25 Maret 2025

Merenda Kenangan di Blog

Halo!
Kalau ada kawan lama yang sudah beberapa waktu tidak berjumpa dan akhirnya berjumpa kembali, sebagian mereka pasti akan bertanya spesifik tentang satu hal. Apakah saya masih menulis? Maka saya akan menjawabnya dengan tersenyum sambil berfikir ternyata personal branding saya ada sisi kepenulisannya.

Kenangan di blog

Melihat kembali perjalanan menulis saya, rasanya memang itu sudah lama sekali. Sejak masih duduk di bangku SD, saya sudah punya catatan harian meskipun tentu saja tulisannya ala anak-anak. Kegiatan menulis ini terus berlanjut hingga SMP, SMA, kuliah dan seterusnya. Dimulai dari tulisan fiksi berupa cerita pendek dan puisi, hingga tulisan nonfiksi berupa catatan kecil atau artikel ringan.

Dari yang awalnya hanya saya tulis di buku, di kertas fotokopian materi pelajaran (bagian belakang kertas fotokopi itu pasti ada halaman kosong kan), sampai suatu hari tulisan-tulisan saya ini menemukan rumah barunya. Blog pribadi. Oh iya, dulu saya belum punya laptop atau komputer pribadi, jadi kalau mau mengabadikan tulisan ya hanya di buku catatan itu. Kalaupun mau posting di blog ya pergi ke warnet.

Rasanya begitu senang saat pertama kali menulis di blog. Saya pikir, tulisan-tulisan itu akan mampu bertahan jauh lebih lama ketimbang yang hanya ditulis di lembaran kertas karena pasti akan menumpuk dan mugkin saja hilang. Di kemudian hari memang saya tidak tahu keberadaan dokumen-dokumen itu sekarang.

Seperti halnya sebuah rumah, blog ini pun saya rawat dengan baik. Pertama kali saya hias bagian depannya dengan desain ala kebun yang sejuk. Saya bagi ruang-ruang di rumah tulis ini dengan beberapa jenis tulisan. Saya isi dengan para penghuninya, mulai dari cerpen, puisi, tips, curhatan, dan tulisan tanpa tema. Namanya masih baru ya, jadi kadang yang penting nulis aja walaupun masih benar-benar gak teratur.

Beberapa waktu berselang, saya mulai rapih-rapih lagi. Menyusun ulang ruang-ruang, menyusun ulang tulisan-tulisan. Menambah widget yang waktu itu viral pada masanya, hihi. Saya ingat banget salah satu widget yang paling hits saat itu. Kalender dengan variasi gambar animasi yang lucu. Pernah juga ada kolom obrolan. Satu lagi, lagu yang bisa diputar ketika kita membuka blog.


Adakalanya saya bersemangat sekali menulis di blog. Tapi sering juga malas melanda, atau sulitnya berbagi waktu karena saat itu saya sedang sibuk-sibuknya mengejar penelitian akhir kuliah saya. Dan kalau saya lihat lagi hari ini, ternyata usia blog ini sudah hampir 20 tahun! Wow!

Merenda Kenangan di Blog

Kalau dipikir-pikir lagi, saya bersyukur dan gak menyesal punya blog ini. Ada banyak kenangan suka dan duka yang pernah saya tulis disini. Alasan saya masih bertahan dan akan tetap bertahan adalah saya bisa mengabadikan perjalanan hidup saya selama ini. Memang tidak semua hal bisa diceritakan, tapi setidaknya ada episode yang sayang sekali kalau dilewatkan begitu saja.

Curahan Hati
Sebagai perempuan yang jarang sekali bisa berbaur dengan orang-orang, media curhat saya ya dengan menulis. Apapun yang saya lihat, dengar, dan rasakan. Juga bukan hanya peristiwa yang saya alami saja, tapi juga peristiwa yang dialami orang lain, saya ambil banyak sisinya. Saya tuliskan dari sudut pandang saya. Kadang dengan bahasa yang paling ceplas ceplos, kadang juga pakai narasi yang tersirat maknanya.

curhat

Bagi saya, curhat di blog itu malah menyenangkan. Kalau banyak yang baca, saya bersyukur karena hitung-hitung meningkatkan kunjungan di blog kan. Kalau sedikit atau bahkan gak ada yang baca juga gak masalah sih karena saya sadar, belum tentu orang lain butuh curhatan orang kan, hehe.

Sebagai Bukti Pernah Ke Suatu Tempat
Sisi lain dari saya adalah saya suka sekali jalan-jalan. Berkunjung ke suatu tempat yang baru bisa membuat saya lebih bersyukur, meningkatkan mood, me-recharged energi kembali, dan melupakan beberapa hal yang menyakitkan, ups!

Sepulang dari jalan-jalan itu, rasanya sayang banget kan kalau gak diabadikan lewat tulisan? Siapa tahu juga bisa jadi referensi orang lain yang butuh informasi tempat wisata atau sekadar menyegarkan pikiran sejenak. Makanya, saya buat ruang juga di blog ini dengan nama Jalan-Jalan.

Isinya beragam. Selain saya bercerita dari sudut pandang saya sendiri, juga sering saya tambahkan informasi tentang tempat yang saya kunjungi itu, bagaimana menuju kesana, berapa perkiraan biaya akomodasi dan lain-lain. Jadi, pembaca juga tidak hanya menikmati cerita saja, tapi juga ada gambaran kalau suatu saat ingin kesana.


Ajang Belajar Berkompetisi
Awal tahun 2017an, saya baru tahu kalau ternyata sering banget ada kompetisi blog ya. Haha, kemana aja saya selama ini? Mencoba mencari peruntungan sambil menjalankan hobi menulis, saya mulai ikut-ikutan kompetisi itu.

Berhasil jadi juara? Oh tentu tidak semudah itu! Bagi saya yang selama ini menulis dengan gaya bebas dan baru dalam kompetisi blog, tentu tidak mudah membuat tulisan dengan banyak aturan. Terlebih lagi, harus dengan membranding merk produk tertentu juga. Alhasil, dari banyaknya kompetisi di tahun ini, tidak ada satupun nama blog saya dalam daftar pemenang, haha.

Tahun-tahun selanjutnya, saya belum kapok ikut kompetisi blog lagi. Berbekal sedikit pengalaman dari kompetisi sebelumnya, saya mencoba peruntungan lagi. Hasilnya, tetap tidak jadi pemenang juga. Dan setelah beberapa kali ikut dan tak pernah menang, akhirnya saya beralih saja. Mengabaikan yang bukan jadi jalan saya.

Tapi tidak memungkiri sih, ada juga kompetisi blog dengan lingkup yang lebih kecil yang berhasil saya raih juaranya. Dari mulai juara harapan hingga masuk tiga besar, alhamdulillah. Kalau sudah pernah menang gitu, sebenarnya semangat akan membara lagi ikut kompetisi, tapi mau seberapa banyak kompetisi kalau tujuan akhirnya hanya jadi pemenang dan bukan atas dasar jiwa kepenulisan?

Di tahun 2018, untuk pertama kalinya saya ikut tantangan 30 hari menulis dari Blogger Perempuan. Ini benar-benar tantangan sih karena harus ditulis setiap hari selama 30 hari berturut-turut. Berhasil? Diluar perkiraan, akhirnya saya berhasil menyelesaikannya meski serasa seperti dikejar-kejar deadline setiap hari, haha.

Blogger Perempuan

Tapi dari tantangan itu, saya jadi lebih semangat lagi menulis dan mulai kembali menata blog saya jadi lebih rapih. Dan hari ini di Ramadhan tahun 2025, saya bisa menyelesaikan misi lagi dari Blogger Perempuan. Yeaayy!

Bagi saya, blog bukan hanya sekadar rumah untuk tulisan-tulisan saya, tapi juga tempat merenda kenangan lama, merangkai kisah perjalanan, dan mengabadikan peristiwa berharga. Kalau ditanya mau sampai kapan ngeblog? Saya tidak tahu akan bagaimana akhirnya, tapi saya akan tetap merawat blog ini, seperti merawat rumah sendiri.

Kalau kamu, punya momen apa saja selama blogging? Tulis di kolom komentar ya!


24 Maret 2025

Mendekatkan Hubungan Antara Ayah Anak

Halo!
Entah bagaimana awalnya, hubungan antara Wafa anak saya dan ayahnya sendiri kurang begitu dekat. Dalam artian, ya biasa aja. Bahkan lebih seringnya gak mau sama ayahnya.

Agak heran juga dan sering bertanya-tanya sendiri, kenapa bisa begitu. Padahal dari lahir ya sama ayahnya juga. Berjemur pagi sama ayahnya walaupun memang waktu itu bergantian juga sama akung dan utinya. 

Ayah dan anak
Wafa dan ayahnya

Semenjak Wafa lahir, saya memang tinggal sementara bersama orangtua karena ibu sendiri yang minta. Saya juga dengan senang hati mengiyakan karena ini anak pertama dan saya belum terbiasa mengurus bayi dari lahir. 

Jadi, hampir semua urusan perbayian ini sama utinya. Mandi, pakein baju, gendong kalau saya lagi istirahat dan gak ada ayahnya. Apalagi saya lahiran caesar yang mana gerakannya gak seluwes perempuan yang lahiran normal. Ditambah mood yang swing kanan kiri karena ternyata sesensitif itu ya ibu abis melahirkan.

Peran ayahnya ya mencuci baju kotor bayi, menyiapkan cemilan ibuknya terkhusus untuk malam hari, dan bersihin pup si bayi. Gendong seluangnya waktu sebelum berangkat kerja dan sepulang kerja. Kalau malam bayi kebangun juga sama saya karena bayi ASI. 

Setelah 3 bulan akhirnya pulang ke rumah, peran ayah juga gak terlalu beda. Karena ya itu tadi, anaknya suka masih nangis pas digendong ayahnya. Padahal sudah dibuat senyaman mungkin gendongnya.

Malah pernah ada fase dimana si bayi ini akan selalu bangun dan nangis di malam hari, tepatnya sekitar pukul 22.00 sampai jam 02.00 dini hari atau bahkan lebih. Ayahnya gantian gendong juga. Kadang berhasil tidur, kadang masih juga nangis.

Saya juga pernah berfikir, mungkin si ayah kurang punya kedekatan dalam arti belum terbentuk tuh sifat kebapakannya. Saya pernah baca, kalau perempuan itu otak dan prilakunya sudah otomatis bisa menyesuaikan ketika si bayi lahir. Berbeda dengan laki-laki yang harus diupayakan dan dibentuk dulu sesering mungkin.


Nah, dalam proses membentuk seorang ayah ini, sebenarnya sudah jauh-jauh hari saya komunikasikan dengan suami. Mulai dari harus bisa ganti popok, mandiin bayi, gendong, dan lain-lain. Tapi pada kenyataannya setelah bayi lahir, ya gak semua hal itu bisa dilakukan dengan luwes.

Semakin hari, saya dan suami semakin sering mencoba berbagai hal agar Wafa bisa dekat dengan ayahnya. Saya juga sering ajak ngobrol walaupun dia belum bisa bicara waktu itu. Khususnya ngobrol di malam hari sebelum dia tidur. Saya bilang bahwa ayah dan ibu sama-sama sayang pada Wafa. Ayah kangen sama Wafa. Ayah pengen gendong Wafa. Ayah mau main sama Wafa, dan lain-lain.

Di usia sekitar 6 bulan ke atas, Wafa malah makin jadi menjauhnya dari ayahnya. Dia seperti tidak ingin pisah dari ibunya. Kadang-kadang saja mau diajak jalan pagi atau sore, tapi sebentar kemudian sudah sibuk mencari ibunya. Tentu saja, hal ini membuat saya kewalahan. 

Bukannya tidak suka, tapi adakalanya saya ingin punya waktu sendiri sebentar saja. Sekadar bernafas dengan santai atau menghirup teh tanpa siapa-siapa. 

Saya dan suami terus mengupayakan segala cara agar anak kami bisa dekat dengan ayahnya. Syukur, si gadis kecil ini sudah mulai bisa berbagi kegiatan dengan sang ayah walaupun gak bisa selama dengan ibunya.

Menyambut Kepulangan Ayah

Saya bilang ke suami, kalau pulang kerja tolong bawakan sesuatu untuk Wafa. Apapun itu. Bisa bunga rumput, dedaunan, mainan sederhana, gambar, makanan, atau apa saja yang bisa menjadi hadiah untuknya. Kalau orang dewasa saja senang dengan oleh-oleh, anak kecil pasti juga akan menyukainya kan? 

Maka ketika ada sesuatu yang dibawakan ayah untuknya, saya akan bilang ini dari ayah untuk Wafa. Di lain waktu, saya akan tanya lagi dengan pertanyaan semisal 'kemarin, bunganya dikasih siapa?' dan dia bisa menunjuk ayah dengan raut wajah gembira.

Saya juga selalu berusaha menyambut kepulangan sang ayah dengan gembira. Kalau Wafa lagi bermain misalnya, saya dengar suara motor ayahnya mendekat, akan saya bilang 'wah ayah pulaangg!' untuk kemudian dengan antusias membukakan pintu.

Sejauh ini, metode ini cukup berpengaruh di anak saya. Kalau sudah terdengar suara motor ayahnya mendekat, Wafa akan berhenti bermain dan bertanya pada saya 'Ayah?' dan saya antusias menyuruhnya melihat keluar dan membukakan pintu. Seringnya malah Wafa akan memanggil ayahnya sambil berlari.

Saya juga sering ajak Wafa keluar rumah selepas ashar untuk menunggu ayah sembari bermain di luar rumah. Nah, kalau ayahnya sudah pulang, biasanya Wafa akan meminta naik motor keliling sebentar. Persis yang sering saya lakukan dulu sewaktu kecil bersama ayah saya.

Membantu Ayah

Kagiatan lain yang sering saya sodorkan pada Wafa adalah membantu pekerjaan ayah di rumah. Paling sering sih membersihkan halaman seperti memotong rumput, menyapu halaman, dan menyiram bunga. Mungkin karena kegiatannya di luar rumah yang notabene disukai Wafa, jadi dia betah meskipun berlama-lama dengan ayahnya.

Ayah dan anak
Bantu ayah nyapu halaman

Satu lagi kegiatan favorit Wafa bersama ayahnya adalah mencuci motor. Dia bisa bebas bermain air, memeras air dengan spons atau lap basah, meniru gaya ayahnya mengelap motor dan lain-lain. Pokoknya kalau saya bilang, ayah mau cuci motor, Wafa akan dengan semangat langsung menghampiri.

Membaca Buku Tentang Ayah

Karena memang anak saya suka membaca buku, jadi saya pikir buku bisa menjadi media yang baik untuk memberi contoh pada Wafa. Beberapa kali ketika ada tokoh sang ayah dalam buku ceritanya, saya akan mengaitkannya dengan kegiatan sehari-hari. 

Beberapa waktu yang lalu, pas banget baru beli buku anak yang ternyata tokoh dan cerita di dalamnya seputar ayah. Judulnya Ketika Aku Senang, Sedih, Marah, Takut. Sebenarnya buku ini fokus pada pengenalan emosi anak seperti senang, marah, sedih, dan takut yang dibalut cerita sederhana dan dekat dengan keseharian anak.

buku anak
Buku anak

Tokohnya berupa anak harimau bernama Momo dan ayahnya. Diawali dengan Momo yang merasa senang karena banyak permainan di taman bermain, namun ketika ia meminta permen kapas pada ayahnya, ia menjadi tidak sabar dan akhirnya marah.

Emosi lain muncul ketika Momo menyadari bahwa ia tersesat saat berlari mengejar penjual permen kapas itu. Momo merasa sedih karena tidak tahu dimana ayahnya berada. Ketakutannya muncul ketika ia bertemu dengan orang asing yang menyapanya yang rupanya ia adalah petugas keamanan. Momo diantarkan ke pos keamanan dan akhirnya bertemu kembali dengan ayahnya.

Buku anak

Cerita itu bisa sangat melekat pada anak saya karena pada waktu buku itu datang, keesokan harinya kami mengajaknya ke taman bermain juga. Adegannya sama persis dengan yang ada di buku, termasuk saat sang ayah mengambil foto Momo. Suami saya juga mengambil foto saat Wafa sedang bermain mobil-mobilan. Jadi, dia bisa merasa bahwa sosok ayah yang ada dalam buku itu memang nyata adanya.

Beberapa kegiatan itu terus kami lakukan sesering mungkin. Harapannya agar gadis kecil kami bisa dekat, bukan hanya pada ibunya saja, tetapi juga dengan ayahnya. Menurut kalian, ada yang bisa dilakukan lagi gak sih? Komentar di bawah ya!

Baca juga : Surat Untuk Wafa

21 Maret 2025

DIY Permainan Edukasi Untuk Anak

Setelah punya anak dan belajar sedikit-sedikit tentang ilmu parenting, saya jadi lebih banyak fokus meluangkan waktu ke anak. Lebih banyak waktu bersama, berarti lebih banyak hal yang bisa dia dapatkan. Bukan hanya anak saja yang belajar, tapi juga saya sebagai ibunya juga belajar. Belajar memahami anak, belajar sabar, dan belajar jadi orangtua yang bijak dan bisa memenuhi hak anak.

Ide bermain anak



Termasuk saat memberi mainan padanya. Saya termasuk agak pilih-pilih mainan sih. Bagi saya, mainan itu bukan sekadar untuk membuat anak diam di tempat, tapi juga bisa mengembangkan otaknya, motorik kasar dan halusnya, serta ikatan emosional antara anak dan saya.

Berbekal sedikit pengalaman mengasuh beberapa ponakan, melihat gaya orang lain mengasuh anaknya, juga mencari referensi dari berbagai sumber, beberapa kali saya memutuskan untuk membuat suatu permainan bersama anak saya.

Busy Box

Sebenarnya di pasaran banyak sekali dijual busy jar atau busy box untuk mainan edukasi anak. Apalagi kalau cari di e-commerce, gampang, praktis, tinggal tunggu barang datang aja. Tapi saya memilih untuk membuatnya sendiri.

Ada kotak bekas botol minum yang masih bagus, bahannya lumayan tebal dan kokoh, ukurannya juga sedang. Jadi saya memanfaatkannya untuk buat busy box aja.

Karena kotaknya persegi oanjang, saya bagi jadi 3 bagian. Bagian pertama saya lubangi tengahnya agak besar, mirip seperti lubang celengan. Bagian ini untuk memasukkan koin besar. Koinnya saya pakai bekas tutup galon. Kan ada tuh bagian yang keras ya, bulat. Nah itu yang saya gunting rapihkan biar gak tajam pinggirannya.

Ide bermain anak
Busy Box

Bagian ke dua, saya lubangi kecil-kecil dan buat beberapa lubang. Bagian ini untuk memasukkan stik es krim. Kebetulan saya masih punya sisa stik es krim dari beberapa waktu yang lalu. 

Bagian ke tiga, saya lubangi juga hampur sama dengan ukuran lubang unyuk stik es krim, tapi dibuat jumlah genap. Bagian ini untuk memasukkan pita berwarna warni. Jadi untuk kegiatan tarik menarik pita gitu. Unyuk pitanya saya pakai pita satin biasa yang bagian ujung-ujungnya saya tempelkan pembatas.

Ide bermain anak
Wafa bermain busy box

Jadi deh busy box buatan sendiri. Alhamdulillah anaknya seneng banget dan tertarik untuk mainan ini. Saya ajarkan bagaimana peraturan permainannya. Saya contohkan dulu, lalu biarkan dia sendiri melakukannya.

Saya buat mainan ini ketika anak saya berusia sekitar 12 bulan waktu itu. Manfaatnya banyak. Melatih motorik halus, sensori, melatih fokus, konsentrasi serta melatih koordinasi mata dan tangan.

Memberi Makan Boneka

Lagi-lagi saya membuat permainan edukasi dari bahan kotak bekas. Idenya dari Pinterest. Buatnya bareng anak saya, jadi sekalian bonding sama anak. Saya pakai kotak bekas bubur instan yang gak terlalu besar. 

Saya gambar boneka beruang di kertas kosong dengan bagian mulut yang bisa dilubangi untuk memasukkan makanannya. Gambarnya pakai pensil biasa dan diwarnai pakai krayon. Selama mewarnai, anak saya juga mau ikut-ikutan, jadi dia juga tau kalau sedang membuat mainan bersama.

Ide bermain anak
Memberi makan boneka

Kemudian, gambar yang sudah jadi tadi, ditempel di kotak bekas dan dilubangi juga bagian mulut di kotaknya. Terakhir, buat makanannya. Saya hanya buatkan dengan kertas bekas undangan yang digulung dan dipotong-potong kecil, mirip twister.

Permainannya sangat mudah, hanya dengan memberi instruksi padanya untuk memberi makan boneka. Anak saya senang dan terlihat mudah sekali melakukannya. Mungkin karena ukuran lubang mulut bonekanya besar dan makanannya kecil, jadi mudah saja. Tapi yang terpenting adalah saya buat dia sibuk dengan kegiatan bersama ibunya. Tanpa gadget, tanpa layar digital, tanpa bunyi-bunyian yang nyaring. 


Feeding the Animals

Hampir sama dengan yang saya buat sebelumnya, tapi kali ini saya buat lebih menantang. Jadi, anak akan berfikir selama permainan berlangsung.

Saya masih pakai kotak bekas bubur instan yang ukurannya gak terlalu besar. Pertama, saya buat gambar di kertas kosong beberapa hewan yang berbeda jenis makannya. Waktu itu saya buat kucing, kelinci, sapi, monyet, dan singa. Menurut saya, keempat hewan ini cukup mewakili makanan yang berbeda.

Oh iya, saya buat gambar hewan hanya bagian kepala saja ya, dengan bagian mulut bisa dilubangi. Saya gambar pakai pensil dan warnai pakai krayon biasa. Setelahnya, saya tempel gambar itu di atas kotak bekas tadi. Gunting bagian mulut sehingga nanti bisa dimasuki gambar makanannya.

Ide bermain anak
Beberapa hewan dengan makanannya masing-masing

Baru saya buat dan potong gambar makanannya. Ada ikan untuk kucing, wortel untuk kelinci, rumput untuk sapi, pisang untuk monyet, dan potongan daging untuk singa. Saya buat ukuran kecil yang sekiranya pas dimasukkan ke dalam lubang mulut tadi.

Jadi deh. Tinggal saya contohkan saja permainannya sambil dikasih tau jenis hewan dan makanannya. Selama permainan, anak saya sebenarnya paham apa makanan untuk hewan apa, tapi dia suka iseng aja dan seperti menguji reaksi ibuknya kalau salah.

Ide bermain anak
Kegiatan bermain Wafa

Untuk mainan yang satu ini, di anak saya tidak terlalu awet ya. Selain karena kotak bekasnya gak terlalu kokoh, kertas gambarnya juga tipis dan rawan sobek. Ditambah anaknya juga suka iseng dan lagi dalam fase suka kelopekin apapun yang nempel. Jadi ya hanya bertahan beberapa hari saja.

Pancing Keranjang

Permainan yang satu ini saya dapat ide dari Pinterest juga, tapi dengan berbagai penyesuaian bahan dan bentuk. Jadi, intinya permainan ini untuk melatih otot tangan, koordinasi mata dan tangan, fokus, dan  konsentrasi.

Karena memang saya ingin memanfaatkan apa yang ada di rumah, jadi saya buat sesederhana mungkin tapi tetap sama cara bermainnya. Saya manfaatkan kertas undangan bekas, saya buat menyerupai keranjang yang ada pegangan melingkar di atasnya, tapi tanpa alas. Yang terpenting bagian atasnya ini sih. Untuk pancingnya, saya buat dari pipe cleaner yang dibuat melengkung seperti pancing dan diberi tangkai dari pensil.

Ide bermain anak
Pancing keranjang

Jadi, si anak saya beri contoh untuk mengaitkan pancing ke pegangan keranjang bolong itu. Pindahkan satu persatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Di anak saya, permainan ini lumayan menguras fokus dan kekuatan tangan sih. Tapi semakin belum kena, semakin dia penasaran dan pantang menyerah hingga berhasil memindahkan beberapa keranjang bolong itu.

Ide bermain anak
Wafa bermain pancing keranjang

Rescue The Animals

Kalau permainan yang satu ini, buatnya paling mudah sih dan bahannya juga tinggal cari kertas apapun yang ada. Saya pakai beberapa hewan mainan dan saya bungkus pakai kertas bekas. Bungkusnya bebas aja, yang penting terbungkus tapi tanpa lem ya. 

Nah, permainannya adalah dengan membebaskan hewan-hewan itu dari 'perangkap' kertas. Permainan ini juga bisa melatih motorik halus anak dan konsentrasi. Di anak saya, ketika dia berhasil mengeluarkan hewan-hewan itu dari bungkusan kertas, saya berikan tepuk tangan sambil menyemangatinya. Sehingga dia pun ikut tertawa dan bertepuk tangan.

Ide bermain anak
Wafa bermain

Nah, itu dia beberapa permainan edukasi yang bisa kalian coba di rumah dengan menggunakan bahan-bahan yang ada. Membuatnya juga mudah dan yang pasti membuat ikatan emosional antara ibu dan anak semakin erat. Mau coba buat yang mana dulu nih?