02 Juli 2024

Promil Part #4; Happy Ending

Hahaha..
 
Sepertinya ini bagian akhir dari tulisan perjalanan promil saya dan suami. Setelah tiga promil yang sudah saya tuliskan sebelumnya, saya belum kunjung hamil juga. Diluar tiga promil ini, saya dan suami juga berikhtiar dengan metode yang lain. Kayaknya gak mungkin satu-satu diceritakan secara detail ya. Dibilang lelah ya lelah, dibilang harus kuat dan masih ingin melanjutkan usaha, iya juga. Jadi, setelah ini saya dan suami berhenti lagi. Tidak memburu-buru dengan aturan yang saklek. Kembali ingat bahwa rezeki berupa anak itu hanya kuasa Allah.

Promil
My Happy Ending Promil

Suatu sore, di rumah kedatangan saudara sepupu. Sepasang suami istri yang juga pejuang garis dua selama kurang lebih 6 tahunan. Sama-sama berjuang lebih keras dari pasutri lain untuk mendapatkan keturunan. Nah, mereka berdua ini sudah berhasil hamil dengan terapi terakhir (tentunya sudah mencoba berbagai promil ya).

Baca juga : Promil Part 3; Jeruk Nipis sampai Resep JSR

Mereka bilang, pijat refleksi kaki. Pertama kali mendengarnya, saya biasa saja. Mungkin karena saya agak anti dengan metode pijat ya. Entahlah, saya gak pernah mau dipijat di bagian manapun tubuh saya oleh orang lain selain ibu dan suami. Geli aja gitu.

Tapi sepupu saya ini bilang cuma pijat refleksi di bagian kaki, gak ada pijat di bagian lainnya. Saya mengiyakan saja. Mereka juga memberitahu secara detail nama terapisnya, waktu praktek, biaya, lokasi, sampai arah jalan menuju kesana. Saya terima sebagai referensi. Mereka juga tahu kok, setiap orang berhak menentukan pilihan masing-masing. Mau menerima atau gak, yang penting sudah disampaikan.

Beberapa bulan berselang tapi saya dan suami seperti belum tertarik dengan pijat refleksi yang ini. Selain lokasinya yang memang cukup jauh dari rumah, saya juga masih ragu. Sampai ketika sepupu saya mengajak kesana untuk ke sekian kalinya sambil mereka memperkenalkan anaknya pada si terapis ini.

Saya dan suami sepakat untuk 'Baiklah, mungkin kita bisa mulai ikhtiar lagi setelah hibernasi beberapa waktu lamanya'. Kami juga sepakat bahwa apapun hasilnya setelah ini, ya itu sudah takdir. Mau berhasil atau gak, jalani aja dulu.

Singkat cerita, saya dan suami mulai pijat refleksi secara rutin. Sebagai informasi, tingkat rutinitas pijat refleksi ini tergantung dari seberapa intens kendala yang harus ditangani. Nah, untuk kasus kami, 2 bulan pertama kami harus kembali setiap minggunya kecuali ketika saya datang bulan.

Di samping itu, kami juga minum beberapa obat herbal untuk membantu menjaga kesehatan dan mengoptimalkan fungsi organ-organ dalam tubuh. Saya ingat banget waktu pertama kali disuruh makan belimbing wuluh 3 biji per hari. Katanya ini untuk memulihkan kondisi rahim saya. Kalian tahu kan gimana asemnya buah kecil itu? Dan saya yang gak toleran sama rasa asam buah, harus menelannya.

Tapi sekali lagi, demi menjemput takdir sebagai ibu, saya berani. Promil jeruk nipis yang asemnya ampun-ampunan aja saya coba kok, belimbing wuluh begini ya hayuk lah. Saya akali rasa asemnya dengan cara mencampur dengan sambal sachet kesukaan. Lumayan lah agak hilang sedikit rasa asemnya.

Terapi promil
Salah satu spot berteduh sebelum terapi, bisa untuk foto sambil jajan juga hehe

Selama kurang lebih 3 bulanan, kami bolak balik untuk pijat refleksi ini. Adakalanya kami santai ketika dapat jadwal pagi di hari libur. Tapi pernah juga dapat jadwal hari kerja dan sore hari. Nekat aja sih berangkat. Pas pulang kehujanan pula di tengah jalan. Mana sudah lewat maghrib dan di jalan yang gelap (sebagian jalan seperti melewati belantara tanpa rumah atau bangunan dengan kondisi yang sepi). Lagi-lagi, kami hanya berdoa semoga ikhtiar kami ini gak sia-sia.

Memasuki bulan ke empat atau ke lima (saya agak lupa), saya belum ada tanda-tanda akan hamil. Sementara tabungan sudah mulai menipis dan agak lelah juga hampir tiap hari libur harus terapi. Dalam kondisi begini, kami sempat gamang antara meneruskan atau selesai sampai disini dan ya sudah terserah Allah saja.


Nah, pas banget beberapa minggu kemudian datang Ramadhan. Kami sepakat untuk istirahat saat Ramadhan sambil terus memanjatkan doa. Rupanya, istirahat kami ini keterusan sampai beberapa bulan kedepan karena memang dana untuk kesana sudah sangat terbatas.

Beberapa bulan itu kami sudah pasrahkan. Kalau memang rezeki anak itu ada untuk kami, pasti Allah kasih kok. Kalau gak ada di dunia ini, mudah-mudahan di akhirat kelak.

Saat kami ada tabungan lagi, terbersit niat untuk kembali terapi. Tapi niat itu terus tertunda karena berbagai hal. Sampai akhirnya bulan Oktober tiba.

13 Oktober 2022
Sudah beberapa hari saya merasa tak enak badan. Flu, batuk, meriang, pusing, dan rasanya capek sekali. Lihat kalender, lho kok sudah lewat waktunya datang bulan. Seharusnya, sudah dari sebelum tanggal 10 kemarin. Saya gak mau berasumsi atau berharap lebih karena gak mau kecewa. Tapi, rasa penasaran menyergap.

Saya minta suami beli tespek dan ya ampun belinya cuma satu! Haha. Ya sudahlah. Subuh-subuh saya tes dengan agak berdebar. Tapi sebelumnya, saya dan suami sepakat untuk menerima apapun hasilnya. Kalau positif bersyukur, kalau negatif ya ikhlas lagi aja. Beberapa detik yang berselang itu jantung saya berdegup kencang sekali. Samar-samar muncul dua garis di stik tipis itu yang semakin lama semakin terang.
Tespack 2 garis
Tespack 2 garis

Saya mengerjapkan mata. Ini beneran dua garis? Artinya hamil? Saya bolak balik kemasan tespek untuk membaca ulang cara penggunaan, keterangan hasil, pokoknya semua tulisan disana. Dan stik itu tetap memberi saya dua garis. 

Jujur, keluar kamar mandi, saya gak begitu terharu. Hanya tercengang, bengong dan menghampiri suami. Dia juga sama, gak ada sorak sorai karena pas banget saat itu suami lagi demam juga. Yah, intinya, kami melihat hasil tespek positif itu seperti dua orang aneh.

16 Oktober 2022
Kami berdua berangkat ke klinik dekat rumah untuk memastikan apakah saya hamil beneran atau gak. Setelah usg dan konsultasi yang gak terlalu lama, hasilnya adalah positif. Saya hamil! Sejak hari itu, dimulailah perjalanan saya yang baru. Menjadi calon ibu. Alhamdulillah.

USG Hamil
USG Hamil

Oke, tulisan promil saya berhenti sampai disini. Saya merasa kehamilan saya adalah mukjizat. Anugrah, hadiah besar yang tidak saya sangka-sangka. Setelah berproses sekian lama sampai saya benar-benar di ujung pasrah, Allah mempercayai saya sebuah janin. Alhamdulillah.

Saya gak tahu pasti, usaha promil mana dan doa siapa yang berhasil membuat Allah mengizinkan saya untuk hamil. Satu hal yang pasti adalah keyakinan bahwa Allah akan memberi apapun pada saya disaat yang tepat.

Oh iya, selama saya promil apapun, saya gak cerita apapun kepada siapapun. Paling spil-spil dikit lah ke orang terdekat dan itupun gak detail. Tujuannya hanya untuk menjaga hati saya sendiri dari pertanyaan berulang. Tapi saya pernah bilang ke diri sendiri, suatu saat kalau saya berhasil hamil, saya akan bercerita tentang perjuangan ini di blog untuk kenang-kenangan, bahwa saya pernah sangat berusaha menjemput takdir sebagai ibu.