30 Juli 2019

Banyak Baca Sampai Mata Kering? Atasi Dengan Insto Dry Eyes!

Halo! Apa hobi kalian, guys?


Hehe, baru paragraf pertama sudah ditanya hobi ya? Soalnya saya mau cerita sedikit soal ini. Dari saya masuk SMP dulu, setiap kali ditanya tentang hobi, saya hampir selalu menjawabnya dengan; membaca. Baru kemudian saya teruskan jawaban saya dengan menulis cerita, jalan-jalan, dengar musik, dan motoin segala macam objek. Saya memang suka membaca dari dulu, apa saja. Majalah, komik, buku-buku baik fiksi mapun nonfiksi.

Otomatis, saya hampir selalu ke tempat dimana buku-buku bertebaran untuk bisa dibaca. Sebut saja perpustakaan, tempat paling umum dimana orang bisa datang dan membaca secara gratis. Bisa pinjam pula kalau sudah buat kartu anggota. Saat masih di bangku SMP dan SMA, waktu istirahat saya habiskan di perpustakaan. Waktu itu yang paling sering saya baca adalah buku sastra, novel, dan skenario drama.

Baca buku di Pusda Jakarta
Nah, masuk kuliah apalagi. Makin sering ke perpustakaan. Kali itu saya bukan lagi menghabiskan waktu senggang saya untuk baca novel atau buku sastra, tapi lebih ke mengerjakan tugas kuliah. Memang sih kadang-kadang juga masih main ke rak bukunya mahasiswa sastra uintuk cari bacaan selingan. Rupanya, hobi saya baca buku di perpustakaan ini masih juga terbawa sampai saya kerja di Palembang. Hari libur akhir pekan pun saya habiskan di perpustakaan daerah. Enak sih, adem, bisa baca buku apapun sambil duduk ya. Sampai saya pun punya kartu anggotanya.

Baca juga : Pengen Jadi Kutu Buku Di Pusda Jakarta

Itu tempat baca buku versi gratisan ya. Kalau versi setengah gratisannya ya toko buku. Kalau sudah ke tempat ini, pokoknya gak bisa sebentar deh. Gak kerasa aja kaki dan tangan sudah pegel karena baca sambil berdiri dan geser-geser kalau pas lagi ada pengunjung lain yang lagi cari buku di rak yang sama, haha. Kalau saya ngebet banget pengen baca tuh buku, ya saya bela-belain aja untuk beli. Makanya paling demen kalau ada bazar buku murah. Lumayan kan?

Kalau sekarang, lebih enak lagi. Semenjak saya berkenalan dengan perpustakaan digital, saya bisa lebih fleksibel lagi untuk baca buku. Dimanapun, kapanpun. Modal hape doang! Lebih praktis lagi kan, gak perlu bawa tambahan beban di tas karena novel yang tebal atau buku yang ukurannya gede.

Tapi, pernah gak sih, tiba-tiba ngeluarin air mata di tengah asyiknya membaca? Bukan karena baca novel yang sedih ya, tapi lebih karena durasi membaca yang sudah lama atau beberapa kondisi lainnya? Soalnya saya pernah tuh begitu. Atau ada yang pernah ngalamin mata yang tiba-tiba burem dan gatal? Gak enak banget ya di tengah-tengah bacaan tapi mata malah gak bisa kompromi.

Awalnya saya kira itu cuma iritasi biasa saja karena setelah saya kucek-kucek jadi kemerahan tuh mata saya. Tapi setelah saya baca-baca beberapa tulisan tentang mata yang suka pegel dan sepet begini, rupanya itu bukan iritasi. Apa yang saya alami di mata saya adalah gejala mata kering. Lho? Ternyata beda ya iritasi dengan mata kering.

Iritasi Mata
Mungkin sebagian kita pernah mengalami iritasi mata yang gejala umumnya adalah mata berwarna kemerahan, berarir, dan sering keluar kotoran mata atau belek. Penyebab iritasi mata ini bisa berbeda-beda. Bisa jadi karena debu dan asap kendaraan, atau mungkin alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu, juga bisa jadi disebabkan oleh bakteri atau virus.

Iritasi ringan seperti ini bisa diatasi dengan merimbangnya dengan air bersih atau menggunakan obat tetes mata. Salah satunya adalah Insto Regular.

Mata Kering
Nah kalau yang satu ini, gejalanya beda lagi. Mulai dari mata sepet, pegel, hingga perih. Hm, kalau yang hobinya baca seperti saya, sepertinya pernah ngalamim gejala-gejala ini ya. Ditambah lagi, pekerjaan saya di kantor. Berada di ruang ber-AC dan menatap komputer lebih dari 5 jam sehari. Seringnya tiba-tiba mata saya keluar air dan terasa sepet. Seringnya saya latah untuk kucek-kucek mata, padahal jari saya belum tentu bersih dan steril kan? Padahal ketika dalam situasi kekeringan, mata pun punya sensor tersendiri yang bisa menghasilkan air mata untuk setidaknya membuat semacam pelumas agar mata tidak terlalu kering.



Mungkin inilah yang saya alami kemarin. Mata saya memproduksi air mata tapi dengan komponen yang berbeda dari air mata biasa. Di beberapa tulisan, ada yang menyebutnya ini air mata palsu, karena hanya mengandung air yang bisa membilas mata dan mengeluarkan kotoran pada mata tapi tidak bisa melapisi mata dengan baik.

Penyebab Mata Kering

Sebenarnya mata kering terjadi karena beberapa hal. Bisa jadi karena produksi air mata yang kurang dari jumlah seharusnya, atau bisa jadi karena adanya penguapan yang terlalu cepat pada mata. Di beberapa kasus, kemungkinan penyebab mata kering lebih kepada faktor berikut ini :

1. Perubahan hormon
Manusia memiliki banyak hormon untuk mengatur kerja tubuh itu sendiri. Apabila ada hormon yang berubah, baik itu sedang meningkat atau menurun, maka akan ada perubahan juga pada kerja tubuh. Nah, termasuk pada produksi air mata. Biasanya perempuan yang sedang hamil, menggunakan pil KB, atau yang sudah menopause bisa meningkatkan resiko mata kering ini.

2. Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang, maka produksi air mata juga akan semakin menurun. Hal ini yang menyebabkan banyak orang lanjut usia mengalami mata kering. Sensitivitas kelopak mata untuk menyebarkan air mata ke seluruh permukaan mata juga semakin berkurang.

3. Komplikasi penyakit
Beberapa komplikasi penyakit semisal diabetes, lupus, gangguan tiroid dan kekurangan vitamin A juga bisa meningkatkan resiko mata kering. Hal ini disebabkan karena berkurangnya kemampuan kelenjar mata untuk memproduksi air mata.

4. Pengaruh obat-obat tertentu
Seperti yang pernah dialami suami saya, alergi pada obat-obat tertentu juga dapat menyebabkan mata kering. Beberapa kasus seperti pasca operasi lasik juga dapat menyebabkan mata kering.

5. Aktivitas mata dan kondisi lingkungan
Nah, faktor yang terakhir inilah yang sering sekali saya rasakan. Berada di ruangan ber-AC dan menghadap layar komputer lebih dari 5 jam sehari, membuat rencana kegiatan dan laporan kerja, menyebabkan mata saya sering pegal, sepet, dan perih.

Jadi benar, apa yang saya alami itu adalah gejala mata kering. Secara, sudah kerjaan banyak di dalam ruang AC, manghadap layar komputer dan aktivitas visual secara intens, tambah lagi hobi saya baca buku. Ketika istirahat pun yang dipegang hape, entah hanya iseng scroll-scroll (tapi seringnya sampai kelupaan bukan lagi iseng), atau malah baca e-book. Fix deh, mata saya tambah pegel aja.

Mengatasi Mata Kering

Nah, kalau sudah begitu, biasanya saya langsung sadar diri. Ada beberapa hal yang saya lakukan untuk mengurasi gejala mata kering yang saya alami. Kalian juga bisa kok ikutin tips sederhana dari saya ini.

1. Istirahatkan mata sejenak
Mata pegal karena intensitas menatap layar komputer yang lama dapat dikurangi dengan menginstirahatkan mata sejenak. Cobalah untuk melihat ke objek lain yang berada lebih jauh. Misalnya memandang keluar jendela. Untungnya ruang kerja saya ada jendela kaca yang mengarah keluar, jadi kalau mata saya mulai pegal, saya arahkan saja pandangan saya keluar jendela. Istirahat mata ini lumayan lho untuk mengurangi pegal akibat mata kering karena terlalu lama menatap layar komputer. Usahakan pakai rumus 20-2, yang artinya setelah 20 menit di depan komputer, istirahatkan 2 menit untuk melihat ke objek yang jauh.

2. Seringlah berkedip
Kadang saya juga jarang berkedip kalau sudah scroll-scroll hape. Pas lagi baca novel yang seru, atau malah pas lagi mantengin diskon di toko online, haha. Saking asiknya, tahu-tahu mata sudah pedes saja. Padahal, aktivitas berkedip sangat membantu untuk melumasi lapisan mata yang kering.

3. Minum air putih
Nah, yang satu ini pun sering terlewat lagi. Karena sudah berada di ruang ber-AC, saya merasa tidak panas dan haus. Padahal, ruangan ber-AC malah cepat membuat kita dehidrasi. Pun pada mata. Badannya sih gak panas, tapi tahu-tahu matanya perih aja. Apalagi kalau AC nya tepat berada di atas kepala, resiko mengalami mata kering akan lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, saya selalu sediakan botol minum tidak jauh dari jangkauan pandang saya. Pas di samping komputer biar selalu terlihat dan saya gak lupa minum air putih lagi.

4. Pakai Insto Dry Eyes
Terakhir, kalau saya merasa nih mata sudah kombinasi ketiga gejala itu, pegal, sepet, dan perih, saya ambil Insto Dry Eyes. Wah, Insto mengeluarkan varian baru ya? Iya! Seperti namanya, varian Insto yang satu ini membantu mengurangi gejala mata kering. Cukup 1-2 tetes Insto Dry Eyes, mata kembali segar dan pandangan jernih lagi. Di mata juga dingin karena memang komposisinya dibuat seperti air mata buatan untuk melumasi lapisan mata.


Kenapa harus Insto Dry Eyes?

Insto merupakan varian produk dari PT. Combiphar yang notabene sudah terkenal mutu produk-produknya. Begitu pun dengan Insto Dry Eye. Setiap mL Insto Dry Eye ini mengandung 3,0 mg Hydroxypropyl methylcellulose yang mampu meringankan gejala mata kering, seperti mata pegal, sepet, dan perih. Kandungan 0,1 mg Benzalkonium chloride yang ada juga membuat cairan ini tetap steril.

Bawa Insto ke tempat kerja
Meskipun Insto Dey Eye ini aman digunakan, tapi tetap ya sebisa mungkin tidak digunakan secara rutin dan jangka panjang. Apalagi bagi yang pakai lensa kontak.

Nah, itu dia pengalaman saya dengan Insto Dry Eyes. Menjaga kesehatan mata tetap lebih penting daripada mengobati setelah adanya kerusakaan pada mata. Yuk sama-sama menjaga mata kita mulai sekarang!

08 Juli 2019

Pengen Jadi Kutu Buku di Pusda Jakarta

Jakarta, We're Coming! Part #4

Kehabisan tiket masuk Teater Bintang untuk pertunjukan pagi hari di Planetarium Jakarta, tidak membuat saya menyia-nyiakan waktu menunggu hingga pertunjukan di siang harinya. Jadi, setelah keluar dari Museum Bintang, kami memutuskan untuk mengunjungi Perpustakaan Daerah Jakarta. Sebenarnya ke Pusda ini tidak ada dalam daftar agenda, tapi karena memang waktu kami terbatas dan ternyata lokasinya dekat dan pas banget buka di hari itu. Ya udin, kami langsung saja jalan kesana.

Foto lagi di depan gedung perpustakaan
Pada dasarnya saya memang suka sekali ke perpustakaan, entah cuma lihat-lihat buku atau baca-baca sebagian, atau yah just stay a while sambil coret-coret kertas. Cerita sedikit ya, dulu waktu saya masih kerja di Palembang, saya termasuk pengunjung tetap di hari Sabtu. Punya kartu anggotanya juga yang sampai sekarang masih saya simpan di dompet meski sudah kadaluwarsa, hehe. Sekarang pas sudah tinggal di Lampung malah gak punya kartu Pusda. Selain karena hari libur kerjanya cuma hari Minggu, untuk menuju ke Pusda juga lumayan jauh dari tempat tinggal saya.

Balik lagi ke Pusda Jakarta. Dari teras, kami sudah disuguhi deretan foto Jakarta tempo dulu hingga sekarang. Masuk ke dalam, seperti masuk ke ruang pameran karena disuguhi deretan foto dan karya tulis. Oh iya, kami juga mengisi buku tamu di sebelah pintu masuk tadi.

Deretan foto di ruang depan
Setelah mengisi buku tamu, kami lanjut untuk lihat sekeliling sebelum masuk ke ruan bacanya. Di ruang yang serasa seperti ruang pameran ini, ada beberapa macam pameran yang berbeda. Satu deret di bagian depan memamerkan foto dan dokumentasi kota Jakarta dari dulu hingga sekarang. Deretan lain memamerkan hasil karya menggambar dan mewarnai anak-anak TK dan SD. Deretan selanjutnya memamerkan koleksi tumbuhan atau hanya daun yang dikeringkan.

Nah, deret lainnya adalah pusat koleksi sastra HB Jassin. Disini, terpajang karya tulis dari para sastrawan yang melegenda. Sebut saja WS Rendra, HB Jassin, Taufiq Ismail, dan beberapa sastrawan lain yang pasti sudah tidak asing lagi namanya di telinga saya. Selain karya tulis, disini juga terpajang koleksi tulisan tangan dari sastrawan tersebut. Kalau melihat langsung coretan mereka, rasanya saya bisa membayangkan bagaimana dulu sebuah novel dan karya sastra memang butuh pemikiran mendalam. Buktinya, ada beberapa tulisan yang dicoret atau diberi penanda. Kalau sekarang, bisa langsung copy paste dan delete saja ya bagian yang salah, hehe.

Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin
Jadi begini ya konsep tulisan WS Rendra

Siapa yang punya catatan sama seperti ini?
Selain tulisan tangan dari beberapa sastrawan, disini juga dipamerkan beberapa naskah kuno dengan tulisan tangan yang tidak bisa saya pahami isinya. Kalau tidak salah, itu ditulis dengan huruf jawa kuno. Kertasnya juga sudah tidak cerah lagi.

Naskah kuno

Koleksi daun yang diawetkan
Lanjut ke ruangan dalam lagi, kami disambut oleh penjaga lagi yang memberi tahu kami untuk menitipkan tas dan barang bawaan di loker yang tersedia, termasuk air minum dan makanan. Jadi, kalau mau ke ruang baca ya harus bawa diri aja dan beberapa barang yang diperlukan semisal laptop atau buku catatan. Itu pun disediakan tas transparan dari pihak perpustakaan. Nah, pengunjung seperti saya yang bukan anggota tetap perpustakaan, dimintai KTP sebagai jaminan. Gak terlalu paham juga sih apakah anggota perpus juga akan dimintai KTP sebagai jaminan?

Oh iya, dari informasi yang kami dapat, ruang baca di perpus ini juga terbagi menjadi beberapa lantai. Ada ruang baca untuk umum dan untuk anak-anak. Waktu kami kesana, ada acara dongeng untuk anak-anak. Kami lanjut saja ke ruang baca umum.

Ruang baca umum tidak jauh berbeda dengan ruang baca pada umumnya. Terdapat rak-rak buku yang disusun sesuai dengan jenis buku. Ada juga bangku dan kursi, lengkap dengan kabel colokan listrik apabila membawa laptop. Di ujung rak buku juga disediakan rak untuk menampung buku-buku yang sudah dibaca.

Saya terlalu bingung untuk membaca buku apa karena saking banyaknya yang ingin saya baca tapi waktu yang saya punya terbatas. Pada akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada buku-buku sejenis sejarah beberapa kota. Bukunya berukuran besar dengan jumlah halaman yang banyak sekali sehingga sangat tebal. Juga, pakai bahasa Inggris, jadi saya lebih banyak lihat foto-foto yang ada di bukunya sih daripada baca isinya secara keseluruhan, haha.

Sejarah kota Jakarta

Rasanya, saya ingin berlama-lama di perpus ini, tapi pas lihat jam ternyata sudah tengah hari. Artinya sudah waktunya untuk kembali lagi ke Planetarium untuk nonton pertunjukan bintang.

Baca juga : Berasa Keluar Angkasa di Planetarium Jakarta

Oke, ini episode terakhir dari jalan-jalan ke Jakarta kemarin. Cuti besok, saya pengen ke tempat lain dan nanti saya tulis lagi hasil jalan-jalan saya. Tunggu ya!