Ada banyak cara untuk mengungkapkan perasaan bahagia di hari-hari spesial semisal ulang tahun, wisuda, atau peringatan pernikahan. Sebagian memilih merayakannya dengan mewah, mengundang banyak teman dan saudara. Sebagian lagi memilih untuk diam-diam saja seolah tidak terjadi apa-apa. Sebagian lain lagi memilih merayakannya dengan berdoa dengan keluarga saja. Saya memilih pilihan yang terakhir.
Saya sebenarnya termasuk orang yang tidak terlalu suka perayaan besar. Ribet! Hehe. Saya lebih memilih yang simpel tapi bermakna untuk saya, dan... pastinya membahagiakan minimal untuk saya sendiri.
Kemarin, 15 Agustus adalah hari pernikahan saya. Sudah tiga tahun rupanya, dan saya seolah merasa baru kemarin menjadi istri suami saya, haha. Biasanya, saya membuat perayaan kecil untuk anniversary kami ini. Sekadar buat kue dan dimakan ramean sekeluarga, atau kami makan diluar berdua. Untuk dokumentasi, biasanya saya yang rajin, sampai-sampai kuenya gak boleh dimakan sebelum jadi model haha.
Kebiasaan yang kedua adalah membuat slide foto dari awal pernikahan kami, sampai saat ini. Jadi setiap tanggal 15, saya rajin narik suami saya untuk foto berdua. Gak mesti tepat di tanggal 15 sih, karena kadang ada saja yang buat gak bisa foto. Jadi setidaknya gak jauh-jauh lah dari tanggal itu. Sampai sekarang, foto-foto di tanggal 15 setiap bulannya, sudah bisa dihitung kan? Belum lagi foto berdua diluar tanggal itu.
Waktu tahun pertama itu, karena fotonya baru dua belas biji, jadi saya gabung dengan foto lain yang pas berdua. Akhirnya jadi juga sih, bisa diliat disini. Untuk tahun kedua juga begitu, saya buat dokumentasi yang kali itu sudah lumayan banyak fotonya. Ada disini.
Nah, tahun ketiga ini, rupanya fotonya pas banget sama lamanya musik pengiring. Jadi, gak ada tambahan foto diluar pertengahan bulan. Jadinya kayak gini, hehe.
Kebiasaan yang kedua adalah membuat slide foto dari awal pernikahan kami, sampai saat ini. Jadi setiap tanggal 15, saya rajin narik suami saya untuk foto berdua. Gak mesti tepat di tanggal 15 sih, karena kadang ada saja yang buat gak bisa foto. Jadi setidaknya gak jauh-jauh lah dari tanggal itu. Sampai sekarang, foto-foto di tanggal 15 setiap bulannya, sudah bisa dihitung kan? Belum lagi foto berdua diluar tanggal itu.
Waktu tahun pertama itu, karena fotonya baru dua belas biji, jadi saya gabung dengan foto lain yang pas berdua. Akhirnya jadi juga sih, bisa diliat disini. Untuk tahun kedua juga begitu, saya buat dokumentasi yang kali itu sudah lumayan banyak fotonya. Ada disini.
Nah, tahun ketiga ini, rupanya fotonya pas banget sama lamanya musik pengiring. Jadi, gak ada tambahan foto diluar pertengahan bulan. Jadinya kayak gini, hehe.
Itu buatnya pakai Filmora, rekomendasi dari adik saya. Lumayan bagus, bisa dikasih ornamen macem-macem. Tapi berhubung buatnya mepet trus juga pas selesai jam kerja sambil nunggu jemputan suami, jadi gak bisa explore yang lain-lain.
ooo
Oia, beberapa hari sebelum tanggal 15, saya iseng aja tanya ke suami. Lebih ke permintaan sih sebenarnya.
"Besok tanggal 15 mau kasih apa?"
"Hm, ngasih apa?"
"Buat surat cinta aja untuk aku."
Haha, saya ngakak setelah mengajukan permintaan itu. Saya tahu suami saya bukan laki-laki romantis yang apa-apa harus diungkapkan. Apa-apa harus pakai bunga dan cokelat. Bukan. Dia laki-laki yang menunjukkan perhatian dengan caranya sendiri. Cara yang lain, yang hanya saya yang bisa melihat dan merasakan perhatiannya (ini kedengaran melow dan dramatisir ya? Haha).
Dan benar saja, kemarin pun dia gak kasih saya surat cinta yang saya minta. Tapi, dia beli brownis mungil yang rencananya mau dipotong bareng keluarga di rumah orang tua saya. Alih-alih mau 'merayakan', kami malah pergi kondangan ke tempat saudara yang lumayan jauh dan pulang sudah hampir tengah malam. Akhirnya itu brownis nangkring di kulkas sampai pagi. Dan tau sendiri ya kalau pagi gak bisa punya acara pepotoan begitu. Jadi ya sudahlah.
Satu-satunya foto di anniversary yang ke 3 ini |
Oia, sebenarnya saya punya surat cinta untuk suami saya, tapi belum selesai. Masih ada beberapa bagian yang mau saya sampaikan di surat itu. Mungkin besok atau beberapa hari lagi setelah selesai, akan saya kasih. Gak mau berharap banyak sih dia baca sampai selesai dan terharu dengan kata-kata saya, haha. Paling-paling juga sudah selesai ditaro aja di atas meja dan senyum gak jelas gitu. Tapi saya bahagia.
Saya bahagia melakukan hal-hal semacam ini. Saya tahu, mungkin sebagian orang bertanya untuk apa buat-buat begini. Tapi itulah kebahagiaan saya. Saya punya kenangan dalam kehidupan saya. Saya punya kenangan yang tertulis juga.
Bukankah setiap orang akan berbahagia menurut cara mereka sendiri? Jadi jangan paksakan orang lain untuk bahagia dengan carai pikir dan tolak ukur bahagia kita. Berbahagialah untuk dirimu sendiri dan bahagiakanlah orang lain dengan turut serta atas kebahagiaan mereka, minimal dengan senyuman dan doa.
Jadi bijak banget nih saya, haha. Baiklah, ceritanya sampai sini dulu aja ya. See you next time :-*
Terus gimana kelanjutan surat cintanya, Mba? Sudah dikasihkan dan dibaca kah oleh beliau? Heheh... Seneng menyimak kisah Mba dan suami. Happy Anniversary ya! Semoga terus bisa melakukan hal-hal manis yang bahkan kata orang biasa saja. Benar kata Mba, kita punya cara tersendiri untuk memaknai keromantisan.
BalasHapusDoa yang terbaik untuk Mba sekeluarga. 😘
Suratnya belum diterusin mba Ajeng, karena ketabrak sibuk sana-sini, hehe. Terimakasih doanya mba, smoga mba Ajeng dan kluarga juga begitu..
BalasHapus