31 Desember 2015

Calendar of Dreams 2016

Dan waktu berjalan begitu cepat...

It’s December 31th 2015. Beberapa jam lagi berganti tanggal. Bulan, dan tahun. Sebenernya memang gak ada apa-apa sih, tapi menyiapkan sebuah resolusi gak ada salahnya kali ya, hehe. Seperti berbelas tahun lalu, aku begitu senang menulis resolusi di malam pergantian tahun. Ingin ini, ingin itu. Banyak mimpi yang ingin diwujudkan di tahun yang baru. Walaupun, pada kenyataannya gak semua bisa jadi kenyataan hehe.

Belakangan ini, aku jarang nulis diary. Alasan paling kuat adalah gak banyak waktu sendirian lagi (dan kalau nulis diary ditemenin, rasanya tuh gak asik hehe). So, aku selalu menunda, besok aja lah nulisnya, besok lagi aja, dan pada akhirnya beberapa peristiwa terlewat begitu saja. Ok, kembali ke topik awal, biasanya aku menulis mimpi-mimpi itu dalam diary. Tapi berhubung kalau di rumah gak punya banyak waktu sendiri, aku tulis beberapa disini (sambil nunggu si mamas jemput aku).

Calendar of Dreams 2016

Ini mengutip judul dari potongan nasihat seorang ustad kemarin. Tuliskan semua mimpi lalu berdoa supaya mimpi-mimpi itu bisa terwujudkan dengan usaha kita.

Ada beberapa mimpi yang pengen terwujud di tahun depan :
  • Punya anak, hihi

Secara, aku kan sudah nikah. Hal yang begitu lumrah kan kalau aku pengen punya keturunan? :P seorang anak yang sholeh dan sholehah. Menjadi permata hati. Menjadi kebanggaan kami sebagai orang tuanya. Semoga Allah kabulkan. Aamiin..
  • Punya tempat tinggal sendiri

Rumah yang sederhana, dengan banyak jendela. Ada kolam ikan, perpustakaan, dan bunga-bunga. Mudahkanlah ya Allah.. J
  • Bisa masak masakan yang lebih enak, haha

Terimakasih untuk suamiku yang nerima semua masakanku walaupun kalau gak suka, aku suka ngambek. Semoga dirimu lebih doyan sayuran dan ikan ya, Mas.. :D
  •  Punya keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah

Agustus tahun depan kan tepat 1 tahun pernikahan kami, semoga gak hanya di tahun-tahun pertama aja bahagianya, tapi sampai selama-lamanya. Walupun kerikil pasti ada di tengah jalan, semoga gak jadi hambatan untuk kami meneruskan perjalanan panjang ini.


That’s. Sekelumit keinginan yang ingin kuwujudkan. Masih banyak sih mimpi ada dalam kepala ini, tapi beberapa yang aku sebutin di atas sepertinya cukup mewakili.

Well, see u next time :-*

04 November 2015

Mencitrakan Presiden Dalam Mata SBY (Selalu Ada Pilihan)

Ini resernsi sudah lama sekali aku buat dan coba dikirim ke media massa. Tapi ternyata gak dimuat-muat, hehe. Pas buka file-file lama, ketemu deh sama tulisan ini. Hayuk, kita posting aja daripada mendem di kompi.
ooo

Judul               : SBY, Selalu Ada Pilihan

Penulis             : Susilo Bambang Yudhoyono
Penerbit           : Penerbit Buku Kompas
Tahun terbit     : 2014
Tebal               : xvi + 808 halaman

Tahun 2014 nampaknya adalah tahun yang ramai dengan suasana politik. Bagaimana tidak, di tiga bulan pertama tahun ini hampir seluruh elemen masyarakat ribut soal mengunggulkan partai apa dan siapa saja calon anggota legislatif yang mereka jagokan. Seluruh partai yang lolos verifikasi dan resmi masuk dalam partai peserta pemilu, ramai-ramai mengibarkan benderanya. Pemilu legislatif akan segera berlangsung. Beberapa bulan kemudian, bakal ada lagi acara pemilihan yang berkaitan dengan pemilu legislatif, yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden.

Meski masih terbilang lama, sudah ada beberapa capres dan cawapres yang diperkenalkan baik oleh partai maupun oleh dirinya sendiri. Secara tidak langsung pun, sudah ada beberapa usaha yang bisa dianggap pencitraan kepada seseorang dalam kaitannya dengan pemilihan capres dan cawapres ini. Sedikit demi sedikit sudah ada yang menyiratkan misi dan visinya kalau di kemudian hari mereka dapat terpilih menjadi presiden dan wakil presiden. Berkampanye, mencoba merangkul rakyat dengan strateginya masing-masing. Tapi, apakah mereka sudah siap dengan konsekwensinya jika memang mereka ditakdirkan menang dalam pemilihan nanti?

Inilah yang diusung oleh Susilo Bambang Yudhoyono dalam bukunya SBY, Selalu Ada Pilihan. Buku setebal lebih dari 800 halaman ini dibagi menjadi empat bab besar. Bab pertama menggambarkan keadaan negara kita pada saat sekarang ini. SBY menggambarkannya dari sudut pandang politik, ekonomi, sistem pemerintahan, hingga sikap beberapa media massa dan pers yang dianggap SBY terlalu sering melebih-lebihkan sebuah berita. Padahal memang kemerdekaan pers itu penting, sangat penting, tetapi perlu digunakan secaa benar dan untuk tujuan yang konstruktif (kutipan dari bab pertama halaman 56).

Bab kedua bercerita tentang pengalaman SBY selama menjadi orang nomor satu di Indonesia. Bagaimana di tengah kesibukannya membenahi Indonesia, ia terus dihujani kritik dan fitnah yang seolah tak ada habisnya. Pengalaman-pengalaman ini ia kisahkan dengan bahasa yang lugas dan santai. Belum lagi bagaimana ia mengatur kepentingan agar jangan sampai kepentingan negara tidak bercampur dengan kepentingan pribadinya.

Di bab kedua inilah, pembaca seolah digiring untuk dapat merasakan bagaimana sibuknya seorang presiden dalam menjalani hari-harinya. SBY pun ingin agar pembacanya bisa memahami betul bagaimana presiden bekerja; bahwa memang pemimpin itu bisa melakukan banyak hal tetapi tidak bisa melakukan semua hal. Saya sendiri bahkan beranggapan bab ini ditulis sebagai klarifikasi atas banyak hal yang ditimpakan kepada SBY. Pertanyaan-pertanyaan yang sejatinya mungkin masih ada dalam fikiran kebanyakan orang. Dan sebagai orang yang awam politik, saya bisa sedikit terbuka dengan membaca buku ini meski jujur, saya banyak tidak mengerti dengan istilah yang sering digunakan.

Bagi saya, buku ini sedikit banyak memberi referensi untuk mereka yang akan masuk ke ranah perpolitikan khususnya untuk ranah yang lebih tinggi dari sekadar partisipan sebuah partai atau calon legislatif. Setidaknya agar tahu bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Mulai dari strategi berkampanye dan sikap-siakp yang harus diambil selama masa kampanye berlangsung. Inilah yang SBY tulis dalam bab ketiga.

Ada sedikit yang mengganjal dalam buku ini. Hampir seluruh isi buku ini berisi hal-hal yang “seram” yang dijalani seorang presiden. Memang ada satu sub bab yang sedikit memberi angin segar bahwa kehidupan presiden tidak melulu diwarnai oleh tekanan dan kritikan, tapi hal itu hanya dibahas sekadarnya saja. Itu pun menurut saya tidak signifikan jika dibandingkan dengan keseluruhan isi buku. Atau barangkali memang sengaja diporsikan sekecil mungkin untuk menantang para calon pemimpin berikutnya agar tidak tergiur dulu oleh jabatan dan mungkin kekuasaan yang akan diraihnya sehingga diharapkan bisa siap mental untuk bertahan menghadapi dinamika kehidupan presiden.

Pada bab akhir, SBY berbagi nasihat kepada orang yang nantinya akan memimpin Indonesia. Nasihat-nasihat ini memang masih erat kaitannya dengan apa yang telah ia sampaikan di bab-bab sebelumnya. Sebagai penutup, ada kutipan dari SBY yang saya ambil dari halaman 786 di bagian akhir buku ini.

Di saat-saat akhir pengabdian saya sebagai pemimpin di negeri ini, saya mengajak seluruh rakyat Indonesia terutama para elite dan tokoh bangsa, untuk membuat politik dan demokrasi kita ini makin matang, makin berkeadaban, dan makin berkualitas.

26 Oktober 2015

Orang-Orang di Balik Layar

Haiii
Ketemu lagi sama aku... :D #pake gaya alay gitu, hehe. Oke, ada waktu sedikit sepulang kerja sambil nunggu Mamas jemput aku. Meneruskan cerita yang kemarin, ehem, masih nuansa wedding yang kayaknya masih terus bersambung sampai tua. Aamiin...

Seperti janjiku di edisi kemarin, kali ini aku mau posting tentang orang-orang di balik layar yang sudah berhasil membantu acaraku meriah dan berkesan. Siapakah dia?

First, orang-orang dapur yang bantu-bantu masak. Istilah dalam masyarakatku, rewang. Yap, biasanya yang rewang untuk dapur adalah para ibu dan perempuan baik yang sudah menikah atau yang belum menikah. Tapi kebanyakan sih ibu-ibu, secara mereka lebih pengalaman dalam hal masak-memasak. Kalau para gadis atau yang masih dianggap lebih muda, biasanya ada di bagian dalam rumah, mengurus hal-hal yang lumayan bersih (gak belepotan bumbu, maksudnya) seperti bungkus kue dalam kotak, atau bantu siapin suvenir.

Kalau di tempat tinggalku, masih banyak tetangga-tetangga yang datang untuk rewang, bahkan dari 3 hari menjalang hari-H. Kalaupun untuk masakan pada hari-H pakai orang panggung (semacam orang sewaan khusus untuk mengurusi hidangan tamu pada hari-H), ibu-ibu yang rewang ini bantu-bantu masak untuk yang bantu-bantu itu (agak ribet ya bahasanya hehe). Para lelaki biasanya bantu untuk mengantar punjungan alias makanan dalam rantang atau mangkuk untuk orang-orang yang diundang atau lebih pada orang-orang yang lebih dihormati. Bujang dan bapak-bapak biasanya sampai larut malam untuk menunggu sambil ngobrol. Istilah kami, lek-lekan. Khususnya pada malam menjelang hari-H.

Ibu-ibu juga diamanahi untuk mengurus saudara-saudara si tuan rumah yang datang. Biasanya orang tua mempelai kan hanya duduk di kursi pelaminan mendampingi putra putrinya, makanya mesti ada yang ngurus saudara atau besan yang datang, biar gak dicuekin gitu. Trus, pas pulang ada yang dibawa seperti kue-kue atau lauk.

Nah, inilah mereka yang berjasa di balik layar dapur...

Walaupun cape tapi masih bisa senyum ya, hehe
Bapak-bapak yang cuci piring :)
Next, bulek yang buat penampilanku jadi beda banget, hehe. Bulek Yati dan asistennya yang dari dua bulan sudah aku cereweti masalah tema untuk acaraku. Bulek ini kebetulan juga temen ibuku dan sudah jadi langganan kalau ibu ada acara yang perlu tata rias gitu. Jadi sudah kenal lah dan lebih mudah untuk mengkomunikasikan gimana keinginanku.

Dua bulan sebelum hari-H, memang sudah aku pesan dan aku bilang temanya pink. So, dari tenda, sarung kursi, dekor pelaminan dan lain-lain, kalau bisa warna pink dan putih, atau senada. Sempat kewalahan sih katanya cari warna pink dan mematchingkannya, khususnya tenda. Tapi pada akhirnya ada juga tuh hehe.

Untuk make up, dari awal memang aku sudah pesan untuk gak terlalu tebal make up-nya, pokoknya yang minimalis dan natural aja lah. Dan yang terpenting adalah masalah model jilbab yang aku keukeuh banget aku gak mau dililit-lilit (kayaknya gak bisa noleh gitu), trus gak mau cukur alis. Alhamdulillah.. berhasil ngelobi si bulek dan jadilah seperti yang aku inginkan.

Gak dipakein blush on juga sudah merona kok, bulek.. hihi :P
ehm, mataku jadi lebih lebar, cyiiinnn :D
Selanjutnya adalah sang fotografer. Ini nih yang sempat cari kesana kemari. Secara, aku gak bisa terlalu percaya sama orang sebelum aku lihat hasil kerjanya seperti apa. Trus, aku juga mau hasil fotonya nanti berkesan banget dan seolah bercerita, gak hanya sekedar gambar mati yang biasa-biasa aja.

Jadi, aku coba cari sang fotografer yang bergaya casual bisa, formal juga gak masalah. Rekomendasi ibu sih juru foto yang memang dia sudah biasa jadi juru foto acara pesta, tapi kok aku gak sreg aja. Nah, ketemu lah sama temen SMP yang ternyata sudah jadi fotografer, dan memang biasa menangani acara pesta. Tanya-tanya dan nego-nego, cocok lah, tapi ternyata si dia salah ingat tanggal. Sudah mau aku fix-in, katanya sudah dibooking di tempat lain. Hyaaaa...

Sudah agak galau sih karena waktu yang sudah gak lama lagi. Akhirnya ada rekomendasi dari seorang teman juga. Tanya-tanya, lihat-lihat hasil fotonya, nego-nego, jadi deh! Gak mengecewakan, dan harganya juga cukup terjangkau. Inilah sebagian hasilnya...
Eheeemmm, pengarah gayanya itu lho >,<
Pinky banget, cucok
Sok romantis gitu deh, haha
No comment, it's too good!
Karena aku suka puisi, makanya dia minta beberapa potongan puisi yang kutulis untuk jadi pelengkap di foto itu. Cucccoookkk banget! Love it!

Sayangnya sang fotografer ini cuma bisa mentok sampe sore aja, padahal acara sampe malam. So, untuk malam dengan sangat terpaksa pakai dokumentasi pribadi aja. Lagipula, tamu-tamu sudah gak terlalu ramai lagi, juga si bulek perias pun sudah pulang. Alhasil selepas maghrib aku pakai jilbab tanpa kreasi yang se-ulala sebelumnya, hehe.
sayang gak fokus fotonya...
Dayang-dayang :D
Masih banyak sih sebenarnya orang-orang yang berada di balik layar yang sudah membantu melancarkan acara kemarin, tapi maaf sekali gak bisa disebutkan disini satu per satu. Semoga Allah membalas kebaikan kita semua. Aamiin..

Baiklah, rasanya cukup sampai disini dulu coretan kali ini. Kita sambung di tulisan berikutnya ya. See you next time :-* 

25 September 2015

One Month Anniversary (Telat sih, hehe)

Alhamdulillah..
Satu bulan lebih kita bersama. Menjalani kehidupan baru yang belum pernah kita lalui sebelumnya. Masih terlalu banyak keindahan, kegembiraan, kebahagiaan, meski kadang terselip satu kesedihan karena mungkin kita belum saling paham. Belum banyak yang kita mengerti tentang keluarga kita. Tak dipungkiri, terkadang kita masih canggung dalam berkomunikasi dengan mereka, dengan ibu bapak kita, dengan kakak adik kita meski kita telah sangat berusaha untuk biasa saja.

Keluarga dari pihak Mamas || rame :D

Keluarga dari pihakku || rame juga sih :D
Satu bulan lebih kita bersama. Kita mulai terbiasa berbagi apapun. Berbagi makan, berbagi minum, berbagi tempat beristirahat...
Ooo

Hehe.. sebenarnya tulisan itu pengen aku posting pas tanggal 15 September kemarin. Secara, pas anniversary satu bulan gitu, tapi apalah daya. Pas tanggal itu aku cuma bisa buat coretan seperti ini :

Ups!
Well, mengingat saat-saat bahagia itu memang selalu menyenangkan. Mengingat gimana proses dari awal keluarga mamas datang untuk melamar, mengingat gimana proses mengumpulkan teman-teman untuk bisa datang ke acara resepsi, mengingat gimana kesana-kemari cari pengisi acara. Mengingat itu semua, rasanya gak pernah bosan untuk lihat foto-fotonya (lagi-lagi foto, memang dasar narsis sih haha).
Ooo

Terimakasih untuk semua teman yang sudah hadir kemarin. Juga pengisi acara yang aku merasa amazed banget karena mereka mau hadir.  Gak semuanya bisa diposting karena keterbatasan ruang disini, tapi intinya aku sangat berterimakasih.

Pertama, untuk MC, kak Sujarwo. Walaupun aku gak bisa lihat gimana awalnya dia nge-MC (aku masih dipingit di kamar), tapi suaranya masih tetep kedengeran. Gak pernah kebayang sebelumnya mau di-MC-in sama orang yang sangat berbakat sepertinya. Pulangnya gak bisa bawain apa-apa karena aku pun masih di ‘kursi kebesaran’, dan untuk mendelegasikan orang buat bawain sesuatu pun kondisinya masih ramai. Thank you so much deh, Kak Jarwo. Semoga Allah selalu melimpahkan rezeki untukmu...

Terimakasih kak Jarwo, perfecto!

Kedua, untuk tim nasyid Uswah Voice yang sudah jauh-jauh datang dari Palembang. Beneran pengorbanan banget lah mereka, karena baru sampai Lampung tuh jam 1 malam, dan itu kelewatan pula. Trus, gak ada mobil untuk jemput karena sudah larut malam, alhamdulillah masih ada motor. Tapi, sayang banget kok gak ada foto bareng kami ya? Apakah terlewat atau pakai kamera siapa gitu waktu itu? Sudah ngubek-ngubek 3 folder foto acara kemarin, tapi gak ketemu juga. Tak apalah, yang penting masih ada foto pas mereka lagi di panggung. Paling berkesan tuh pas mereka bawain lagu pesenanku (Tulus- Teman Hidup, Joy Tobing- Semua Karena Cinta, dan The Fikr- Wanita Sholehah). Thank you so much pokoknya. Jangan kapok kalo diundang ke Lampung lagi, hehe.

Nuhun yak, kang indra dkk.. :D
Ketiga, untuk teman-teman yang masih jauh juga, dari Banyuasin. Berasa amazed banget karena mereka serombongan naik kereta dari Palembang. Niatnya sih sekalian jalan-jalan makanya rame, wkwkwk. Tapi, lebih surprisenya lagi mereka manggung juga! Jadi gantian deh sama tim Uswah Voice itu. Penampilannya kece, secara masih muda dan masih semangat.

Masih unyu2 banget kan? :D

Mb Titin (gendong anak), surprise dia masuk dateng :D
Perwakilan teman2ku yang sudah gak banyak lagi
Oke, segitu dulu pamer fotonya. Besok disambung lagi tentang orang-orang di balik layar. Siapakah mereka? Tunggu postingan berikutnya ya.. See you next time :-*

07 September 2015

Tapis Karnaval 2015

Lampung kembali mengadakan acara tahunan di bulan Agustus. Festival Krakatau. Acara yang diadakan untuk mengenang meletusnya gunung Krakatau lebih dari satu abad lalu. Acaranya memang banyak dan dirangkai secara seru, tapi lagi-lagi aku gak bisa ikutan dari awal. Alasannya masih klise, kebanyakan susah di waktu karena sebagian besar acara diadakan di hari Sabtu yang notabene aku masih kerja –walaupun hanya setengah hari.

Tapi, bersyukur banget masih punya kesempatan untuk dapet acara puncaknya, yaitu Tapis Carnaval. Acara penutup yang kalau aku lihat di TKP, menarik perhatian banyak sekali warga masyarakat Lampung dan mungkin saja ada masyarakat dari luar Lampung.

Namanya memang Tapis Carnaval, tapi yang tampil bukan hanya tapis saja, tapi juga berbagai adat dari perwakilan daerah di luar Lampung. Yuk mari kita cek :D
Tahun ini aku tunggu di Bundaran Gajah aja :)
 Tugu Gajah. Ini salah satu spot tempat berkumpul warga yang ingin menyaksikan karnaval. Beberapa spot lagi yang biasanya jadi tempat menunggu adalah Bundaran Masjid Al Furqon, biasanya disana juga ada penampilan tari-tari dari rombongan yang karnaval.

Next, cek foto-fotonya aja ya..
Drumband yang mengawali rombongan, mantab!!
Tuh kan, bukan hanya Tapis saja, dari daerah Jawa pun ada :)
Dari daerah Gunung Kidul nih || topengnya lucu!
Nah ini Tupping dari Lampung. Melambangkan patriotisme dalam masyarakatnya

Cantik-cantik yaaaa...
Mekhanai = bujang (Lampung)
Narsis, xixixi

Sama my Hubby, masih sempet aja di sela waktu tampil, hehe
Yah, intinya sih mari kita jaga budaya bangsa kita sendiri. Dan.. pesan sponsor, visit Lampung yuk!! :D

05 September 2015

Wedding Dress ^_^

Alhamdulillah..

Alhamdulillah, rasanya gak mau berhenti berucap syukur. Alhamdulillah tanggal 15 Agustus yang lalu, aku resmi jadi seorang istri. Yeeeeyyy!! :D

Bener sih kata temen, rasanya tuh gak mau berhenti untuk mengingat masa-masa menuju acara sakral itu. Mulai dari pertama kalinya kedua keluarga saling bertemu untuk mengutarakan niat baik, sampai akhirnya sah menjadi satu keluarga besar.

Memang agak telat sih posting ini, maklum lah ya, keadaan belum memungkinkan untuk menulis cerita. Tapi kalau gak cerita, rasanya gimana gitu :P maklum lagi, waktu untuk menulis benar-benar harus dicari yang pas. Rasanya kok waktu cepat sekali berlalu. Pagi, eh sudah ketemu sore lagi. Dan, yang terpenting adalah foto-foto saat acara baru jadi sekitar 10 hari setelah acara.

Well, di postingan terakhir kemarin, aku mau cerita tentang gaun pengantin ya. Baiklah, begini ceritanya...

Sudah lama sekali aku suka corat coret mendesain sesuatu, entah itu denah rumah, baju, bentuk bangunan, dan lain-lain. Nah, untuk gaun pengantin ini, aku memang sudah lama juga desainnya. Sekedar coretan sih, karena kalau lihat gaun di pasaran, kayaknya belum nemu yang cocok (pada waktu aku mau desain itu). Sebenernya pun waktu desain gaun itu, aku belum tau kapan mau nikahnya haha.  Tapi, kata seorang ustad, kalau punya niatan itu ya memang harus disiapkan. Nah, salah satunya ini :D

Coretanku jadi seperti ini

Membayangkannya sih bakalan bagus, hehe

Di pinggir-pinggir gaun itu bordiran, lapisan dalam dari bahan satin, dan lapisan luarnya dari bahan tile, yah bahan-bahan yang umum digunakan untuk membuat gaun lah.

Untuk warna, aku pilih putih karena acaranya kan sakral dan mengandung arti kesucian. Trus, untuk desain pinggang itu, dalam bayanganku adalah pita ukuran besar yang agak kaku (entah pakai bahan apa), dan dijahit sedemikian rupa hingga penampakannya seperti yang ada dalam gambar.

But, ternyata setelah gaun tuh jadi... jeng jeng! Sedikit gak sesuai dengan desain, terutama di bagian pinggang. Kalau sudah dipakai sih, bagus bagus aja (apalagi yang pakai orangnya cantik wkwkwk). Karena tuh pinggang kurang sreg, maka aku modif pakai bros dari bahan satin yang ukuran dan warnanya pas banget. Okelah.. jadinya seperti ini
Gak keliatan banget ya..

Ternyata gak ada foto yang spesifik hehe. Yah, gak terlalu mengecewakan lah..

Oh iya, adat di tempat tinggalku, kalau acara hajatan seperti ini bakalan sampai malam. So, gaun juga menyesuaikan lah ya (bisa ganti 3-4 kali gitu). Tapi aku milih ringkesnya aja, gak ganti terlalu banyak, karena pertimbangan ribet kudu ngerias dll, maka aku minta untuk ganti 3 kali aja.

Pertama, pas akad nikah. Gaunnya ya yang putih itu. Trus ganti siang sekalian ishoma. Untuk siang, pakai pakaian adat Jawa (karena aku memang keturunan Jawa). Lagi-lagi minta pakai jilbab yang bisa mengulur agak panjang, pokoknya gak mau dililit-lilit ke leher. kayaknya susah gerak gitu, hehe. So, jadinya seperti ini.

Kayak bukan aku ya, hehe
Nah, untuk gaun sore ke malam, aku pakai gaun yang spesial banget dikasih sama temen sesama penulis, mbak Elia Noviyanti. Gaunnya pas banget. Warnanya yang ungu bisa dipadu-padankan sama warna pink yang memang sudah dikonsep dari awal. Kalau ada yang berminat, sok atuh langsung ke TKP disini. Gaun-gaunnya syar'i, jahitannya juga rapi banget. Cucccooookkk pokoknya :D Makasih banget ya mbak Eliaaaaaa... :-*

Yang make overnya juga bisaan aja pake bunga-bunga di atas kepala itu :D
Yang gaya cuma yang cewek wkwkwk
Okelah, segitu dulu ya postingannya. Besok kita sambung lagi. See you next time :-*

25 Agustus 2015

PENGISI ACARA

Haha, ini sebenernya mau diposting jauh sebelum hari H, tapi karena terkendala banyak hal, jadi baru sempat posting setelah jauh hari setelah hari H. Tulisan aslinya begini, tapi ternyata ada beberapa hal yang berubah (nanti akan kuceritakan di postingan selanjutnya).

Yuhuuu.. tinggal 15 hari lagi menuju upacara kemerdekaan, eh, menuju upacara sakral dalam kehidupan manusia, hehe. Dalam waktu yang sudah tidak bisa dibilang lama lagi, aku merasa masih santai saja. Mungkin karena belum ada saudara dan tetangga yang rewang (rewang=bantu-bantu masak, bantu siapin acara, dll). Jadi, aku hanya mempersiapkan diriku untuk menjadi istri yang baik, wehehe.

Di sela menyelesaikan undangan dan suvenir, aku juga mulai berfikir untuk merancang bagaimana acaraku nanti. Apa isinya setelah akad selesai, bagaimana konsepnya, dan siapa yang mau ngisi acaranya. Gak asik banget kan kalau setelah akad, langsung bubar begitu saja? Makan-makan, tentu sudah dipersiapkan. Nah, hiburannya?

Dari dulu, aku memang gak terlalu demen sama orgen, karena konotasinya pasti lagu dangdut. Aku lebih suka musik yang ceria dan menenangkan, lagu pop yang gak sedih-sedih, dan lagu-lagu religi yang dinyanyikan dengan acapela. Juga, sewaktu SMA dan kuliah, aku mulai kenal dengan yang namanya nasyid. Ketika kakak-kakak tingkat menikah pun, ternyata mereka pakai hiburan nasyid itu. So, terlintas dalam benakku, kalau besok aku nikah, pengen juga deh pakai hiburan yang seperti ini saja hehe.

Alhamdulillah ya, rezeki anak sholehah hehe. Ada temen di Palembang yang menawarkan jasa untuk mengisi acara besok (lebih tepatnya karena aku mintanya maksa hehe, dia sudah janji kok dari waktu itu). Tim nasyid dari Palembang inilah yang inshaallah besok akan menghibur di acara walimatul ursyku, asssiiikkk. Siapa tau ada yang melirik, langsung deh cek di sini.

Nah ini dia penampakan calon pengisi hiburan :D
Nah, tinggal masalah MC nih. Lirik sana-sini, siapakah yang bersedia menjadi relawan untuk memandu acaraku? Alhamdulillah lagi... ketemu sama kak Tri Sujarwo. Teman sesama penulis (tapi lebih aktif dia nulisnya daripada aku), di bawah bendera yang sama Forum Lingkar Pena (tapi sekarang aku sudah gak aktif lagi, hiks). Dia sosok yang kucari, pas banget lah. Jago nge-MC, karena memang sudah buka jasa MC. Kalau teman-teman berminat, sok kunjungi dia di sini. Alhamdulillah bersedia, yeyyyy!!!

Kalau ini calon MC nya :D
And then.. photographer! Aku adalah salah satu orang yang gak mudah percaya sama orang lain. Maksudnya begini, kalau aku gak lihat langsung karya seseorang, atau minimal ada referensi, kemungkinan besar aku akan ragu. Begitu pula dalam hal foto ini. Dalam kepalaku sudah terkonsep, pengen foto yang gak melulu serius, berdiri berjajar tegak, dan semua tampak rapi. Memang gak papa sih ada foto yang begitu, tapi alangkah lebih berkesannya kalau ada foto yang seperti bercerita. Kan, esensi sebuah foto adalah gambar yang bercerita, bukan sekedar gambar mati, hehe.

So, setelah cari kesana kemari, aku dapat link fotografer yang ternyata teman SMPku. Whalaaa senangnya. Sudah hampir sepakat, ternyata dia sudah dipesan orang di tanggal yang sama. Ya sudahlah, cari lagi. Alhamdulillah dapet paket yang hampir sama, dan gak mau pusing lagi langsung aja deh aku booking, hehe. Semoga hasilnya memuaskan ya.. :D

Well, kita terusin di episode berikutnya ya. Hm, about my wedding dress. See you later :-*

31 Juli 2015

SUVENIR SEDERHANA “SESEDERHANA RASAKU” HYAAA :D :D

Yeeyyy ini postingan ke tiga ya hehe. Setelah berkutat dengan desain undangan sekaligus dibawa ke percetakan, maka yang diurus lagi adalah suvenir (aku mah urusannya yang begini-begini aja, suvenir, undangan, hiburan, dokumentasi, yah, hal-hal yang memang mau aku banget). Karena sudah punya langganan percetakan (biasa cetak brosur untuk hotel hehe), maka gak perlu nego lama-lama untuk harga dll. Semingguan juga beres. Ok.

Untuk suvenir, aku juga sebenernya sudah mulai buat dari beberapa tahun lalu. Gak niat untuk suvenir sih sebenernya, hanya waktu itu untuk mengisi waktu luang aja dan kebetulan aku tertarik sama kain flanel. Nah, buatlah macem-macem bros, gantungan kunci, gantungan hape, kotak tisu, dan wadah hape. Supaya agak seragam untuk dijadikan suvenir, maka aku pilih gantungan kunci, gantungan hape, dan bros. Ketiga jenis ini aku rasa gak jauh berbeda ketimbang dicampur sama wadah tisu atau wadah hape :D

Waktu itu lagi seneng buat macem-macem bentuk, bunga lah, kue lah, hewan lah, dll. Nah, karena yang dulu dibuat itu baru sedikit banget, maka diputuskan untuk meneruskan pembuatannya. And.. biar lebih seragam dan cepet, aku buat bros aja bentuk mawar. It’s so simple but beautiful. Apalagi kalau sudah dijejerin dan difoto hehe. Lihatlah...

Like this colour so much!!
Untuk suvenir ini, aku memang gak buat terlalu banyak, hanya kurang lebih 300 buah. Kata adikku itu kurang banget. Tapi lumayan lah, ini juga kan hanya untuk tamu perempuan. Untuk tamu laki-laki, dengan berat hati hanya bisa kasih permen, hiks.

Belum selesai pekerjaan hanya karena suvenir sudah jadi. Waktunya bungkus-bungkus. Alhamdulillah adikku dari Bogor sudah libur dan pulang, jadi bisa bantu-bantu untuk bungkus. Terakhir, kasih kartu ucapan terimakasih yang buatnya barengan sama undangan (satu paket dah, hemat banget hehe). Dan, taraaaa.. jadi deh suvenir sederhana untuk acara nikahku besok :D

Ding dong.. lihat pas acara aja deh ya hehe
Selesai dengan suvenir kecil ini, ada yang nyeletuk lagi, “Untuk panitianya, apa?”

Wew. Karena belakangan lagi suka sama beberapa aplikasi pita satin, maka terlintas ide untuk buat tanda panitianya dari pita satin. Masih tetep pakai warna pink, hehe. Sebenernya pengen buat rosebud, tapi beberapa kali gagal (gak gagal sih, hanya mungkin belum pas komposisi ngelipetnya), jadi hasilnya gak seperti yang dibayangkan. Yah, agak ngelebar dan kurang cantik. Sepertinya memang harus banyak latihan.

Aku pikir-pikir kalau hanya berkutat dengan rosebud yang gak jadi-jadi itu terlalu lama, pasti hal yang lain bakal terhambat. Maka, aku putar haluan untuk buat bentuk lain yang lebih sederhana dan gak ribet tapi masih cantik dan bisa dipakai gak hanya pas acaraku aja. So, aku buat bentuk pita dan masih dengan bahan satin. Like this...

Tuh yang belakang, rosebud agak gagak :D
Well, cukup dulu ya postingan ke tiga ini. Besok kita cerita tentang orang-orang yang aku paksa untuk ngisi acaraku, hehe. See you later :-*

25 Juli 2015

My Invitation Card

Ok, ini postingan kedua yang berhubungan dengan acara nikah aku, hihi. Persiapan setelah lamaran kemarin sih, kayaknya sudah ya. Mulai dari undangan, suvenir, dekorasi untuk rumah, dll. Sebenernya, aku gak mau ribet, gak mau terlalu rempong sama ini itu. Tapi, ternyata kalau diurut-urut ya banyak juga yang harus disiapin.

Persiapan pertama, tentu saja mental untuk jadi seorang istri dan nanti bakal jadi seborang ibu (inshaallah). Kalau dipikir-pikir, siap gak ya? Belajar sih di rumah, beresan, ngurusin rumah, ngurusin baju-baju, dan masak (untuk yang ini masih jarang banget, dan hampir gak pernah haha). Ya mudah-mudahan besok gak kaget aja ya, tiba-tiba harus masak buat laki-laki bernama suami.

Next, persiapan untuk acara walimahnya. Dari dulu, aku suka banget dengan warna pink, jadi dalam fikiranku, aku pengen besok tuh penuh dengan nuansa pink hehe. Dari undangan, asesoris, tenda, dan lainnya. Aku sempet mikir juga sih, kekanakan gak ya.. tapi setelah browsing sana- sini, kayaknya biasa aja tuh nuansa pink. Malah kesannya jadi romantis.

First, undangan. Percaya gak percaya, sebenernya aku sudah mulai desain undangan untuk pernikahanku dari dua tahun lalu, haha. Waktu itu lagi belajar program desain sih, jadi lagi hobi-hobinya untuk utak atik gambar. Dalam fikiranku, aku pengen undangan yang sederhana aja, gak banyak gambar, elegan, dan tentu warnanya pink. Beberapa hari setelah lamaran, aku langsung coba buat desain yang baru (karena desain yang dua tahun lalu, terlalu polos dan gak sreg lagi di hatiku, hehe).

Beberapa kali aku lirik sana sini untuk referensi desainnya. Makin banyak yang dilihat, makin banyak yang pengen dicontoh hehe. Mulai dari gaya konvensional sampai gaya vintage. Mulai dari yang pakai animasi sampai yang foto beneran. Tapi untuk pakai foto asli aku dan calon suami, gak banget deh hehe. Coba-coba deh desainnya.

Pengen buat undangan yang beda dari biasanya (pengennya sih..) tapi namanya juga amatir ya, jadi sering bingung sendiri untuk memadu padankan gambar dengan warna yang ada dalam fikiranku. Untuk desain yang pertama ini, aku terpikat sama gambar pohon dan love love nya itu. Sederhana, tapi bagiku itu menarik. Aku coba padankan dengan warna pink lembut yang lebih cenderung ke warna salem. Begini lah hasilnya.


Nah, setelah desain pertama itu jadi, aku masih coba lirik sana sini lagi, mengingat waktu juga kayaknya masih lumayan panjang kalau hanya sekedar cetak undangan. Then, aku nemu desain gaya vintage yang menginspirasiku. Ini dia.



Dan ini desain yang aku buat. Ternyata mawarnya sama hehe.


Setelah buat 2 desain itu, aku lebih cenderung ke desain yang ke dua. Warnanya cerah, dan gak kayak undangan kebanyakan. Dari hasil survey ke beberapa anggota keluarga juga, mereka lebih milih desain yang ke dua. Nah, pas aku mau memantapkan hati untuk cetak, ibu malah nyeletuk.
“Kok warnanya pink banget ya? Coba buat desain lagi yang lebih anggun gitu.”

Gubraks! Wah, bakalan gagal lagi nih kayaknya untuk buat undangan model begini. So, aku lirik-lirik lagi model lain. Masih bertema vintage dan bunga, aku nemu gambar yang sekali pandang, sudah bisa aku bayangkan bagaimana undangan itu jadi. Setelah utak atik dan mencampuradukkan desain dengan warna, jadilah seperti ini. Taraaa...


Gak jadi pink sih, tapi masih ada nuansa pink dan merah marun yang tetap aku suka. At last, undangan ini yang meluncur ke percetakan, haha.

Memang untuk undangan ini, aku sengaja gak buat yang terlalu mewah. Soalnya, hitung dana juga sih hehe. Lagipula, undangan kalau sudah dikirim, juga gak bakal disimpen lama-lama. Jadi ya begitulah. Tapi hasilnya juga gak jelek-jelek amat kok hehe.


Ok, sekian dulu postingan ke dua ini. Posting selanjutnya kita bahas suvenir ya.. see you later :-*

23 Juli 2015

Idul Fitri 2015

Idul Fitri tiba. Setelah berpuasa di bulan Ramadhan, hari dimana manusia kembali fitri datang juga. Sedih? Ya, sebab mau tak mau, aku merasa tak begitu maksimal beribadah di bulan lalu. Seharusnya, lebih banyak berdoa, seharusnya lebih banyak beramal, seharusnya lebih banyak sholat malam, dan seharusnya seharusnya yang lain. Tapi, bagaimanapun, Ramadhan sudah pergi begitu cepat.

Ini lebaran yang lumayan sepi ketimbang lebaran-lebaran sebelumnya. Sebagian saudara dari pihak ibu –yang memang banyak diluar Lampung- gak mudik. Bahkan adikku yang di Belitang pun ikut-ikutan gak mudik ke Lampung. Alasannya karena tanggung, katanya sekalian bulan depan aja pas acara hajatanku. Okelah. Masih ada saudara dari abah yang datang berkunjung –ini karena memang hampir semua saudara dari pihak abah tinggal di Lampung, hehe.

Ok, kita mulai dengan kegiatan di malam takbiran.

Selalu, setiap malam takbiran, ketupat di rumahku belum ada yang matang (bahkan masih dalam proses pengisian wkwkwk). Untunglah kami para perempuan di rumah sudah belajar dari lebaran-lebaran tahun kemarin, jadi pekerjaan sayur-menyayur sudah hampir selesai sekitar pukul delapan malam. Nah, sambil mengisi ketupat dan beres-beres rumah, kami selalu menunggu arak-arakan takbiran. Kali ini anak risma akan buat miniatur apa lagi ya?

Dan... ketika arakan takbiran sampai depan rumah, kami sedikit heran. Kok lampunya pada mati? Usut punya usut ternyata jenset yang biasa dipakai untuk menyalakan lampu miniatur masjid dll itu mati di jalan. Yah.. miniatur masjid jadi gelap. Tapi untung masih ada miniatur lafadz Allah yang bersinar. Taraaa...

Pict by Lala (untung dapet foto yang lumayan ini, La hehe)
Next, paginya kami semua ke masjid untuk sholat ied. Ramai, tentu. Rasanya haru, bertemu orang-orang yang mungkin jarang bisa ditemui di hari-hari biasa. Yang biasanya jarang banget ke masjid, kali ini ke masjid (ini aku banget!).

Acara di rumah masih tetap kayak biasa. Di hari pertama lebaran, sungkem sama ibu, abah, dan mbah di sebelah rumah. Sarapan ketupat beserta kawan-kawannya yang maknyus sangat karena dibuat dengan sepenuh hati oleh ibu tercinta :D and then bernarsis ria seperti lebaran-lebaran sebelumnya. Tapi yang berbeda adalah ketidakhadiran adikku beserta keluarganya. Ini pun bisa foto lengkap gini nunggu hari ke dua lho, ckckck.

Nice pict (sebelum kamera jatuh ke belakang, haha)
Hari kedua, rutinitas yang selalu ada adalah pergi ke rumah mbah putri di Natar. Alhamdulillah ketemu dengan saudara-saudara yang sudah datang duluan walaupun ada beberapa saudara yang gak mudik ke Lampung. Intinya memang saat lebaran seperti ini adalah saatnya untuk berkumpul bersama keluarga dan sauda-saudara.




At last, kami sekeluarga mengucapkan taqobbalallahu minna wa minkum. Selamat Idul Fitri ya...

15 Juli 2015

Bagaimanakah Rasanya Dilamar?

Ternyata dulu aku sudah pernah bertanya seperti itu (tentunya bertanya pada diri sendiri, hehe). Dalam file lamaku, tertera tahun mulai ditulisnya, 2011. Pasti akan berbunga-bunga karena setidaknya langkah untuk menuju kehidupan yang baru akan dimulai. Pertanyaan itu muncul karena waktu itu sudah ada beberapa teman yang dilamar, juga ada seseorang yang katanya ingin serius menjalani hidup denganku (eeaaa).

Seiring berjalannya waktu, pertanyaan itu pudar dengan sendirinya meskipun semakin banyak teman yang dilamar dan akan menikah. Tulisanku itu juga sudah mengendap begitu saja di lapmi, tak diapa-apakan lagi. Masih menggantung begitu saja. Tak berakhir. Mungkin karena aku lebih dewasa juga (hahah) jadi, yah nanti insyaallah akan datang juga waktu itu.

Siang itu 31 Mei 2015, keluarga sang calon suami (*jadi malu saiaa XD ) datang ke rumah membawa kabar baik. Inshaallah beberapa bulan depan akan datang lagi untuk menyerahkan sepenuhnya sang ananda kepada keluargaku di atas janji suci. Rasanya tuh sesuatuh banget, hehe. Melihat wajah-wajah keluarganya rasanya dalam hatiku terbersit pertanyaan untuk meyakinkan, mereka akan menjadi keluargaku besok. Ibunya akan menjadi ibuku juga. Kakak-kakaknya akan menjadi kakak-kakakku juga.

Dan ternyata rasanya memang berbunga-bunga, hehe. Sampai-sampai, aku pun gak sempat untuk menuliskannya langsung setelah acara lamaran itu. Tapi alasan yang tepat adalah karena sebenarnya aku belum mau mempublikasikan acara ini dulu, pengen buat kejutan untuk teman-teman. Tau-tau minta cuti sama ibu HRD, tau-tau kasih undangan, hihi. Tapi ternyata kabar memang cepat beredar. Beberapa foto bahkan sudah beredar sebelum hari berganti.

Sempet sedikit syok mendapati ada banyak pesan masuk mengucapkan selamat atas lamaranku. Wonder sih siapa yang bertanggung jawab atas beredarnya kabar ini. Setelah ditelusuri, ternyata oh ternyata, saudara si calon suami lah yang memposting foto-foto itu, hyaaaa :D

Ini beberapa foto yang berhasil buat kehebohan di dinding fb, di bbm, dan di wa, juga di kantor pastinya.




Tulisan ini juga sebenarnya sudah mengendap beberapa lama di komputer karena alasan waktu dan kesibukan. Tapi memang bener kok, rasanya tuh diliputi pekerjaan ini itu. Tugas kantor, juga tugas pribadi, daaan, sedikit sibuk dengan persiapan hari H, hehe.

Baca juga : Sebuah Keinginan

Pada akhirnya, aku tetap meneruskan tulisan ini karena ada sedikit waktu senggang sembari menunggu waktu pulang. Intinya sih, pengen aja menuliskan sesuatu yang menyenangkan. Bahwa aku pernah bahagia dengan ini, eeeaaa :D bahwa aku pernah merasa dag dig dug menanti hari sakral dalam hidup, hehe.

And next, aku mau cerita soal persiapanku untuk hari-H itu, semacam undangan, suvenir, dll. See u later :-*