31 Juli 2009

Jika Saja Kita Jujur...

Sebuah catatan kecil untuk Bunda Aku sedang gundah, Bunda... 

Bagaimana aku bisa tidur? Hatiku masih berdesir. Ada laki-laki yang mengusik hari-hariku belakangan ini, Bunda. Dia sangat lembut, tutur katanya halus, tapi terkadang memang susah ditebak apa maunya. 

Bagaimana aku bisa tenang jika dia sering menggantung perasaanku? Aku tahu, kami sama-sama belum mampu, kami masih takut untuk melangkah, kami masih ragu untuk benar-benar percaya pada hati kami sendiri. Tapi bagaimana, Bunda? 

Dia yang memulai perasaan ini hingga aku tak sanggup lagi untuk mengelaknya. Aku tahu, kami belum terlalu dewasa meski kami harus berusaha berfikir dan bersikap dewasa. Pernahkah Bunda merasakan ini? ketika Bunda masih seusia kami? Salahkah perasaan ini, Bunda? (aku tak bisa menyembunyikan kuluman senyum dan wajahku yang merah kali ini. aku malu, Bunda...) 

Beginikah rasanya jatuh cinta? Kamar malam, 21.39 WIB

Lihat ke belakang sejenak

Tulisan ini aku buat pas aku kebangun dari tidur jam dua pagi. Mau sholat malem, tapi lagi libur. Mau tidur lagi, tapi gak ngantuk lagi. Berkali-kali aku balik kanan kiri, balik bantal, ganti posisi, tapi tetep aja mata gak mau terpejam lagi. Daripada aku bengong, aku ambil aja buku diary trus nulis-nulis deh. Abisnya, mau ngetik males keluar kamar, lagian nanti takut berisik, dikira ngapain lagi...

Sebenernya, aku gak tau mau nulis apa, yang penting aku beraktifitas. Biar lama-lama ngantuk trus tidur lagi. Soalnya, kalo kurang tidur gini, aku bakal ngantuk pagi-paginya. Sebelum ngambil buku diary ini, aku udah miscall-in orang-orang biar bangun untuk sholat malem (hehe, nyuruh orang sholat malem biar kebagian pahalanya).

Aku putar ulang kisah hidupku disini. Dulu, waktu awal-awal masuk kuliah aku sering ikut pelatihan motivasi. Secara, anak-anak baru kan memang objek paling empuk bagi HMJ atau UKM yang ada di kampus. Aku inget waktu itu ikut salah satu pelatihan motivasi. Inget disuruh menuliskan target-target kuliah. Kapan lulus, target IPK, ikut organisasi apa aja. Tapi, yang paling aku inget adalah target IPK dan lama kuliah. Waktu itu, aku dengan PD dan semangatnya nulis target IPK 3, 75 dengan lama kuliah empat tahun! Wow, itu menghebohkan! Yah, secara, aku belum terlalu ngeh dengan yang namanya kuliah ini. aku pikir, mudah sekali untuk dapat nilai A di setiap mata kuliah.

Dan...
Waktu mengiringi kuliahku. Pelan-pelan aku mulai paham dan ngerti ternyata kuliah itu gak sama dengan jaman SMA dulu. Ternyata gak ada yang bisa ngasih nilai A kecuali diri kita sendiri. Dan sekarang, aku masih disini. Aku baru nyadar kalau sekarang aku masih berstatus mahasiswa di tahun ke lima ku! Itu artinya, target empat tahun kuliahku sudah terlewat. Lalu, berapakah IPK-ku sampai semester ini? masya Allah... mengenaskan! Uh!

Kadang, aku berfikir, apa aku salah ambil jurusan ya sampai gelar sarjana belum aku dapat hingga sekarang? Tapi, pikiran itu, aku buang jauh-jauh. Aku pikir-pikir lagi, evaluasi. Mungkin inilah jalan terbaik untukku. Mungkin, jika saja aku ambil jurusan lain waktu dulu, aku gak bisa bertemu dengan teman-temanku yang sekarang. Aku gak bisa menikmati perjalanan hidup yang banyak menginspirasiku sampai sekarang dengan orang-orang di sekelilingku. Dan, untuk itulah berulang kali aku berkata,

Allah pasti punya rahasia besar untukku...

Kamar malam, 02.11 WIB.

29 Juli 2009

gak tau


aku pengen nulis sesuatu di blog ku ini. tapi kok ya, gak sempet-sempet ya...
akhirnya cuma pamer-pamer foto aja. hehe...