Kalau
ditanya lebih suka mana antara novel Indonesia dengan novel terjemah dari luar
negeri, jujur saya gak bisa pilih sih. Menurut saya, kedua jenis novel begini
tentu ada kelebihan dan kekurangannya.
Dari novel asli Indonesia, biasanya saya menyukai gaya bahasanya yang mudah dipahami, paling suka kalau sudah ada sentuhan kearifan lokal daerah. Saya bisa tahu sedikit banyak adat daerah lain. Sementara, dari novel terjemahan tentu saja latarnya berbeda. Kebiasaan si tokoh pun berbeda karena sudah lintas negara. Jadi saya pun bisa sedikit banyak belajar itu.
Nah,
dari sekian banyak novel terjemahan yang pernah saya baca, ada 4 novel yang
berkesan bagi saya. Apa saja itu?
1. Girl With A Pearl Earring
oleh Tracy Chevalier
Ini
novel sudah lama sekali, dan saya pun sudah tamat membacanya bertahun-tahun
lalu. Tapi sampai sekarang, saya masih terkesan dengan beberapa poin
didalamnya. Novel yang diangkat dari sebuah lukisan dari Belanda ini bercerita
tentang seorang gadis muda bernama Griet yang terpaksa bekerja karena sang ayah
meninggal dalam kecelakaan.
Girl With A Pearl Earring |
Griet yang masih berusia 16 tahun itu bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah rumah seorang pelukis bernama Vermeer. Awalnya, ia ditugaskan untuk membersihkan studi lukis sang majikan, namun seiring berjalannya waktu, Vermeer melihat sisi lain dari Griet.
Gadis
ini berbakat dalam seni, karena itu, ia sering diminta untuk membantu
mencampurkan warna cat lukis dan pekerjaan lain yang sebelumnya hanya
dikerjakan oleh sang pelukis sendiri. Konflik muncul ketika Griet diminta untuk
menjadi model dengan memakai anting-anting mutiara milik sang istri majikan
tanpa sepengetahuannya.
Alur
cerita dalam novel ini mengalir cepat dan tak membuat bosan. Saya juga menyukai
bagaimana penulis menggambarkan apa yang dilakukan Griet dan tokoh lainnya
secara detail. Seolah saya bisa berimajinasi dan melihat langsung peristiwa
yang terjadi dalam novel ini.
2. The Kite Runner oleh Khaled
Hosseini
Ini
juga novel yang sudah lama sekali. Pernah populer dan menjadi best seller nomor
1 versi Ney York Times dan terjual hingga lebih dari 8 juta kopi di seluruh
dunia.
Novel
ini berlatar cerita di Afganistan dimana perbedaan strata sosial dari
tokoh-tokohnya sangat kentara. Amir, seorang anak dari keluarga Pashtun sunni
yang kaya raya hidup berdampingan dengan Hassan, anak pelayan dari keluarga
Hazara syiah yang tergolong miskin.
The Kite Runner |
Amir dan Hassan tumbuh bersama seperti saudara, memiliki ibu susu yang sama, bermain di tempat yang sama, dan hidup di lingkungan yang sama, hanya berbeda tempat dan rumah. Amir sangat menyukai dan mahir dalam bermain layang-layang, sementara Hassan adalah pengejar layang-layang yang bisa diandalkan.
Ketika
ada perlombaan layang-layang, Amir berhasil memutuskan layangan lawan dan
menjadi pemenang. Hassan dengan semangat mengejar layangan putus itu untuk
Amir. Tak disangka, saat mengejar layangan itu, Hassan bertemu dengan Assef
yang merupakan berandalan nakal. Hassan dianiaya secara fisik dan seksual oleh
Assef dan teman-temannya.
Amir,
yang mengetahuinya dari tempat yang agak jauh tidak berani untuk melawan atau
bahkan sekadar membela Hassan. Ia lebih memilih melarikan diri. Tanpa disangka,
dari sinilah awalnya Amir mulai mendiamkan Hassan, bahkan memfitnahnya sehingga
Hassan dan ayahnya berhenti jadi pelayan keluarganya dan pergi dari rumah itu.
Konflik
batin sesungguhnya dialami oleh Amir sepanjang hidupnya, bahkan setelah ia
dewasa dan memiliki keluarga sendiri. Hingga pada suatu ketika, ia diberitahu
rahasia besar oleh ayahnya dan memaksanya untuk mencari Hassan.
Baca juga : Menyingkap Sisi Lain Bali Dari Novel Jejak Dedari
3. The Old Man and The Sea –
Ernest Hemingway
Ini
termasuk novel pendek yang pernah saya baca. Jumlah halamannya sedikit tapi
ceritanya bisa membekas sampai sekarang. Awal baca, dulu waktu saya masih SMA,
pinjam bukunya di perpustakaan, hehe.
Ceritanya
tentang seorang lelaki tua yang berpengalaman sebagai nelayan bernama Santiago.
Ia telah menghabiskan sepanjang hidupnya mencari ikan di laut hingga ada
seorang lelaki muda yang ingin belajar menjadi nelayan padanya. Namun, hingga
hari ke 84 ia lewati tanpa mendapat ikan seekor pun, sehingga lelaki muda itu
dilarang ikut berlayar bersama Santiago.
Lelaki Tua dan Laut |
Pada hari ke 85, Santiago berlayar sendirian ke teluk dan berencana menangkap seekor ikan marlin raksasa. Perjalanan dan perjuangan menangkap ikan raksasa inilah yang menjadi inti cerita sepanjang novel ini. Bagaimana Santiago bersusah payah menombak ikan dengan harpun miliknya, hingga pada akhirnya berhasil melumpuhkannya. Namun, sepanjang perjalanan pulang, masih saja ada rintangan yang harus ia lalui.
Bagian
akhir novel ini ditutup dengan kisah yang tidak terlalu indah, tapi memiliki
pesan yang dalam. Saya bisa membayangkan bagaimana kerasnya perjuangan lelaki
tua itu di laut, bagaimana angan-angannya yang tinggi telah memotivasinya untuk
tidak menyerah, dan kalaupun pada akhirnya kenyataan tidak sesuai harapan,
manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin.
4. Memoirs of Geisha – Arthur
Golden
Novel
terjemah selanjutnya yang berkesan adalah Memoirs if Geisha yang ditulis oleh
Arthur Golden. Novel ini juga sudah pernah diangkat menjadi film dengan judul
yangs ama dan berhasil membuat saya terpukau sekali lagi dengan para tokoh dan
adegan yang ada di dalamnya.
Memoirs of Geisha |
Memoirs of Geisha bercerita tentang seorang gadis kecil bernama Chiyo dan kakaknya Satsu yang harus dijual menjadi budak di rumah Okiya, sebutan untuk rumah Geisha, karena keluarganya tidak mampu lagi membiayai hidup mereka. Chiyo kecil selalu ingin melarikan diri karena menjadi Geisha bukanlah cita-citanya. Ia selalu berusaha mengajak Satsu untuk kabur, namun kakaknya itu tidak mempedulikannya hingga pada akhirnya mereka terpisah.
Chiyo
kecil bekerja sebagai pembantu di rumah Geisha dengan putus asa dan tanpa
harapan lagi. Pada suatu hari, ketika ia menangis di jalan, Chiyo kecil bertemu
dengan seorang lelaki yang ia panggil dengan Ketua. Lelaki ini sangat berwibawa
di mata Chiyo, menghapus air matanya dengan sapu tangannya, dan membelikannya
makanan. Chiyo merasa telah jatuh cinta padanya.
Sejak
saat itu, Chiyo selalu ingin bertemu dengan sang Ketua dan jalan satu-satunya
untuk mendekatinya adalah dengan menjadi Geisha. Maka, ia tak lagi membenci
kehidupannya dan bahkan berbalik ingin menjadi Geisha.
Chiyo
tumbuh dewasa dan berhasil menjadi Geisha yang cukup populer karena
kecantikannya. Ia lalu mengganti namanya menjadi Sayuri. Sayuri memang memiliki
mata berwarna biru air yang memikat siapa saja yang melihatnya. Tanpa disangka,
ia bertemu kembali dengan sang Ketua dan ia berharap bisa dekat dengannya mulai
sekarang.
Tetapi
perjalanan cintanya pada Ketua tidak sesuai harapannya. Ada orang-orang di
sekeliling Ketua yang sangat menyukai Sayuri dan ingin menjadi Dann-nya,
sebutan untuk laki-laki yang akan menanggung biaya hidup seorang Geisha,
seperti suami tapi bukan dalam arti suami sah. Dengan begitu, sang Ketua tidak
boleh lagi mendekati Sayuri.
Kisah
Sayuri dikemas apik dengan bahasa dan penokohan yang kuat. Alur ceritanya juga
runut dan ditutup dengan akhir yang menyenangkan meski perjalanan hidup Sayuri
dan sang Ketua panjang berliku.
Baca juga : Review Buku Cinta Tak Pernah Tepat Waktu
Nah,
itu dia 4 novel terjemahan yang berkesan bagi saya. Masih ada beberapa novel
asing yang gak kalah bagus sih, tapi mungkin di postingan selanjutnya ya. Kalau
kamu, suka novel terjemahan juga gak nih? Tulis di kolom komentar ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah memberi komentar :)