09 Juli 2011

ROADSHOW TO SOUTH SUMATERA

Aha! Jalan-jalan lagi ke tempat-tempat menarik yang ada di belahan kecil dari negeri kita, Indonesia. Kali ini semacam road show sepanjang daerah Sumatera Selatan.

Perjalanan diawali dari kota Palembang, tempat aku tinggal sekarang. Suasana pagi yang masih sejuk membuatku sangat bersemangat mengawali perjalanan yang kata ketua rombongan sih akan melewati beberapa kampung kecil yang masih sangat alami.Sebenarnya tujuan perjalanan kami adalah ke Lubuk Linggau, sekitar 8 jam perjalanan dengan kereta api dari Palembang. Melewati daerah Sekayu, tak ada yang terlalu istimewa dengan topografinya kecuali jalan raya yang kecil dan dikelilingi oleh hutan. Aku bisa bayangkan kalau melewati jalan ini pada malam hari, pasti akan sangat-sangat gelap!
Kami sampai di Lubuk Linggau sekitar pukul 17.00. Kelelahan selama dalam perjalanan terbayar dengan suasana yang bisa kubilang unik. Perumah
an tempat kami bermalam –kami bermalan di rumah kerabat- masih dalam tahap pembangunan. Yang uniknya, masih ada sungai di belakang perumahan itu! Karena air sumur disana memang agak keruh, maka orang-orang sana lebih senang mandi dan mencuci pakaian di sungai.
Untuk mencapai sungai itu, kami harus berjalan kaki sekitar 10-15 menit dari perumahan. Kerikil kecil dan batu sungai yang bertebaran di sepanjang jalan, membuat kakiku serasa diterapi. Di kanan-kiri jalan setapak itu masih tumbuh pohon-pohon perdu dan tumbuhan paku-pakuan. Belum lagi suara burung dan jangkrik yang saling bersahut. Asli alami banget! 

Dua hari mandi di sungai rasanya tubuh benar-benar segar. Air sungai yang mengalir melewati celah-celah batu besar menciptakan riak-riak air yanng menjadi semacam spa air bagi tubuhku. Hm, betapa ingin berlama-lama disana.

Sebenarnya ada beberapa tempat wisata di Lubuk Linggau, tapi kami hanya sempat ke salah satu tempat wisata yang cukup terkenal disana. Water Vank, sekitar 15 menit bermobil dari pusat kota. Kalau biasanya tempat wisata itu ditunggui oleh beberap petugas, banyak tempat-tempat terawat, dan ada semacam loket untuk pengunjung yang datang, maka di Water Vank ini tidak ada. Tempat ini hanya sebuah bendungan air dari sungai yang mengalir. Salah satu objek yang menarik disini adalah jembatan gantung yang terbuat dari kayu dan dicat warna biru. Sayangnya, jembatan ini tampaknya tidak terawat dengan baik sehingga banyak bilah-bilah papannya yang patah dan rusak.

Kalau saja aku bisa libur beberapa hari dari aktivitas kerja sehari-hari, aku pasti masih betah berlama-lama di Lubuk Linggau. Sayangnya, aku harus kembali beraktivitas di Palembang. Makanya dua hari di Lubuk Linggau sementara sudah cukup untuk sekedar singgah melihat panorama alam disana.

Saatnya pulang ke Palembang. Kali ini, kami tidak lagi melewati Sekayu seperti pada keberangkatan kami sebelumnya. Kami melewati daerah Empat Lawang, Lahat, dan Pagar Alam.

Rupanya, jalan yang kami lewati jauh lebih berkelok-kelok daripada jalan di daerah Sekayu. Asli bikin kepala pusing dan perut mual. Jalan raya yang kecil dan di kanan-kirinya masih hutan dan jurang curam membuat mobil kami harus berjalan lebih lambat. Dari satu kampung ke kampung lain dibatasi oleh hhutan yang masih sangat alami.

Ada yang unik di Kabupaten Musi Rawas. Walaupun rumah-rumah disini masih sangat
tradisional –berupa rumah panggung dan terbuat dari papan- namun hampir di setiap rumah memasang antena parabola. Kata teman-teman serombongan sih karena di wilayah ini tidak dapat sinyal televisi pada umumnya. Ow, ow! Pemandangan yang kudapat jadi terlihat unik, seperti bunga raksasa transparan yang tumbuh berjejer di sepanjang jalan!

Di Lahat, lain lagi keunikannya. Disini terdapat sebuah gunung yang menurutku mirip candi Borobudur. Tapi, kata orang-orang sih bentuknya mirip telunjuk.
Makanya gunung itu disebut Gunung Telunjuk. Salah satu temanku yang ikut pula dalam rombongan menceritakan asal usul gunung itu. Konon katanya pada zaman dahulu kala, ada pertemuan gunung dari semua pulau di Indonesia, yah semacm rapat begitu. Ketika tiba giliran absen, gunung dari daerah Lahat ini mengacungkan telunjuknya. Maka jadilah ia gunung Telunjuk. Asal usul yang benar-benar asal! Hehe..

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hmmm perjlanan yang cukup melelahkan pasti.. tapi boleh di coba ...juga ,..jadi pengen touring ke sana...^_^