30 Maret 2020

Menjelajah Museum Wayang, Ngeri-Ngeri Sedep!

Prabu Dasarata menerima kedatangan Raden Rama yang sudah memboyong Dewi Sinta. Di saat ini pula Dewi Kekayi menagih janji Prabu Dasarata bila kelak anaknya akan dijadikan raja di Ayodua. Mendengar ini akhirnya Rama Wijaya diusir dari kerjaan. Kepergian Rama Sinta dan Lesmana, tiba-tiba Prabu Dasarata sakit mendadak. Akhirnya diutuslah Raden Bharoto untuk menyusul Rama agar sudi kembali ke kerajaan.

museum wayang jakarta

Itu adalah salah satu teks adegan dari Serial Ramayana, Ceritera Rama Tundung yang dipamerkan di Museum Wayang. Mungkin bagi yang suka nonton wayang, sudah tidak asing lagi ya dengan cerita itu. Tapi bagi saya yang belum pernah nonton wayang dalam arti benar-benar menyimak dengan seksama, pastinya gak bakal ngerti dengan ceritanya.

Lokasi Museum Wayang

Museum Wayang terletak di kawasan Kota Tua Jakarta, tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 Pinangsia. Gak susah kok untuk menemukan gedungnya yang menghadap langsung ke area taman Fatahillah. Harga tiketnya hanya Rp 3.500,-/orang saja. Sebelum masuk dan menjelajah ke dalamnya, saya sempatkan foto dulu dengan salah satu tokoh perwayangan yang terkenal karena kekuatannya. Siapa dia? Yup! Gatot Kaca. Ssst, ternyata Abah juga gak mau kalah gaya, haha!

Museum Wayang di Kota Tua Jakarta
Gaya Abah sudah sama ya sama si Gatot Kaca? :D
Nah, apa saja yang ada di Museum Wayang ini? Yuk ikut cerita saya.

Koleksi Museum Wayang

Baru saja masuk lewat pintu depan, kami sudah disuguhi alunan musik gamelan yang mengiringi kami di sepanjang lorong. Di kanan kiri lorong ini dipamerkan berbagai macam wayang dari berbagai daerah. Nah, di dalam kotak-kotak kaca itu, diselipkan teks-teks adegan wayang yang salah satunya saya tulis di depan tadi.
wayang golek pakuan bogor
Wayang Golek Pakuan Bogor
Setelah melewati lorong ini, terdapat satu tempat agak terbuka yang di satu sisinya terdapat semacam taman kecil. Tepat di belakangnya, menempel di dinding pagar sebuah tulisan dalam Bahasa Belanda. Saya gak tahu artinya apa, tapi setelah saya gugling, tulisan itu semacam tugu peringatan untuk Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Hindia Belanda pada sekitar tahun 1600-an.
makam di museum wayang
Tulisan di dinding pagar setelah lorong pintu masuk
Berhadapan dengan dinding ini, yaitu dinding di sebelah kanan lorong dari pintu masuk tadi, ada pula semacam batu bertulis Bahasa Belanda juga. Konon katanya sih ini batu nisan sang gubenur tadi.

nisan di museum wayang
Konon katanya ini batu nisan sang gubernur
Setelah melewati taman kecil, kami masuk kembali ke dalam ruangan yang lebih banyak menyimpan koleksi wayang. Selain wayang yang berukuran kecil yang biasa dimainkan oleh dalang dalam pertunjukan, dipamerkan juga wayang berbentuk patung dengan ukuran besar. Jangan kaget kalau masuk sini dan menemukan wayang dengan wajah yang bisa dibilang agak menyeramkan. Saya juga sebenarnya agak takut sih, hehe.
museum wayang angker
Patung yang tergantung
Di bagian ini, lebih banyak dipamerkan wayang golek 3 dimensi dari berbagai daerah. Jujur saya baru tahu kalau tidak hanya Jawa saja yang punya wayang. Setidaknya, disini saya menemukan wayang golek Menak Kebumen, wayang golek Menak Pekalongan, dan wayang golek Lenong Betawi. Oh iya, disini juga terdapat beberapa cerita rakyat yang tidak asing lagi di telinga, seperti cerita Si Pitung dan Si Manis Jembatan Ancol.

Boneka di museum wayang
Wayang Golek Lenong Betawi
Beranjak lebih ke dalam, kami menemukan juga koleksi wayang lukisan kaca berukuran besar. Di sudut ruangan, dipamerkan juga alat musik tradisional terbuat dari bambu. Di salah satu dinding menuju lantai atas, ada sebingkai salah satu tokoh wayang lengkap dengan atribut yang dikenakannya. Ia adalah Prabu Baladewa dari Kerajaan Mandura.

Baca juga: Menjelajah Museum Bank Mandiri

Saya juga baru tahu ada atribut sebanyak ini yang menempel pada tokoh wayang. Nama-nama atributnya pun ada yang terdengar tidak asing di keseharian. Misalnya, ada atribut upil-upilan yang letaknya pas di bawah lubang hidung dan ada atribut selilitan yang letaknya di antara gigi. Mungkin istilah itu yang mendasari istilah dalam keseharian kehidupan nyata ya, hehe.


koleksi di museum wayang
Wayang Baladewa dan atributnya
Kami naik ke lantai atas melalui tangga kayu bedaun pintu dua. Tepat di depan pintu, ada silsilah perwayangan. Ternyata wayang pun punya silsilah keluarga sendiri! Saya yang pada dasarnya gak paham dengan para tokoh wayang ini hanya bisa membacanya sekilas tanpa tahu alur ceritanya. Tapi ayah dan pakde supir terdengar saling ngobrol sambil membaca silsilah itu. Saya sih gak heran, dulu di kampung kami sering banget ada pertunjukan wayang semalam suntuk saat ada hajatan. Sekarang sudah jarang, bahkan mungkin gak ada lagi.

koleksi di museum wayang
Silsilah keluarga wayang
Di ruangan ini, tidak hanya wayang dari negeri sendiri saja yang dipamerkan, tetapi juga bermacam boneka dari luar negeri. Kalau melihat dari rupa boneka sebelum membaca keterangan di bawahnya, mungkin bisa juga langsung ditebak dari negara mana. Setiap daerah kan punya ciri khasnya masing-masing. Tapi sayangnya, boneka-boneka ini punya raut wajah yang agak seram bagi saya. Bahkan ibu saya sampai gak berani lama-lama disini, hehe.

Misalnya boneka Punch Judy dari Inggris yang lebih mirip badut bermata sangat besar dan berhidung merah. Lalu, boneka kayu dari Perancis dengan tokoh seorang perempuan berambut putih berpakaian seperti pelayan tetapi agak seram -saya bahkan membayangkan adegan film horor melihat boneka-boneka ini tergantung tali di kotak kaca. Kemudian ada wayang boneka dari India yang rupanya persis di film-film Bolywood -Laki-laki berkumis tebal dengan mata bercelak hitam lengkap dengan boneka ular kobranya.
boneka di museum wayang
Boneka dari Rusi
Ada juga deretan boneka dari Tiongkok, khas sekali dengan mata sipitnya. Untungnya, ada beberapa boneka yang wajahnya tidak menyeramkan sehingga saya berani lama-lama memandangnya hehe. Dia adalah boneka dari Rusia, berbentuk seorang anak perempuan dengan baju berenda dan hiasan kepala. Matanya bulat cantik. Juga ada sepasang boneka dari Polandia, seorang laki-laki dan perempuan dengan baju putih polos. Kedua boneka ini asli gak serem. Terakhir boneka dari negeri sendiri yang ceritanya sudah dari jaman dulu dan sampai sekarang masih ada. Yup! Boneka si Unyil dan teman-temannya.
si unyil di museum wayang
Kami bersama boneka si Unyil
Menuju pintu keluar, terdapat sebuah lorong lagi yang salah satu sisinya terpajang berbagai macam topeng. Lagi-lagi topeng itu tidak terlalu ramah raut wajahnya. Ada juga deretan lukisan dengan tokoh perwayangan. Dan di akhir lorong kami disambut lagi dengan sepasang ondel-ondel besar. Untunglah kami sudah berada di ruangan yang luas dan terang menuju pintu keluar, jadi gak terlalu seram lihatnya.
museum wayangn seram
Si ondel-ondel yang sebenarnya saya takuti
Nah, disini juga dijual beberapa suvenir berupa patung kecil, wayang kulit mini, kipas, dan gantungan kunci. Keluar dari museum dan mendapati taman Fatahillah yang ramai rasanya begitu melegakan. Aslinya di dalam tadi punya aura serem-serem sedep gitu, tapi gak ngomong-ngomong sama yang lain. Ternyata ibu dan adik saya juga takut, haha. Susah memang jadi orang penakut seperti kami ini. Tapi penakut ditambah penakut, jadi para pemberani lho :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah memberi komentar :)