Dalam rentang waktu mengajar itu, saya juga tergelitik untuk ikut menulis impian-impian saya yang sampai sekarang belum terwujud. Selain memberi motivasi pada anak-anak (bahwa bukan hanya mereka yang menulis impian, tapi juga pengajarnya), saya juga ingin alam bawah sadar saya menyadari bahwa ada impian saya yang ingin diwujudkan.
![]() |
Menulis skenario film |
Menulis Skenario Film Secara Utuh
Salah satu impian saya adalah menulis skenario film secara utuh. Jujur, ini sebenarnya impian saya yang sudah sempat terbenam lama sekali. Tapi, kok bisa punya impian seperti itu? Hm, awalnya bagaimana ya sampai saya kepikiran ingin menulis skenario film? Jadi begini, dari dulu kan saya ini hobi menulis ya. Mulai dari menulis aneka fiksi, sampai menulis nonfiksi ringan seperti artikel lepas.Selain kegiatan menulis seperti itu, saya juga punya hobi nonton film. Setiap kali nonton film, saya gak hanya menikmati alur ceritanya saja, tapi juga mengamati bagaimana karakter tokohnya, detail tempat dimana film itu dibuat, wardrobe para pemainnya, sampai sudut pandang kameranya. Menurut saya, itu membuat tontonan jadi lebih mengasyikkan dan ternyata berujung pada saya mulai berfikir bagaimana proses film itu dibuat.
Waktu SMP, saya juga pernah menemukan buku skenario drama di perpustakaan. Lupa judulnya apa, tapi bukunya berisi naskah drama panggung. Ada tokohnya, keterangan ia harus memakai apa dan melakukan apa, dan seterusnya. Saya membacanya sambil membayangkan bagaimana kalau isi buku itu benar-benar dipentaskan.
Waktu SMA, tugas kelompok dari guru seni pun kebagian pentas drama yang tentu saja berkaitan dengan naskah. Pun ketika saya bergabung dengan komunitas menulis yang di suatu waktu juga punya project membuat sandiwara radio. Entah kebetulan atau memang semesta sudah memberi kode pada saya, hehe.
Tiba-tiba saja, saya mulai tertarik untuk membaca lebih lanjut tentang naskah drama, naskah cerita, skenario film dan sebagainya itu. Saya mulai mencarinya di internet dan waktu itu saya menemukan skenario film The Matrix (saya lupa seri yang mana). Saya pun mencari filmnya untuk saya cocokkan dengan skenario yang saya pegang, haha.
Buku Sekenario Film Arisan |
Suatu waktu di sebuah bazar buku, saya menemukan satu buku skenario film Indonesia. Judulnya Arisan. Dan dari buku itulah saya makin tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang penulisan sebuah skenario film. Saya mencari istilah-istilah yang sebelumnya tidak saya mengerti, untuk kemudian saya coba tuliskan cerita saya sendiri.
Bertemu Orang Sefrekuensi
Dalam hati saya sering terlintas kata-kata, melangkahlah terus nanti semesta akan menuntunmu pada apa yang kau tuju meski tak kau sadari sebelumnya. Rupanya memang benar. Dalam proses ketertarikan saya menulis skenario film ini, saya dipertemukan dengan orang-orang yang sejalur tanpa saya duga.Misalnya saja, saya bisa berkenalan dengan seorang teman jauh hanya dari perantara sebuah tulisan. Saya juga bertemu dengan orang yang punya ketertarikan yang sama di suatu tempat (bahkan sekarang dia sudah memproduksi film pendek sendiri). Saya juga pernah dipertemukan dengan orang yang katanya ingin bekerja sama membuat film animasi dengan saya sebagai penulis skenarionya (meskipun akhirnya gak ada ujung kabarnya). Terakhir, saya bertemu dengan orang yang benar-benar sudah terjun langsung membuat skenario film televisi (bahkan sudah tayang berkali-kali di tv).
Semua hal itu bagi saya seperti sebuah hal magis yang mencoba merangkai pikiran saya untuk punya sebuah impian. Menulis skenario film secara utuh. Karena ya memang, saya pernah membuat skenario film animasi untuk anak-anak, tapi berhenti begitu saja. Filenya masih tersimpan rapi di laptop saya.
![]() |
Salah satu skenario film yang saya tulis |
Beberapa tahun lalu, saya juga pernah ikut pelatihan membuat skenario film untuk televisi. Itu dengan orang yang saya ceritakan sebelumnya, yang sudah berpengalaman menembus PH di televisi. Sampai ada tugas buat draft skenario juga. Tapi ya berhenti lagi sampai disana.
Jujur, ketika tulisan ini dibuat, saya membuka-buka lagi dokumen skenario yang pernah saya buat (tentunya masih sepotong-sepotong dan belum jadi). Saya ingin meneruskannya lagi, membuat ceritanya lebih panjang sambil membayangkan adegan per adegan. Kadang sambil senyum sendiri karena ceritanya kadang dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain yang saya dengar dan lihat.
Sekarang saya ingin coba membuat skenario film lagi. Memang kendalanya masih di manajemen waktu. Pekerjaan domestik yang rasanya gak ada habisnya, pekerjaan yang berpenghasilan (saya buka percetakan lho yang tentu saja sering berburu waktu), serta mengurus si bocil yang sedang dalam fase sangat aktif sungguh menguras tenaga, pikiran, dan waktu.
Baru duduk di depan laptop saja, si bocil sudah pengen ikutan. Mau ngetik lewat hp, si bocil gak mau diduakan selama bermain. Paling aman ya menunggu saat dia tidur. Giliran dia tidur, mata saya kadang gak bisa diajak kompromi juga. Yah, siklus ini terus menerus terjadi, duh gusti!
Tapi kalau sudah berniat untuk mengejar mimpi ya, sepertinya harus diselip-selipkan kan waktunya. Semoga saja saya masih punya kesempatan. Sebagai langkah awal, saya punya rancangan untuk buat skenario film pendek dari cerpen saya aja.
Siapa tau, alam berkongsi dengan saya. Skenario jadi, bersambut dengan produser film, lalu diangkat jadi film beneran. Ketinggian kah mimpi saya? Gak apa lah, sekalian bermimpi ya tinggi sekalian.
Selipan Dikit
Saya coba bagi sedikit potongan skenario film yang pernah saya buat ya. Memang belum jadi sih, tapi siapa tau aja ada yang tertarik lihat cuplikannya, wkwk.1. PERPUSTAKAAN DAERAH – INT. SIANG HARI.
Cast : Nabila, extras
SFX. Terdengar suara klik klik mouse dan ketikan di keyboard.
TRACK IN. Jari-jari Nabilah sedang mengetik di keyboard dan bergantian mencocokkan nomor referensi buku dengan data yang di komputer. Terdengar suara beberapa perempuan mengobrol dengan sepelan mungkin.
PEREMPUAN 1 (OS)
Seandainya nyari jodoh itu segampang nyari referensi buku di perpustakaan begini. Tinggal klik sana sini, langsung deh ketemu bukunya.
PEREMPUAN 2 (OS)
Sudah ketemu bukunya, pas dibaca malah gak cocok sama referensi. Mau lu nyari jodoh gitu?
PEREMPUAN 3 (OS)
Ke biro jodoh aja kalo gitu mah. Gampang kan?
PEREMPUAN 2 (OS)
Eh eh, ikutan kencan buta kek di film korea.
(terdengar tawa tertahan dari semua yang berkelompok)
POV Nabila.
Beberapa orang perempuan yang mengerubungi komputer dan sibuk mencatat nomor referensi buku sambil bercanda tadi.
PEREMPUAN 3
Udah, gak usah milih-milih. Ntar jadi perawan tua lho!
PEREMPUAN 1
Gak milih sih, Cuma kan ada standar yang ideal untuk dijadiin suami. Ya kali sama sembarang orang. Eh lagian juga gua baru 20 taun, 5 taun lagi noh baru ketar-ketir.
Ketiga perempuan itu mengahmpiri Nabila di konternya.
PEREMPUAN 1
(menunjukkan nomor referensi buku yang dicatat kepada
Nabila)
Mbak, ini ada di lantai berapa ya?
MCU. Wajah Nabila yang menatap kamera dengan dingin.
NABILA
(Melihat dan segera paham)
Di lantai 3
PEREMPUAN SEMUA
(Mengangguk dan berlalu)
Makasih mbak.
Nabila mengikuti pandangannya pada ketiga perempuan tadi dengan dingin dan menghela nafas.
Fade out.
NABILA (VO)
Ada apa sih dengan istilah perawan tua? Memang salah ya kalau perempuan sudah berumur di atas 25 tahun tapi belum menikah? Kalau benar begitu, berarti aku salah dong?
Fade in.
___________________________________________________________________
Nah, gimana? Kira-kira diterusin gak ini?
Baca juga : Antara Novel dan Film