Halo!
Di tengah maraknya wisata ala
anak muda yang notabene memang dibuat dan dirancang manusia untuk menarik banyak
pengunjung, tempatnya harus instragramable, dan biasanya berada di tempat
ramai, nah saya malah pengen banget mencoba
untuk berwisata ke tempat yang antimainstream tapi tetap memukau. Bahkan jauhnya
sampai beranjak ke ujungnya Indonesia
bagian timur. Dimana kah itu? Papua! Yes, Papua
itu Indonesia, kan?
|
Pesona Raja Ampat (Sumber : papua.tribunnews.com) |
Mendengar kata Papua, mungkin sebagian kita akan langsung tertuju ke Raja
Ampat. Tempat itu memang terkenal dengan pulau-pulau hijau dan pemandangan
bawah lautnya yang menawan. Tahukah kamu? Selain Raja Ampat, ternyata masih banyak destinasi wisata khususnya bagi peminat
destinasi wisata hijau, seperti saya salah satunya. Gak salah dong kalau Papua
bisa jadi alternatif terbaik untuk destinasi wisata hijau.
Halu bentar boleh kan ya? Kalau saya punya kesempatan ke Papua, saya mau
berkunjung ke beberapa tempat wisata ini untuk membuktikan bahwa Papua bisa
jadi alternatif terbaik untuk destinasi wisata hijau. Mau halu bareng saya gak?
Hehe.
Puncak Ifar
Salah satu destinasi wisata yang tidak boleh dilewatkan saat mengunjungi
Papua adalah Puncak Ifar. Tempat ini bisa ditempuh sekitar 45 menit berkendara dari
bandara Jayapura. Tetapi jangan heran kalau untuk menuju kesana, kita harus
melalui jalan yang berkelok-kelok mengelilingi laut terlebih dahulu. Untungnya,
perjalanan panjang itu akan terbayar ketika kita menginjakkan kaki di atas. Dengan
ketinggian sekitar 325 meter di atas laut, maka kita bisa menikmati indahnya
panorama danau Sentani dengan berhias pulau-pulau kecil di tengahnya. Juga,
yang tidak kalah asiknya adalah melihat pesawat lepas landas atau mendarat di
Bandara Sentani karena letaknya yang pas di bawah Puncak Ifar.
|
Pemandangan dari Puncak Ifar (Sumber: triptrus.com) |
Selain menikmati pemandangan danau Sentani dan melihat bandara Sentani
dari ketinggian, ada satu spot bersejarah disini. Tugu MacArthur. Bangunan
setinggi 3 meter berwarna kuning dan hitam itu adalah tugu penghormatan untuk
Jenderal Douglas MacArthur. Bagi penyuka wisata sejarah, tepat sekali kalau
datang kesini untuk napak tilas perjuangan jenderal dari Amerika itu. Ia
merupakan jenderal bintang lima yang
berperan penting dalam Perang Pasifik yang juga merupakan bagian dari Perang
Dunia II. Ia dan pasukannya yang sempat kalah di Filipina, mendarat di Teluk
Hamidi Jayapura dan membangun markasnya di lokasi Tugu MacArthur pada tahun
1944.
|
Tugu MacArthur (Sumber: pesona.travel.com) |
Untuk bisa masuk ke Tugu MacArthur, kita harus melewati pos penjagaan
dahulu dan meninggalkan kartu identitas. Sebab, tugu ini berada di Markas
Ringdam XVII Cendrawasih. Tidak ada biaya apapun alias gratis, tetapi petugas
disana tetap menerima sumbangan dana untuk perawatan bangunan tugu. Cus deh,
buat itinerary kesini dan gak lupa bawa catatan dan kamera.
Danau Sentani
Setelah melihat danau Sentani dari atas puncak Ifar, pastinya akan lebih
puas kalau melihatnya dari dekat, bukan? Danau Sentani ini terletak di Jayapura
dan membentang di antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Luasnya yang
mencapai sekitar 9.360 hektare dan kedalaman sekitar 50 meter ini dinobatkan
sebagai danau terluas di Papua.
|
Danau Sentani (Sumber: Indonesiaituindah.com) |
Berada disini, mata akan dimanjakan oleh pemandangan sabana hijau yang
mengelilingi danau. Belum lagi pulau-pulau yang tersebar di tengah danau dan
cagar alam dari Pegunungan Cyclops akan lebih mempercantik pemandangan. Tidak
perlu khawatir bingung bagaimana menikmati pemandangan disini karena pihak
pengelola sudah menyediakan perahu-perahu wisata untuk pengunjung mengelilingi
danau. Akan lebih takjub lagi ketika datang saat hari mulai senja karena
matahari senja disini tidak kalah indahnya dengan matahari senja di pantai
Lombok yang banyak digaungkan oleh para wisatawan. Tetapi karena alasan
keamanan, sebaiknya tidak berlama-lama disini saat malam mulai tiba.
Sebenarnya tidak ada standar waktu untuk berkunjung ke Danau Sentani, tetapi
akan lebih baik lagi jika datang di pertengahan Juni. Sebab, ada event tahunan
yang digelar disini. Festival Danau Sentani. Festival ini menampilkan beragam
seni dan pertunjukan budaya setempat, seperti tarian adat di atas perahu,
tarian perang khas Papua, dan upacara adat seperti Ondoafi. Nah, halunya saya
kumat lagi disini. Saya selalu penasaran dengan orang Papua asli, makanya saya pengen coba
datang ke festival ini. Siapa tahu kan bisa swafoto sama orang sana, hehe. Sebagai
pelengkap, tentu saja digelar juga wisata kuliner untuk memanjakan lidah.
Oh iya, kalau lihat foto danaunya yang jernih ini, saya pengen banget bisa
berenang disini. Merasakan bagaimana segarnya air danau. Juga bisa mendayung
atau memancing ikan yang banyak hidup di danau. Setidaknya terdapat 30 spesies
ikan air tawar, dan empat diantaranya adalah endemik danau Sentani. Duh,
rasanya kok sudah terbayang-bayang ya? Hehe.
Puncak Beo
Pertama dengar nama ini, saya kira disini adalah habitat burung beo.
Rupanya bukan, teman. Puncak Beo merupakan salah satu destinasi wisata hijau
yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah setempat. Lokasinya ada di Desa
Beo, Distrik Tiplol Teluk Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat Papua Barat. Karena
letaknya yang tinggi, yaitu sekitar 100 meter di atas permukaan laut, maka dari
sini kita bisa mendapati pemandangan indah berupa birunya laut yang luas
menghampar.
|
Pemandangan dari Puncak Beo (Sumber: Kumparan) |
Ada dua pilihan rute untuk menuju ke Puncak Beo. Pertama, jalur laut yaitu
dengan menggunakan speedboat dari kota Waisai. Lamanya perjalanan sekitar dua
jam. Kedua, mealui jalur darat, yaitu menggunakan kendaraan roda empat atau
roda dua dari kota Waisai menuju Desa Warsandim Distrik Teluk Mayalibit. Lalu
dilanjutkan menyeberang ke Desa Beo menggunakan speedboat milik masyarakat
setempat. Kemudian berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit menuju Puncak
Beo. Tidak perlu terlalu khawatir, karena pemerintah setempat telah membangun
tangga-tangga untuk memudahkan wisatawan menuju puncak.
Terbayang lelahnya ya? Tapi, tentu saja lelah itu sudah mulai terbayar
selama perjalanan menuju puncak. Sebab, kita akan menjumpai banyak tanaman
indah di sepanjang perjalanan. Mulai dari anggrek macan, bunga sakura, hingga
berbagai spesies tanaman. Asli mungkin saya bisa sampai di puncak lebih dari 30
menit karena mampir sana-sini dulu untuk foto-foto sama tanaman cantik itu.
Setelah tahu begitu, yang terbayang oleh saya bukan lelahnya, tapi pemandangan
yang disuguhkan juga aroma hutan.
Oh iya, selain Puncak Beo yang berisi taman anggrek, disini juga sedang
dikembangkan wisata sejarah yaitu goa sejarah. Sesuai dengan namanya, goa ini
berisi tengkorak dan tulang belulang tentara Jepang yang wafat saat Perang
Dunia II. Duh, saya yang aslinya penakut ini harus ngumpulin nyali dulu untuk
masuk goa nih.
Bagaimana? Kehaluan saya ini menular gak sama kamu? Hehe. Nah, kalau kamu
juga mulai tertarik dengan wisata hijau Papua, boleh banget gabung di EcoNusa Foundation. Organisasi nonprofit ini akan berbagi
cerita tentang tanah Papua sekaligus mengajak kita untuk ikut berpartisipasi
dalam memaksimalkan praktik terbaik dalam hal perlindungan lingkungan dan
pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan.