15 Oktober 2024

Tips MPASI Lancar Tanpa Drama

Di postingan sebelumnya, saya sudah sedikit ceritakan pengalaman pertama memberi MPASI pada si bayi. Takdir Allah, bayi saya memerlukan MPASI dini di usia 5,5 bulan atas rekomendasi DSA. 

Alhamdulillah dari awal MPASI hingga usia bayi saya lebih dari 15 bulan, tidak ada drama berarti seperti GTM parah. Tapi juga ya bukan berarti gak ada drama sama sekali. Pernah sih bayi saya benar-benar mogok makan. Makan sesuap, selesai.

Tips MPASI Lancar

Pernah juga makanannya hanya diacak-acak atau masuk mulut lalu lepeh. Lempar makanan juga pernah. Tapi balik lagi, tidak sampai berlarut-larut. 

Nah, saya mau berbagi sedikit tips berdasarkan pengalaman saya yang amat sangat sedikit dan masih pemula. Saya yakin sih pasti sudah banyak tulisan berseliweran yang membahas ini. Tapi mudah-mudahan ini berguna juga ya.

Pertama, siapkan mental ibu. Optimis boleh, tapi jangan berekspektasi terlalu tinggi karena khawatir malah jadi emosi, hehe. Kedua, buat peraturan makan. Dari awal MPASI, saya membuat beberapa peraturan makan.

1. Terapkan Makan Tepat Waktu

Gak harus saklek jam segini atau segini sih, tapi minimal di waktu yang hampir sama. Tujuannya supaya si bayi mengenal rasa lapar. Jadwal makan ini bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing juga. Apakah si bayi lebih suka makan setelah tidur siang, atau makan dulu sebelum mandi, dan lain-lain.

Kalau bayi saya, sarapan pagi setelah mandi bar badannya segar. Gak apa-apa belepotan lagi daripada sarapan dalam kondisi badan risih karena belum mandi. Makan siang biasanya sekitar jam 12 siang, baru ganti popok dan lain-lain. Makan malam, sekitar jam 6 sore. Tapi makin tambah usia, makan malamnya bisa jam 7an.

2. Makan Harus Duduk

Gak boleh sambil main, apalagi gendong dan jalan-jalan. Kalau dipangku, masih boleh, tapi sebaiknya duduk sendiri ya. Tujuannya supaya si bayi fokus pada makanan dan proses makannya. 

Karena waktu awal MPASI, bayi saya belum bisa duduk tegak dan saya belum belikan kursi makan juga, jadi saya tempatkan dia di bantal sofa bayi, yang mirip donat itulah. Saya sangga tubuhnya dengan bantal-bantal, supaya posisinya gak tidur.

MPASI Bayi
Awal MPASI

Setelah dia bisa duduk tegak, saya belikan kursi makan sendiri. Dan saya merasa ini berguna banget! Makan jadi fokus, postur tubuh terjaga, dan minim distraksi. Pengalaman saya, ketika makan di tempat lain yang notabene gak ada kursi makannya, bayi saya lebih mudah terdistraksi dan akhirnya sesi makan jadi gak optimal. 

3. Kenalkan Semua Jenis Makanan

Saya ingin bayi saya tidak pilah pilih makanan, makanya sebisa mungkin saya kenalkan semua makanan yang ada sesuai dengan kemampuannya. Segala buah, sayur, protein, karbo, bergantian saya kasih.

Ini juga bertujuan untuk menguji apakah bayi ada alergi makanan tertentu, misalnya telur, susu, atau makanan laut. Selama ini, saya belum menemukan ada alergi tertentu pada bayi saya.

Untuk panduan kebutuhan masing-masing elemen di MPASI bayi ini bisa cari di internet ya, banyak kok. Oh iya, dari awal saya pakai timbangan perkiraan saja, gak pakai timbangan banget karena gak ada, wkwk. Kalau mau tepat, saya sarankan untuk pakai timbangan ya.

4. Kasih Contoh Makan 

Sebelum sesi MPASI, saya dan suami sudah sering makan di depan bayi saya. Tujuannya biar dia tertarik untuk makan dan melihat bagaimana proses makan itu. Saya juga sering makan bersama dan memberi contoh proses menyuap makanan ke mulut,  mengunyah, dan menelan. Jadi, si bayi bisa menirunya.


5. Buat Menu Sederhana

Saya sering lihat banyak postingan menu MPASI dengan bahan premium, khusus bayi, dan segala bumbu yang labelnya MPASI. Bagus sih itu, karena setiap ibu juga pasti ingin yang terbaik untuk anaknya kan. Tapi saya pribadi, gak pakai segala macam itu.

Saya buatkan menu sederhana ala rumahan saja. Biar ada rasa dan aromanya, saya biasa kasih tomat untuk penyedap alami, margarin untuk rasa asin, dan wortel untuk rasa manisnya. Rempah-rempah juga bisa dipakai seperti bawang-bawangan, daun salam, daun jeruk, kunyit, jahe, ketumbar, dll itu.

Intinya, saya membuat masakan biasa tapi tanpa gula dan garam. Nah, pas bayi saya sudah berusia 12 bulan, baru saya kasih gula dan garam dalam porsi yang sesuai dengan kebutuhannya.

Menu MPASI
Menu MPASI

6. Ciptakan Suasana Nyaman

Nah, ini penting banget. Sesi makan harus kondusif, jauh dari mainan, keramaian yang dapat memicu distraksi, dan pendamping juga fokus tanpa ada yang dikerjakan. Pengalaman pribadi, ini ngaruh banget. Jadi, kalau waktunya makan, sebisa mungkin saya gak pegang pekerjaan lain dulu atau gak sambil nonton.

Di sesi makan ini juga, biasanya saya awali dengan rutinitas cuci tangan, baca doa, dan saya informasikan apa menunya. Sewaktu makanannya sudah mulai terpisah antara karbo, protein, dan sayur, saya jelaskan satu persatu. Misalnya, yang saya sendok wortel, saya bilang "Ini wortel, warnanya jingga, rasanya manis, dimakan biar matanya sehat." begitu.

Lalu, saya biarkan juga dia eksplor makanannya sendiri. Dari awal MPASI, saya biarkan tangannya memegang makanannya. Belepotan ya gak apa-apa biar dia tahu tekstur makanannya juga.

7. Tidak Memaksa

Nah, ketika bayi saya tidak mau menghabiskan seporsi makanannya, saya tidak akan memaksanya. Paling, saya yakinkan saja, saya coba suapi lagi. Kalau dia benar-benar gak mau, ya sudah. Awalnya, porsi makan yang saya buat memang banyak tersisa meskipun saya membuatnya sudah sesuai dengan takaran di buku KIA. Tapi, lama kelamaan, habis sesuai porsinya.

Nah, itu dia beberapa tips memberi MPASI dari pengalaman pribadi saya. Saya yakin, setiap bayi pasti berbeda penanganannya karena kondisinya juga berbeda-beda. Kalau bayi lagi GTM, tetap jaga kewarasan ibu ya. Tarik nafas pelan, istighfar jangan lupa, dan coba lihat ekspresi si bayi. Perlahan, emosi ibu pasti reda meski kalau lihat makanannya yang utuh akan kesal sendiri juga, hehe.

Kalau pengalaman kalian, gimana? 

14 Oktober 2024

No Drama Di Awal MPASI

Halo!
Apa kabar ibu-ibu yang punya bayi dan sedang dalam tahap MPASI? Masih waras kah? Hehe. Semoga ibu dan anak-anaknya sehat semua ya. Sehat lahir batin.

Dulu sewaktu saya belum punya anak, saya sering bertanya-tanya ketika membaca beberapa tulisan seputar anak GTM, cara mengatasinya, usaha para ibu berkreasi demi si anak makan, dan sebagainya itu. Memang sedrama apa sih bayi yang sedang MPASI itu?

MPASI Pertama
MPASI Pertama

Sampai akhirnya saya punya anak. Jujurnya, saya belum punya pengalaman apapun tentang dunia MPASI ini. Hingga bayi saya tiba-tiba disarankan untuk diberikan MPASI dini karena BB-nya sempat naik lambat sekali (detailnya nanti saya ceritakan di postingan lain ya).

Mendadak, saya bingung harus kasih apa ke bayi saya ini, haha. Di buku KIA memang ada tapi sayangnya buku saya masih terbitan lama yang penjelasannya agak kurang (gak tau sih apakah saya yang kurang paham atau bagaimana, haha). Cari-cari di internet, lha tambah bingung karena saking banyaknya dan beda-beda metode pula.

Ada yang bilang, kalau MPASI pertama itu encer seperti susu dan hanya satu bahan saja untuk pengenalan. Ada lagi yang bilang harus menu lengkap dan tekstur lumat kental. 

Nah, karena saya punya kenalan bidan yang kebetulan juga langganan saya semasa hamil, saya tanya padanya. Saya tanya porsi, tekstur, dan apakah sudah boleh kasih wortel dan telur rebus pada bayi saya. Sayangnya, jawabannya kurang mengenakkan bagi saya. Saya dibilang kurang baca buku KIA, cari resep di internet banyak, yah begitulah. Padahal kan inginnya lebih diperjelas dan lebih yakin gitu, tapi ya sudahlah. 

Akhirnya, dengan semangat membara bercampur deg-degan, saya coba aja buat rebusan wortel dan telur. Saya uleg saring dan tambah air biar agak encer. Trus, suapin deh.


Suapan pertama berhasil membuat mimik wajah bayi saya aneh, haha. Dipikirnya apa kali ya, ditambah ekspresi saya juga agak ragu dan mengkhawatirkan. Dahlah, gak berhasil lanjut di suapan ke tiga. Nice try.

Hari berikutnya, saya cari referensi lagi dari berbagai sumber dan saya tarik benang merahnya. Awal MPASI boleh pakai menu lengkap, boleh juga hanya satu jenis makanan. Tinggal menurut keyakinan masing-masing saja. Poin pentingnya adalah kecukupan dan keseimbangan gizi dari makanan yang masuk itu.

Karena saya belum pengalaman masak MPASI itu bagaimana, saya coba kasih ubi ungu kukus dicampur sufornya si bayi (kenapa pakai sufor, nanti di postingan lain saya ceritakan ya). Hasilnya, yah lumayan masuk beberapa suap. Mungkin karena rasanya yang tidak terlalu asing, jadi masih bisa diterima.

Hari-hari berikutnya, saya mulai beranikan diri kasih menu lumayan lengkap. Karbo, prohe, prona, serat, ditambah bumbu aromatik dan sedikit lemak tambahan dari minyak sayur, tanpa tambahan gula dan garam.

Menu paling gampang ya, nasi, telur, tahu putih, wortel, dan bawang merah putih yang ditumis dulu. Perlahan, menu tadi bisa diterima bayi saya. Senang? Iyalah! 

Seiring berjalannya waktu, bayi saya mulai kenal dengan makanan lain selain ASI. Memang minggu-minggu pertama agak hectic ya dan perlu adaptasi, tapi lama-lama akan terbiasa juga.

Oh iya, saya juga bikin menu MPASI ini sendiri. Bubur fortif hanya saya berikan ketika saya benar-benar tidak sempat membuatnya atau saya sedang tidak di rumah. Bukan ingin terlihat sempurna, tapi lebih pada keyakinan saya bahwa di hari-hari selanjutnya dan seterusnya, dia kan akan makan masakan saya juga. Jadi saya lebih ingin mengenalkan masakan rumah sendiri.

MPASI bayi
Mulai lahap setiap sesi makan

Repot sih sudah pasti ya. Dengan metode uleg saring, pakai peralatan seadanya di rumah, sendirian sambil jaga bayi yang gak mau lepas dari ibuknya, saya nikmati aja perjalanan memberi MPASI ini. Kelelahan ini terbayaƕ saat si bayi mau makan dengan lahap.

Ternyata, mood seorang ibu itu memang terletak pada nafsu makan bayinya, haha. Kalau bayinya gak mau makan, sudahlah, dunia seperti jadi musuh.


Alhamdulillah, dari awal masa pemberian MPASI ini, bayi saya termasuk anak yang doyan makan hampir semua menu. Mau bubur fortif atau homemade, hayuk lah. 

Lalu, untuk frekuensi pemberian MPASI, di minggu-minggu awal, saya hanya memberinya 2 kali yaitu siang dan sore. Selebihnya ASI dan sufor, tanpa tambahan makanan selingan. Setelah dirasa bayi saya lahap makanan utama itu, saya tambah frekuensinya jadi 3 kali sehari, tapi tetap tanpa selingan.

Di bulan berikutnya, baru saya coba kasih makanan selingan berupa buah dan biskuit bayi. Itupun hanya sekali sehari.
Selingan MPASI
Selingan MPASI

Pola ini berlanjut dan saya rasa efektif di bayi saya. Makanan utama tetap lahap, makanan selingan sesuai kebutuhan, ASI lanjut terus. Selang beberapa bulan, saya coba berhenti memberinya sufor. Ternyata gak masalah. Alhamdulillah.

Jadi dari awal MPASI hingga bayi saya umur 12 bulanan, saya hampir tidak menemui drama GTM yang berarti. Paling kalau si bayi sedang flu ringan atau mulai tumbuh gigi, porsi makannya sedikit berkurang. Tidak ada GTM parah.

Tipsnya apa? Lanjut di postingan berikutnya ya! See you.

26 September 2024

Pengalaman Melahirkan Dengan Caesar Eracs

Halo!
Apa kabar semuanya? Pengen nulis ini dari beberapa bulan lalu, tapi kesampaiannya baru sekarang, ya ampun. Cuma berbagi pengalaman aja, siapa tahu bisa memberi pencerahan bagi yang sedang bersiap melahirkan atau sekedar hiburan semata di kala ingin membaca.

Sc. Eracs Bandarlampung

Kalau ada yang tanya kenapa kok sampe operasi caesar, yah intinya posisi janin ini sungsang alias kepala masih di atas dan bokong di bawah. Ditambah lagi air ketuban yang tinggal sedikit (saya gak tau atau merasa ada rembesan selama hari-hari belakangan sih) dan kata dokter ada pengapuran atau apa gitu istilahnya waktu itu. Jadi jalan terbaik ya ambil tindakan secepatnya dan tanpa menunggu adanya kontraksi.

Singkatnya, ketika jadwal kontrol tiba (saya kontrol di Puri Betik Hati, Bandarlampung), dokternya menyarankan untuk tindakan hari itu juga. Kaget? Iya lah. Niat hati kan cuma mau cek kandungan, kok malah langsung tindakan.

Saya dan suami langsung ke meja registrasi untuk mengurus administrasi. Disini, saya ditawarkan untuk memilih mau sc biasa atau eracs. Setelah penjelasan dan berbagai pertimbangan, saya memilih untuk sc eracs. Seperti apa perjalanannya? Lanjut bacanya yuk!

Pra-Tindakan

Operasi saya dijadwalkan sekitar pukul 15.00-16.00 waktu itu. Tetapi saya sudah tidak diperkenankan untuk keluar rumah sakit sejak pukul 11.00 (sejak saya kontrol), termasuk ya tidak boleh makan berat lagi. Padahal jujurnya saya laper banget sampe sore wkwk.

Karena saya belum dapat kamar, saya menunggu di ruang perawatan. Di ruangan itu, nakes menyuruh saya berganti pakaian operasi, melepas semua perhiasan, dan tanpa pakai apapun lagi. Lalu ia memeriksa denyut nadi, irama jantung, dan apakah saya ada alergi obat tertentu. Selesai itu, saya menunggu lagi. Oh iya, selama di ruang perawatan itu, ada cemilan yang diberikan pada saya. Dua keping biskuit puff abon dan sekotak minuman ion. Lumayan lah untuk mengganjal lapar.

Setengah jam menjelang operasi, saya dipindahkan ke ruang steril. Kali ini pendamping sudah tidak diperbolehkan masuk lagi. Saya dipasangi infus dan kateter, lalu menunggu tim dokter datang. 

Sc eracs
Sebelum tindakan masih bisa ketawa di ruang perawatan

Tindakan

Saya dibimbing masuk ke ruang operasi. Hawa dingin langsung menyergap tubuh saya. Benar rupanya cerita orang kalau ruang operasi itu serius dingin banget. Apalagi saya hanya pakai selapis baju lengan pendek dengan bagian belakang terbuka. Alhamdulillah saya masih pakai jilbab, jadi lumayan kepala gak terasa dingin menusuk.

Dokter pertama yang menyapa saya adalah dokter anestesi. Perempuan, mungkin usianya sekitar 45 tahunan. Ia bertanya kabar saya, kondisi kehamilan saya (ia ikut terharu mendengar ini kehamilan pertama saya setelah menanti selama 7 tahun), sedikit bercerita tentang keluarganya, dan sambil menunggu semua dipersiapkan, ia membaca Alquran. Sungguh, ini membuat saya lega sekaligus menenangkan hati saya yang deg-degan luar biasa.

Anestesi dilakukannya dengan menyuntik bagian punggung bawah saya. Dan ini gak sakit! Saya pernah mendengar cerita kalau suntik anestesi seperti ini rasanya gak karuan, sakit menusuk. Tapi, di saya gak, serius. Rasanya hanya seperti ya suntikan biasa. Lalu saya menunggu lagi untuk obat anestesi ini bekerja melumpuhkan sementara syaraf-syaraf rasa sakit saya.

Satu per satu dokter lain datang, saling menyapa dan mengobrol ringan, mungkin biar suasananya gak tegang ya. Bersyukurnya saya mendapatkan tim dokter yang ramah-ramah waktu itu.

Setelah memastikan anestesi saya berhasil dan saya tidak merasakan apa-apa lagi pada sebagian tubuh bagian bawah, dimulailah operasi pengeluaran si bayi ini. Meski saya sadar, tapi saya tidak merasakan apapun selama tindakan. Padahal dokter sudah memberi tahu bahwa operasi dimulai. Sesekali terdengar suara seperti air mengalir. Lalu perut saya terasa seperti digeser-geser.

Tiba-tiba saja si bayi sudah dikeluarkan dan ditunjukkan pada saya! Saat itu juga, tangis saya pecah tanpa aba-aba. Dokter anestesi membantu menghapus air mata saya karena kedua tangan saya ditahan di badan bed operasi.

Baca juga : Surat Untuk Wafa

Operasi pengeluaran si bayi cukup cepat, tapi penjahitan lukanya yang terasa agak lama. Sementara tim dokter menjahit sambil mengobrol santai, pikiran saya terbang ke ruang bayi. Bagaimana kondisinya? Sehatkah? Lengkapkah bagian tubuhnya? Kok gak langsung IMD ke saya ya? Ada apakah?

Pasca-Tindakan

Selesai dengan tindakan di ruang operasi, saya dipindahkan ke ruang observasi. Saat itu pukul 17.00 dan di ruang observasi hanya ada saya dan perawat laki-laki. Kata perawat itu, saya harus menunggu setidaknya selama 4 jam sebelum dipindah ke kamar.

Berangsur-angsur, rasa kebas di sebagian tubuh saya mereda. Saya mulai sedikit kesemutan, tapi juga menggigil kedinginan. Kata perawatnya, itu hal wajar setelah operasi. Saya benar-benar menggigil meski sudah dipakaikan selimut tebal. Rasanya mengantuk, tapi entah kenapa tidak bisa tidur nyenyak.

Empat jam di ruang observasi tanpa pendamping, melewati waktu maghrib yang sepi dan hening sekali sendirian. Suami saya diperbolehkan masuk ketika saya izin bertemu. Kalau tahu boleh dari tadi, saya minta ditemani dari tadi. Tapi di ruangan ini saya tidak diperbolehkan bertemu dengan siapapun, termasuk keluarga yang datang menjenguk. 

Pindah ke Kamar Perawatan

Setelah dinyatakan dalam kondisi baik dan stabil, saya dipindahkan ke kamar perawatan. Perawat memberi tahu hal-hal yang disarankan setelah operasi sore tadi. Misalnya, mulai bergerak ke kanan kiri, serta mulai duduk hanya jika memungkinkan dan tidak pusing.

Oh iya, saat dipindah ke kamar, kateter dan infus saya sudah dilepas. Jadi, kalau mau ke kamar mandi, ya boleh-boleh saja. 

Saya mencoba bergerak ke kanan dan kiri sesuai saran perawat tadi. Alhamdulillah cukup mudah dan berhasil. Tapi, ketika bangun untuk duduk, kepala saya terasa sangat pusing dan berputar-putar. Lha boro-boro mau ke kamar mandi. Jadi, malam itu saya urung ke kamar mandi dan hanya belajar bergerak sambil tiduran saja.

Pagi harinya, saya belajar bangun lagi. Masih terasa sedikit pusing tapi sudah bisa ditoleransi dan bisa mulai berjalan ke kamar mandi dengan bantuan suami. Niat hati mau mandi, tapi masih takut karena semalam lupa bertanya apakah ini perban anti air atau bukan, wkwk. Jadilah hanya lap-lap badan saja.

Newborn
Pertama kali gendong si bayi


Saya baru bisa bertemu dengan bayi sekitar pukul 09.00 pagi. Rasanya seperti mimpi saja. Bayi mungil yang selama ini kami nanti, kini hadir tepat di hadapan, bahkan tepat di pangkuan saya. Perawat memberi arahan untuk saya langsung menyusui bayi. Tapi rupanya gak mudah ya. Apalagi, air susu saya belum keluar saat itu. Untungnya si bayi gak rewel dan masih bisa bertahan.

Dokter kandungan datang berkunjung untuk memeriksa saya dan bayi. Syukurnya, kondisi kami berdua sehat dan diperbolehkan pulang ke rumah sore harinya. Jujur, saya agak kaget karena kok cepat sekali ya? Padahal saya lahiran saecar, biasanya minimal 3 hari baru boleh pulang. Tapi, ya senang jugalah, bisa lebih nyaman di rumah kan.

Bayi saya diambil kembali oleh perawat untuk dicek lagi sebelum pulang ke rumah. Jadi, sejak dilahirkan sampai saya pulang ke rumah, si bayi sepertinya gak menyusu dengan saya. Adakah yang mengalami hal yang sama? Atau kalian punya pengalaman yang berbeda?

Selepas Operasi

Dari pengalaman pribadi dan hasil perbandingan dengan mengamati orang lain yang melahirkan secara sc biasa, saya bisa garis bawahi beberapa hal.

Pertama, sc eracs punya kelebihan dalam meminimalisir rasa nyeri setelah operasi. Pengalaman saya, setelah obat bius hilang, saya tidak merasakan nyeri yang sangat di bagian luka sayatan. Tapi tidak juga benar-benar tanpa rasa nyeri ya. Memang, tingkat toleransi rasa nyeri setiap orang berbeda, tapi menurut saya, selepas operasi sc eracs, rasa nyeri itu sangat sangat minim.

Kedua, perawatan setelah operasi sangat singkat. Saya sudah bisa mulai bergerak sekitar 6 jam setelah operasi. Bisa mulai berjalan sekitar 12 jam setelah operasi. Saya hanya menginap semalam di rumah sakit dan diperbolehkan pulang 24 jam setelah operasi. Lagi-lagi ini sesuai dengan kondisi ibu dan bayi juga ya. 

Ketiga, operasi sc eracs ini bisa juga ditanggung BPJS kok, meskipun tetap ada biaya tambahan diluar obat dan tindakan. Misalnya pasien harus membeli paket melahirkan untuk sc eracs yang meliputi peralatan dan perlengkapan mandi, pembalut ibu, perlengkapan makan, popok bayi, gentong wadah plasenta, dan perawatan selama bayi dilahirkan. Padahal kalau dipikir, kesemuanya itu sudah saya siapkan dari rumah, haha.

Sehari setelah pulang ke rumah, saya merasakan pusing yang sangat. Kalau saya duduk atau berdiri dalam waktu lama, kepala saya rasanya sakit dan pusing. Tapi kalau dibawa tiduran meski gak dalam keadaan tidur, langsung hilang. Ini terjadi sekitar seminggu lamanya. Mungkin ini salah satu efek sisa obat bius ya, dan mungkin setiap orang keadaannya berbeda pula.

Tapi dari sekian banyak catatan, pada intinya adalah operasi sc eracs ini adalah sebuah terobosan yang bagus untuk calon ibu yang takut melahirkan secara saecar. Tanpa sakit, minim nyeri pasca operasi, dan perawatan yang sangat singkat. 

Nah, kalian yang pernah operasi saecar, punya pengalaman apa?


* Gak punya foto-foto di rumah sakit, apalagi pas di ruang operasi. Dahlah, gak kepikiran dokumentasi lagi, haha.