Hujan lagi. Apakah peri-peri yang terbang bersama rintik hujan itu tak melihat ada hujan yang lebih gerimis di hatiku? Mengapa mereka tak mengalah saja dan membiarkan ruang hatiku terbanjiri oleh berliter-liter air mata yang jatuh.
Disini, ingin sekali mengatakan aku merindu. Sangat. Sungguh. Dengan segala rasa yang mungkin belum pernah terlahir sebagai ucapan atau untaian kata dalam berlembar-lembar kertas puisi. Begitu sendu. Seperti mendung.
Gigil yang perlahan meresapi setiap kali desahan nafas berlalu. Beginikah rasanya terkepung oleh kerinduan yang pekat? Ini rindu makin kelabu saja. Entah akan terpecah seperti arakan awan tempat bernaung peri-peri hujan, ataukah makin menggumpalkan hitam mendung hingga jadi jelaga.
Palembang, 21 Maret 2011
# ini puisi dibuat satu tahun lalu, pas buka-buka file ketemu ini, posting aja :D
sekedar informasi, puisi ini juga pernah dimuat di Horison Online lho, hehe (http://horisononline.or.id/puisi/narasi-rindu) gak penting ya promosi ini, wkwkwk
Baca juga : Kenangan
6 komentar:
lirik kanan kiri...
eh pertamax...
saya suka pic di postingan ini,,,
terimkasih sudah berkunjung.. :)
kalo baca yang postigan tentang rindu saya paling suka sambil putar lagunya agnes dengan judul rindu,,,suasananya dapet.
oh gitu.. kalau diriku suka setel musik instrumennya full house yg mellow! kena banget deh suasananya. thank for ur visit ya.. :)
rindu,,,paling rindu ama Ibu. Dah lama gak pulang,,,
hhmmm... rindu... sedang sangat merindu...
Posting Komentar