjub
dan rasanya saya kembali ke masa sekolah saat saya baru pertama mengenal
tatasurya.
Disini juga dipamerkan berbagai macam batuan dari berbagai belahan dunia. Berlian
dan batu-batu perhiasan yang sering saya dengar namanya pun dipamerkan dalam
bentuk aslinya disini. Saya terus menyusuri ruangan hingga sampai di bagian
pertambangan. Proses pertambangan, proses pangaliran minyak bumi hasil
pertambangan, dan aplikasinya dalam kehidupan juga dibeberkan dengan jelas dan
mudah dimengerti.
Berbagai macam batuan dan mineral |
Saya naik ke lantai 2 yang memamerkan kondisi geologi di Indonesia. Dari
sisa-sisa letusan gunung merapi hingga penjelasan bagaimana terjadinya tsunami.
Saya sempat melihat alat simulasi gempa bumi, tapi sayangnya sedang dalam
perbaikan. Padahal kalaupun alat itu bisa digunakan, belum tentu juga saya akan
mencobanya karena sendirian hehe.
Alat simulasi gempa bumi |
Saya kembali turun untuk memasuki ruangan di sebelah kanan dari pintu masuk
tadi. Ruangan ini memamerkan awal kehidupan di bumi. Zaman sebelum makhluk
purba ada, hingga zaman manusia modern. Ada kerangka makhluk purba yang sangat
besar di tengah-tengah ruangan. Saya tidak terlalu paham itu namanya apa,
sebangsa dinosaurus begitulah hehe.
Kerangka hewan purba yang sudah punah |
Sebenarnya saya masih ingin lebih lama mengamati benda-benda yang ada di
museum ini, tapi kalau lama-lama disini, nanti tempat lain tidak kebagian. Saya
keluar dan mengambil beberapa foto lagi.
Tampak depan Museum Geologi |
Selepas dari Museum Geologi, saya berjalan menyusri jalan sekitar. Ada
taman di depan museum ini yang waktu itu ramai orang berjalan kaki dan senam.
Saya kelilingi dengan beberapa kali duduk sekedar minum dan mengamati kegiatan
orang. Lumayan lah sekali-sekali olahraga jalan kaki, hehe. Saya lihat ada
petunjuk arah menuju Museum Pos Indonesia. Sasaran saya selanjutnya.
Museum Pos Indonesia
Tidak jauh dari taman, saya menyeberang jalan dan mulai masuk ke museum Pos
Indonesia. Awalnya mantab melangkahkan kaki kesana karena saya pikir, museum
ini pun akan ramai seperti Museum Geologi tadi. Tapi begitu masuk pintu museum,
tidak ada penjaga sama sekali. Di dekat pintu masuk, hanya ada meja dan buku
tamu yang terbuka. Saya lihat tanggal hari itu, sayalah pengunjung pertamanya,
dan tidak ada nama lain!
Tampak depan museum Pos Indonesia |
Sudah sampai sini, masa mau balik lagi? Jadi saya maju terus pantang mundur
untuk tetap masuk ke museum. Olala.. saya hanya berpapasan dengan seorang
laki-laki (sepertinya tukang bersih-bersih) yang sudah selesai dan akan keluar.
Saya teruskan untuk masuk. Saya mulai melihat-lihat koleksi di museum ini.
Berbagai kotak pos |
Berbagai jenis perangko dari zaman dahulu, berbagai jenis alat pos,
kendaraan yang digunakan untuk mengantar surat hingga kotak-kotak pos yang
sekarang sudah tidak ada lagi. Saya beranjak makin masuk ke dalam ruangan dan
awalnya lega karena melihat beberapa orang. Tetapi setelah saya mendekat,
rupanya mereka adalah patung! Iya, mereka adalah diorama yang menyerupai foto
kecil yang dibingkai di atasnya. Menggambarkan kegiatan pos pada masa itu.
Diorama yang awalnya saya mengira pengunjung, hehe |
Karena tiba-tiba saya menyadari bahwa saya benar-benar sendirian, saya
tidak melanjutkan penjelajahan saya di museum ini. Jiwa penakut saya mulai
kambuh lagi. Apalagi saya berada di tengah-tengah benda peninggalan dari berapa
puluh tahun yang lalu. Saya sedikit merinding dan segera keluar ruangan. Lega
rasanya sudah menemukan dunia luar lagi, haha.
Saya berniat kembali ke hotel dan bersiap-siap pulang. Tapi kali itu saya
tidak memanggil ojek online lagi. Saya menyusuri jalan dengan berjalan kaki dan
berharap menemukan toko oleh-oleh atau sekedar jajanan pinggir jalan. Walaupun
judulnya adalah tugas, tapi pesanan teman-teman di kantor pasti harus
dibawakan.
Saya menemukan toko oleh-oleh yang tidak terlalu besar, tapi lumayan untuk
sekedar membawa sedikit oleh-oleh untuk teman-teman saya. Juga, ketika saya
berjalan dan menemukan warung jajanan, saya tertarik untuk membelinya. Tadinya
saya pengen beli seblak, tapi sudah kehabisan. Akhirnya ditawari oleh ibu
penjaganya Shabu. Saya yang kurang update soal jajanan kekinian hanya tertawa
saja melihat isi Shabu ini. Oalah begini rupanya hehe.
Shabu, oalahh.. seperti ini tho :-D |
Waktu check out sudah tiba, saya bersiap-siap kembali ke Lampung. Dari
hotel tempat saya menginap, saya kembali menyewa ojek online menuju bandara.
See you again, Bandung. Saya akan kembali kesana lagi insyaa allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar