30 November 2009

MASIHKAH?

Masih adakah malam benderang yang dulu pernah Kau berikan untukku?
bukan malam pekat karena gumpalan dosa yang pernah kuhadirkan untuk-mu
adakah tersisa dari keping-keping doa yang pernah kuajukan di malam yang kusebut malam penantian?
malam sunyi yang ramai oleh berjuta-juta pintaku
adakah kala itu bisa kusimpan lagi?
setelah titik-titik durhaka memenuhi hari-hariku
adakah masa itu bisa kuabadikan kembali?
setelah selaksa noda tertoreh oleh ulahku sendiri

Tuhan, jika waktu bisa kuhentikan, ingin ku diam ketika sujudku dalam menyentuh bumi-Mu di khusyuk tahajudku
Tuhan, jika bisa kubekukan waktu, ingin ku membeku dalam samudra kasih sayang-Mu
Tapi, masihkah bisa ku berharap?

15 November 2009

Setitik cahaya dalam kegelapan


Setitik cahaya dalam kegelapan

Ngidam Sate Padang

Pernah tidak kalian menginginkan satu jenis makanan? Ingin sekali makan makanan itu hingga berhari-hari? Aku, pernah. Tak tahu kenapa tiba-tiba aku ingin sekali makan sate padang. Ya, secara aku memang belum pernah makan makanan itu (hehe, dusun ya?). Waktu itu, memang aku tak tertarik melihat potongan-potongan daging yang ditusuk dengan bumbu yang berwarna agak kehijauan itu.











Kupikir, rasanya mungkin tak beda jauh dengan sate biasa yang berbumbu kacang tanah. Keinginan untuk makan sate padang makin meningkat seiring berjalannya waktu (ya ampun!). Kebetulan pula, di dekat tempat tinggalku kayaknya gak ada deh yang jualan itu. Aku hanya pernah melihat ada yang jual sate padang di dekat kampus. Tapi ia hanya berjualan ketika sudah sore.

Beberapa kali aku melihat gerobak sate padang mangkal di dekat kampus. Tapi karena aku tak sempat (hari sudah terlalu sore dan aku sudah lelah setelah seharian di lab), maka tak jadi-jadi lah aku membeli sate padang itu. Hingga akhirnya, pada satu hari yang menurutku itulah jodohku dengan sate padang, aku membelinya!

Yuhuu... akhirnya aku berhasil membawa seporsi sate padang ke rumah! Hm, begini tho yang namanya sate padang? Olala... jauh berbeda dengan sate yang biasa aku makan. Ukuran daging sate padang lebih kecil, juga bagian yang diambil kebanyakan adalah bagian jeroan (ini menurut pengamatanku pada hasil sate padang yang kubeli), kalau di tempat lain, aku belum pernah coba.

Lalu, sate padang dimakan bersama ketupat, kuahnya bukan kuah kacang tanah, tetapi lebih pada kuah yang kurasa dari santan kental dan sedikit sagu juga tanpa kacang tanah (betul gak ya?). Walaupun satu porsi dimakan bersama (karena makannya di rumah), tapi tak apa. Makan dua tiga tusuk sudah cukup untuk mengobati rasa penasaran dan inginku untuk mencicipi makanan ini.