Saya bermonolog lagi. Bercerita pada langit-langit. Bercerita
pada cermin. Tapi mereka tak bisa mengabadikannya dalam bentuk nyata (mungkin
saja mereka menyimpannya dalam bentuk yang tak kasat mata, haha). Akhirnya saya
bercerita pada buku harian. Semua cerita senang. Cerita sedih. Cerita aneh. Tak
ada yang bisa saya jujurkan sejujur-jujurnya kecuali pada buku harian ini. Sebab,
ia bisa menampung cerita saya tanpa mengeluh.
Tapi belakangan ini saya mulai tak jujur pada buku harian
saya. Saya hanya bercerita apa yang saya mau, tidak seperti dulu (saya
bercerita apa saja, tentang siapa saja). Kenapa? Karena saya sudah mulai bosan
pada satu penggal kisah hidup saya. Penggalan kisah itu dulu saya tuliskan
hampir tiap hari. Tapi sudah hampir setahun ini saya mulai melupakannya. Tidak.
Bukan melupakannya, tapi saya malas menceritakannya.
Saya lebih suka menceritakan tentang sesuatu yang baru. Benar-benar
baru dalam penggal lain hidup saya. Saya hanya berharap saya bisa lebih baik
dengan penggal yang baru itu. Awalnya, saya harus memaksa diri saya untuk
bertahan tidak menceritakannya dalam buku harian. Tapi sekarang saya sudah
biasa. Dan hasilnya adalah setengah dari buku harian saya yang baru ini berisi
penggal episode yang baru.
Sebuah episode yang saya suka. Sangat suka. Dan saya hanya bisa
menceritakannya disini. Di dalam buku harian ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar