Siapa sih yang tidak kenal dengan gadget? Si ponsel cerdas
yang marak disebut HP Android
dan saking cerdasnya, bisa membuat sebagian orang yang memilikinya lupa akan
dunia nyata di sekitarnya. Iya, ponsel cerdas memang kian berkembang pesat
belakangan ini. Dalam kurun waktu tak lebih dari satu tahun saja, satu merk
ponsel bisa meluncurkan beberapa jenis gadget yang makin canggih dari keluaran
lamanya.
Melihat perkembangan itu, tentunya wajar jika ada orang yang
dibilang kudet kalau tidak punya gadget. Sisi positifnya memang ada, salah
satunya membuat pesan begitu mudah tersampaikan dalam waktu singkat, ditambah
bisa mengirim multimedia selain hanya kata-kata. Dulu, saya ingat betul satu
acara yang pernah ditayangkan di stasiun tv swasta. Acara musik yang jadi
favorit saya karena penonton di rumah bisa request lagu favoritnya dengan
mengirim surat. Betapa akan memakan waktu lama untuk surat yang saya kirimkan
bisa dibacakan oleh si pembawa acara ya. Seandainya dulu sudah ada gadget
secerdas sekarang, mungkin surat saya langsung bisa dibaca olehnya.
Dampak baik yang kedua adalah menjadikan orang yang jauh
menjadi dekat. Iya lah, ibu atau ayah di Mekah sedangkan saya di Indonesia pun
terasa dekat ketika sedang video call. Kapan saja dan dimana saja, bisa
langsung buka salah satu aplikasi di dalam gadget. Informasi juga akan lebih
cepat saya terima, lengkap dengan foto atau video.
Dan, satu lagi yang kini makin membuat gadget begitu
bermanfaat. Apapun yang kita inginkan, tinggal klik saja. Berbelanja, cari
taxi, butuh cemilan, butuh hantaran, atau cari produk-produk yang sedang promo pun,
semua serba online. Mudah sih, saking mudahnya kadang malah buat malas untuk
pergi ke luar.
Tapi, pasti ada juga dampak negatif dari berkembangnya
gadget ini. Kalau untuk orang dewasa mungkin dampak negatifnya tidak terlalu
besar ya, karena pasti sudah bisa membedakan mana yang efektif dengan gadget,
dan mana yang masih harus dilakukan secara manual. Paling juga saya merasa yang
dekat malah menjadi terasa jauh, karena pas kumpul malah asik sendiri dengan
gadget yang di genggaman dan bukan saling mengobrol.
Nah, kalau untuk anak-anak? Ini yang harus jadi pertimbangan
para orang tua dalam memberikan gadget untuk anaknya.
Kalau saya memang belum punya anak, tapi ada beberapa ponakan
yang masih berusia di bawah 10 tahun. Saya melihat dampak langsung yang dialami
ponakan-ponakan saya ketika diberi gadget dan ketika mereka dibiarkan bermain
di luar rumah. Kalau sudah pegang gadget, sudah bisa dipastikan ponakan saya
langsung diam tak mau bergerak, dan hanya menatap layar gadget dengan serius. Ketika
saya mengintip, ada game online yang sedang ia mainkan.
Padahal, masa anak-anak adalah masa dimana seharusnya ia
lebih aktif bergerak dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Saya
melihatnya memang miris ya kalau saya bandingkan dengan masa kecil saya. Kalau
sekarang saya tanya dengan ponakan saya bagaimana cara bermain gobak sodor itu,
saya yakin mereka mungkin bahkan merasa asing dengan sebutan itu.
Pada akhirnya memang kita tak bisa memungkiri perkembangan
teknologi ini, tapi sebisa mungkin kita juga yang harus lebih bijak dalam
menggunakannya. Juga, harus selalu mengawasi anak-anak yang sudah mengenal
gadget dalam kesehariannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar